http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/7/18/n8.htm
Catatan Sepekan Kinerja Jenderal Sutanto -- ''Potong Babi'' atau Potong Satu Generasi Pernyataan Kapolri Jenderal Sutanto akan memberantas judi dalam sepekan, tampaknya baru teriakan di atas angin. Gaungnya saja yang besar, hasilnya belum memuaskan. Persoalannya, mengapa langkah Sutanto itu seperti macet di tengah jalan? MEMANG baru sepekan, tetapi waktu seminggu itulah yang menentukan keberhasilan Sutanto memberantas judi. Maka, waktu tujuh hari itu pula yang diteriakkan Sutanto setelah dilantik sebagai Kepala Kepolisian Republik Indenesia. Para pejabat Polri dan para Kapolda bahkan hanya diberi waktu satu minggu untuk memberantas perjudian di daerahnya masing-masing. Jika masih saja terdapat arena judi di daerah, Kapolri tak segan-segan akan mencopot Kapolda. Yang pasti, setelah seminggu akan dilakukan evaluasi oleh Kapolri. Setelah pernyataan itu keluar dari bibir sang Mr. Clean --demikian Sutanto dijuluki -- hamba hukum itu terus bergerak. Togel, sabungan ayam, judi kartu remi, hingga preman ditangkapi. Alat perjudian seperti jack pot, micky mouse, judi bola, dan mesin-mesin judi digerebek. Polisi seperti euforia terhadap jargon antijudi. Di Jakarta, Bali, Palembang, Medan, Surabaya, hingga kota-kota kecil lainnya. Benarkah judi habis dalam sepekan? Tidak. Lihat saja, siapa yang selama sepekan ini ditangkapi aparat reskrim. Mereka tak lain cuma pengedar judi togel, tukang becak yang sedang beli karcis togel, tajen, dan penjudi kelas tempe lainnya. Pantauan Bali Post di Jakarta saja, misalnya, bos judi kelas raja masih bebas berkeliaran. Padahal, dia dikenal sebagai bosnya mafia judi, narkoba, hingga bisnis esek-esek. Tempat judinya pun aman-aman saja. Mafia perjudian di Indonesia memang bukan mafia kelas kambing. Mereka sudah berpuluh tahun basah-kuyup di dunia judi. Mereka menjadi sangat paham hingga detail-detailnya. Mafia judi sudah berurat berakar hingga ke pelosok-pelosok desa. Iwan, salah seorang pegiat LSM yang mengawasi kinerja polisi, punya simpulan menarik. Ia menuturkan, mengapa setiap pergantian Kapolda dan Kapolri selalu muncul gerakan antijudi dan antinarkoba. Jawabnya ada dua. Pertama, sang bos ingin memutus setoran bos judi dan bos narkoba ke pejabat lama. Ia berharap upetinya berganti kepadanya. Kedua, sang bos baru ingin mengetahui peta mafia bisnis haram itu di wilayahnya dan ''menertibkan'' upetinya. Pertanyaannya, apakah brifing Sutanto terhadap antijudi dan narkoba itu masuk kedua pola itu. Ataukah sebaliknya, yakni ingin benar-benar menegakkan aturan dan sebagai hamba hukum yang sesungguhnya. Jika benar-benar ingin menjadi hamba hukum, hari ini, Sutanto harus membuktikannya. Bukankah hari ini, Sutanto akan mengevaluasi kinerja bawahannya. Apakah sang Mr. Clean akan memecat Kapolda yang bandel ataukah tidak. Inilah pertanyaan yang harus dijawab oleh Jenderal Sutanto, Senin ini. Koordinator YLBHI Munarman punya analisis begini. Janji antijudi dan narkoba Sutanto sangat bagus. Tetapi, dia akan dilawan dan disandera bawahannya. Sebab, selama ini, bisnis haram itu selalu melibatkan aparat penegak hukum. Bahkan, ada teori ''potong babi''. Memberangus satu ''anak'' bos judi, dan melindungi ''bapaknya''. Sang ''bapak'' nanti punya belasan ''anak'' lagi dan dibiarkah tumbuh besar. Jika diperlukan, sang ''anak'' dikorbankan lagi untuk digerebek polisi. Itulah teori potong babi yang selama ini terjadi, sehingga mafia judi dan narkoba tetap abadi. KPK punya usul menarik bagaimana memberangus korupsi di pemerintahan. Ketuanya, Taufikurachman Ruki, menyatakan pejabat birokrasi harus direformasi. Tidak jelas konsepnya. Tetapi, untuk masalah seperti ini, aktivis yang kini pengamat politik Harijadi Darmawan menyatakan harus dilakukan pemotongan satu generasi. ''Satu generasi ini harus dipotong. Merekalah sumber masalah di negeri ini,'' katanya. Untuk membasmi mafia judi dan narkoba tidak cuma memerlukan polisi yang alim, bersih putih seperti kapas. Sang kepala polisi juga perlu keberanian. Keberanian memerlukan kekuatan. Kekuatan memerlukan dukungan. Dukungan memerlukan kesetiaan. Kesetiaan memerlukan kejujuran. Jika ini bisa menyatu, disertai konsep yang jelas dan strategis, para bos mafia judi dan narkoba akan berpikir seribu kali untuk meneruskan langkahnya. Mereka akan berhitung: ingin untung atau buntung. Intinya, memecat satu generasi kepolisian yang korup dan terlibat semua bisnis haram. Inilah konsep revolusioner yang ditawarkan kepada Kapolri. Tanpa sikap revolusioner itu, Kapolri ibarat berkhotbah di menara gading. Kita tunggu jawaban Kapolri. * heru b. arifin [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage : http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/