'Welfare state' dimungkinkan dengan memberikan pajak sangat tinggi bagi 
orang-orang yang berpendapatan sangat tinggi. Akibatnya orang-orang yang 
berpenghasilan tinggi tersebut melarikan diri dan pindah menjadi WN lain 
seperti yang terjadi di Perancis. 

Di Swedia anehnya hal seperti ini tidak terjadi.
Dengan tingkat pajak sebesar 80%, orang-orang berpenghasilan tinggi Swedia 
masih betah dan tidak terdengar ada banyak yang kabur.

Mungkin bung Ambon yang bermukim di Sewdia bisa memberi pencerahan?
Memang keadaan Perancis dan Swedia jauh berbeda di mana Swedia menurut saya 
masih monokultural.


--- In proletar@yahoogroups.com, "Bukan Pedanda"  wrote:
>
> 
> 
> Agar anda maklumi: nasionalisme itu per definisi adalah ideologi fascist 
> tukang tindas seperti anjing fascist Jepang Soekarno, Hitler atau Lepen...
> 
> Orang beradab mestinya berusaha untuk menegakkan hak-hak azasi manusia, 
> mengusahakan welfare state, artinya jaminan sosial dan jaminan kesehatan 
> untuk semua penduduk negerinya..- seperti di negeri Skandinavia kalau ogah 
> mencontoh Belanda.
> 
> 
> --- In proletar@yahoogroups.com, Batara Hutagalung  wrote:
> >
> > PANCA
> > PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA.
> >  
> > Catatan Batara R. Hutagalung
> > Majelis
> > Permusyawaratan Rakyat (MPR) tengah mensosialisasikan Empat Pilar Kehidupan 
> > Berbangsa
> > dan Bernegara.
> >  
> > Saya
> > menilai, landasan teoritis penyusunan empat pilar kurang kuat, landasan
> > filosofisnya lemah, dan landasan historisnya kelihatannya terabaikan.
> >  
> > Dalam
> > beberapa diskusi dengan teman-teman sering saya sampaikan, bahwa apabila 
> > memang
> > akan “dibangun” pilar untuk Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, juga 
> > harus
> > melihat historisnya berdirinya Republik Indonesia. Secara logika, empat 
> > pilar
> > yang digagas tersebut tidak akan ada, seandainya tidak ada Proklamasi
> > 17.8.1945.
> >  
> > Memang
> > kesadaran berbangsa dan bernegara selama ini yang semakin pudar dan 
> > hilangnya
> > nasionalisme menjadi kegundahan kita semua. Mungkin ini yang menyebabkan
> > pejabat-pejabat negara tergopoh-gopoh dan dengan ceroboh menyusun dengan 
> > tidak
> > cermat dasar-dasar berbangsa dan bernegara, sehingga mengabaikan landasan
> > historis berdirinya Republik Indonesia.
> >  
> > Tulisan
> > ini masih merupakan kerangka pemikiran untuk mendapatkan input, dan yang 
> > sedang
> > saya elaborasi lebih lanjut.
> >  
> > Yang
> > akan saya tambahkan a.l.: Munculnya kecenderungan untuk kembali melakukan
> > glorifikasi terhadap empat pilar yang telah disosialisasikan, seperti 
> > glorifikasi
> > Pancasila  (P4) di zaman Orde Baru dan
> > TUBAPIN di zaman “orde lama.” Beberapa pejabat/kepala daerah mulai 
> > “jual kecap”
> > tentang hal-hal dan kondisi yang ideal (das
> > Sollen) yang dibayangkannya (Wunschdenken)
> > yang sebenarnya sangat jauh dari realita. 
> >  
> > Sedangkan realitanya (das Sein), masyarakat ini sedang
> > mengalami krisis moral yang sangat parah, apalagi melihat “kenakalan” 
> > para
> > penyelenggara negara: banyak anggota Dewan Yang Terhormat melakukan KKN dan
> > selingkuh; "wakil Tuhan" (hakim) “nakal” memalsukan putusan MA yang
> > mengurangi hukuman bandar narkoba, hakim berpesta narkoba, hakim perempuan
> > selingkuh, jaksa perempuan menjual lebih dari 300 butir pil ekstasi barang
> > bukti, karena ingin memiliki HP Blackberry, dll “kenakalan” para 
> > pejabat. Yang
> > terakhir adalah pernyataan yang sangat tidak pantas  yang diucapkan oleh 
> > seorang "wakil
> > Tuhan" yang ingin menjadi "Wakil Tuhan Agung", alias hakim
> > agung, yang mengatakan bahwa pemerkosa dan yang diperkosa sama-sama 
> > menikmati.
> >  
> > Dulu waktu di sekolah
> > Dasar/Sekolah Rakyat, kita membaca mengenai “Si Kancil Anak Nakal, Suka 
> > Mencuri
> > Ketimun”, sekarang kita menghadapi poli-tikus, alias tikus-tikus raksasa 
> > yang
> > menggerogoti uang rakyat dan para penyelenggara serta tokoh-tokoh yang
> > "nakal."
> >  
> > Menurut pendapat saya, Panca
> > Pilar masih harus diperjuangkan untuk realisasinya, dalam kerangka Nation 
> > and Character Building. Melihat
> > kondisi bangsa saat ini, saya melihat konsep Nation and Character Building, 
> > yang terhenti tahun 1965/1966,
> > dengan disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekarang, sangat perlu
> > dilanjutkan.
> >  
> > PANCA
> > PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA 
> > PROKLAMASI
> > 17 AGUSTUS 1945. PILAR PERTAMA BANGSA INDONESIA
> > Selengkapnya
> > baca:
> > http://batarahutagalung.blogspot.com/2013/01/panca-pilar-kehidupan-berbangsa-dan.html
> >  
> > Mohon
> > tanggapan.
> >  
> > Salam,
> >  
> > Weblogs
> > saya:
> > http://batarahutagalung.blogspot.com,
> > http://10november1945.blogspot.com,
> > http://indonesiadutch.blogspot.com
> > 
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
>




------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke