Selama memiliki kemampuan untuk menghargai
dan menghormati orang lain mestinya tidak ada alasan
untuk takut pada perbedaan. Bagaimanapun,
agama-agama samawi pada hakikatnya sama-sama
ajaran tentang kemanusiaan.

Untuk organisasi sejenis, komunitas Yahudi
di Israel maupun Amerika Serikat juga menggunakan
lambangnya sendiri. Yaitu Red Mogen (Bintang Daud
Merah).

Lagipula menafsirkan gambar palang warna merah
sebagai plester rasanya terlalu karikatural.
Plester silang seperti itu cuma ada di film-film
Tom & Jerry dst.

--- Indra Jaya Piliang <pi_liang@...> wrote:

> http://www.indrapiliang.com/2012/09/11/kontroversi-lambang-palang-merah/
> 
> Kontroversi Lambang Palang Merah
> 
> Kontroversi Lambang Palang Merah
> 
> Selasa, 11 September 2012
> Kontroversi Lambang Palang Merah
> 
> Oleh
> Indra J Piliang
> Magister Ilmu Komunikasi UI
> 
> Ada ribut-ribut tentang studi banding anggota DPR RI ke Denmark, 
> menyangkut lambang Palang Merah Indonesia. Lambang Palang Merah 
> dianggap sebagai Tanda Salib. Padahal, lambang itu hanya sekedar 
> plester untuk mengobati luka dalam peperangan dan bencana. Seakan, 
> Palang Merah muncul sebagai kekuatan tentara Salib pada abad ke 11, 
> ke 12 dan ke 13, ketika berusaha merebut kota Palestina. Sementara, 
> kelahiran Palang Merah Internasional sendiri terjadi pada tahun 
> 1863 atau pertengahan abad ke 19. Organisasi Palang Merah
> Internasional juga bagian dari perkumpulan Bulan Sabit Merah 
> Internasional.
> 
> Upaya mengganti lambang Palang Merah menjadi lambang yang lain, 
> antara lain dengan usulan Bulan Sabit Merah, jelas memicu banyak 
> hal. Bagaimanapun, organisasi Palang Merah Indonesia dan Bulan 
> Sabit Merah Indonesia sudah ada, sama-sama eksis, serta berbeda 
> pengelolaan. Ketika sebagian anggota DPR mempermasalahkan 
> penggunaan lambang Palang Merah, lalu berkeinginan menggantinya 
> dengan Bulan Sabit Merah, sebetulnya cukup dengan memberikan 
> perhatian kepada Bulan Sabit Merah Indonesia. Tidak perlu malah 
> mengganti lambang Palang Merah menjadi Bulan Sabit Merah, karena 
> akan berdampak kepada perbedaan kedua organisasi.
> 
> Terlepas dari keberadaan organisasi itu, sebetulnya diskusi soal 
> lambang di Indonesia sudah dilakukan setelah Indonesia merdeka.
> Khusus untuk mendapatkan lambang yang tepat, dibentuk kepanitiaan 
> khusus menyangkut bendera dan lambang negara Indonesia yang antara 
> lain dipimpin Ki Hadjar Dewantara dan Muhammad Yamin. Pada 
> gilirannya, Indonesia menggunakan bendera Sang Saka Merah Putih dan 
> lambang Burung Garuda. Penggalian terhadap kedua simbol penting 
> negara Republik Indonesia ini dilakukan ke dalam sejarah Indonesia 
> sendiri, termasuk lewat ilmu arkeologi, ilmu linguistik, ilmu 
> sejarah dan ilmu-ilmu lainnya.
>
> Namun, lambang atau bendera hanyalah sebuah kesepakatan nasional. 
> Merah Putih, misalnya, digali dari sejarah pemberontakan 
> Jayakatwang Kediri terhadap Singosari. Singosari sebagai negara 
> yang sah dikalahkan. Merah Putih, dalam konteks nasionalisme, bisa 
> diartikan juga sebagai separatisme di abad ke 13. Atau, kalau mau 
> lebih moderat, dapat didefinisikan sebagai nasionalisme baru yang
> berlandaskan keberanian dan kesucian. Begitu juga dengan lambang 
> Burung Garuda yang merupakan karya Sultan Hamid II, tokoh yang 
> sampai kini masih dianggap sebagai Kaum Federalis dan sosok 
> separatis.
> 
> ***
> 
> Setelah Nota Kesepahaman Helsinki ditandatangani pada 15 Agustus 
> 2005, partai-partai lokal hadir di Aceh. Salah satu yang menjadi 
> pokok persoalan adalah apakah dibolehkan berdiri Partai GAM? 
> Ternyata Partai GAM tidak lahir, malah yang muncul Partai Aceh. 
> Masalah baru muncul, apakah Partai Aceh boleh menggunakan lambang 
> GAM? Apabila diperbolehkan, Partai Aceh akan menggunakan bendera 
> Bulan Sabit Merah sebagai lambang. Sekalipun GAM melakukan sejumlah 
> perubahan, Bulan Sabit Merah adalah bendera yang pada akhirnya 
> dipakai, selain lambang Bouraq-Singa. Keputusan akhir, Partai Aceh
> tidak boleh menggunakan bendera Bulan Sabit Merah, apatah lagi 
> Bouraq-Singa.
> 
> Kini, lambang Burung Garuda sudah menyemat di dada setiap mantan 
> pemimpin GAM yang bergabung dalam pemerintahan Republik Indonesia 
> di Aceh. Ndilalah, setelah kontroversi itu, justru giliran DPR 
> mempermasalahkan lambang Palang Merah Indonesia dan berniat 
> menggantinya dengan – salah satunya – Bulan Sabit Merah. Apakah ini 
> bukan separatisme ala Jakarta namanya? Separatisme yang berjangkit 
> dari semangat nasionalisme, sekaligus juga upaya simbolisasi untuk 
> – antara lain – mengedepankan "lambang-lambang Islami". Padahal, 
> Bulan Sabit Merah tidak muncul sebagai satu kesepakatan yang 
> berdasarkan kehidupan Rasulullah Muhammad SAW.
> 
> Sayup, namun terus bergema, kenyataannya apa yang ditulis Soekarno 
> pada tahun 1926 tentang "Islamisme, Marxisme dan Nasionalisme"
> ternyata makin menyeruak. Isu SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar 
> Golongan) ternyata malah muncul di DKI Jakarta, pusat segala 
> modernitas dan pasca modernisme. Menyelinapnya isu-isu awal abad ke 
> 20 di abad ke 21 ini menunjukkan betapa pemahaman para elite 
> Indonesia sungguhlah miskin pengetahuan sejarah. Pertentangan 
> antara Islamisme versus Nasionalisme versus Marxisme secara 
> telanjang dipertontonkan, termasuk dengan upaya untuk menghilangkan 
> tragedi berdarah pembantaian PKI pada tahun 1965-1966.
> 
> Padahal, Palang Merah lahir dari semangat humanisme. Dalam hal ini, 
> sesuai dengan sila kedua Pancasila, yakni kemanusiaan yang adil dan 
> beradab. Keadilan dan peradaban dibangun berdasarkan penghormatan 
> atas hak asasi manusia, dari manapun asalnya, apapun warna kulitnya 
> serta agama apapun. Ketika Palang Merah mengalami deviasi makna
> menjadi bersifat ideologis, lalu state aparatus seperti DPR ikut 
> memberikan pemaknaan baru, sesungguhnya yang bekerja adalah 
> kepentingan (posisi) politik masing-masing anggota DPR, bukan 
> kepentingan negara secara keseluruhan.
>
> ***
>
> Kalau konflik ideologis ini terus muncul di Indonesia, maka 
> kondolidasi demokrasi akan tercerai-berai oleh kepentingan 
> (sentimentil) para aktornya. Negara akan sibuk dengan nalar-nalar 
> subjektif yang bersumber dari perbedaan pemahaman tentang mana yang 
> ranah private, mana yang ranah public. Sebagai contoh, apabila 
> lambang Palang Merah dipersoalkan, karena tafsiran sempit sebagai 
> Lambang Salib, maka dengan sendirinya bendera Merah Putih dan 
> lambang Burung Garuda juga layak untuk lebih dipertanyakan.
> 
> Bolehlah Muhammad Yamin mengurai Merah Putih sebagai bendera yang
> sudah berusia 600 tahun. Lalu bagaimana dengan Burung Garuda yang 
> merupakan kendaraan Dewa Wisnu dalam mitologi Hindu? GAM, secara 
> sederhana, menyebut Indonesia sebagai Hindunesia, dalam kaitannya 
> dengan kepentingan Bouraq-Singa dan Bulan Sabit Merah. Namun, dalam 
> konteks yang lain, Bouraq sendiri adalah mahkluk mitologis yang 
> berdasarkan pemahaman sempit sebagai kendaraan Rasulullah Muhammad 
> SAW. Hadist tentang Bouraq itupun konon muncul dari Rahib-Rahib 
> Yahudi. Begitu juga singa, jenis binatang yang tidak ada di 
> hutan-hutan Pulau Sumatera, melainkan di jazirah bergurun dan 
> berpadang ilalang di Asia Barat dan Asia Timur.
>
> Tentu terlalu spekulatif untuk membaca bahwa kehendak mengganti 
> lambang Palang Merah berdasarkan upaya pertama untuk mengubah 
> lambang Burung Garuda. Hanya saja, secara substansi, jauh lebih
> penting untuk mengubah lambang Burung Garuda yang penggagasnya 
> tidak diakui sebagai pahlawan nasional. Ketika pemikiran ini 
> berkembang, Burung Garuda akan dianggap sebagai simbol dari 
> kendaraan langit Dewa Wisnu, bukan lagi sebagai burung 
> keindonesiaan yang memandang ke kanan. Kananpun, dalam artian 
> simbolik, bisa diartikan sebagai liberalisme, bukan sosialisme yang 
> berada dalam sila kelima Pancasila.
>
> Apa jalan keluar dari masalah ini? Cukup memberikan tafsiran ulang. 
> Palang Merah bisa disebut sebagai Plester Merah, dalam artian 
> membalut luka-luka akibat peperangan dan bencana alam. Bisa juga 
> disebut Pembalut Merah atau Pengikat Merah. Toh juga di dalam warna 
> merah, terdapat unsur putih, pada lambang Palang Merah. Bisa juga 
> disebut Palang Merah Putih Indonesia atau Pembalut Merah Putih 
> Indonesia. Memberikan tafsiran ulang jauh lebih menghemat biaya,
> ketimbang mengubah secara simbolik menjadi lambang yang lain.
> 
> Indra J Piliang, The Indonesian Institute, Jln Wahid Hasyim No. 
> 194, Jakarta Pusat. Twitter: @IndraJPiliang 
> 
> -- 






------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke