http://www.youtube.com/watch?v=THyCAgfOWGA
Ada yang ada Ada yang tak ada Nyatanya ada Nyatanya tak ada Antara ada Antara tak ada Ada antara Diantara ada dan tak ada Ada yang ada Ada yang tak ada Nyatanya ada Nyatanya tak ada Antara ada Antara tak ada Ada antara Diantara ada dan tak ada Hanya tak terasa ada disana Hanya tak terasa ada disini Hanya tak terasa apa yang dirasa Ada dan tak ada mungkin tak berbeda Ada yang ada Ada yang tak ada Nyatanya ada Nyatanya tak ada Antara ada Antara tak ada Ada antara Diantara ada dan tak ada Antara ada disini Rasa disini Ada antara disana Dimana rasa? Antara ada disini Nalar disini Ada antara disana Dimana nalar? Ada dan tak ada Nyatanya ada Menari dan bernyanyilah Langit dan bumi nyatanya ada Tapi tersimpan di cakrawala http://musiklib.org/Iwan_Fals-Ada-Lirik_Lagu.htm --- In proletar@yahoogroups.com, "arra_s" <arra_s@...> wrote: > > > > http://www.youtube.com/watch?v=sHOQHgOtBfc > > copas dari sebelah.. > Kisah di balik lagu Chrisye " ketika tangan dan kaki bicara " > > > Penyair Taufiq Ismail menulis sebuah artikel tentang Krismansyah Rahadi > (1949-2007) di majalah sastra HORISON: > > Di tahun 1997 saya bertemu Chrisye sehabis sebuah acara, dan dia berkata, > "Bang, saya punya sebuah lagu. Saya sudah coba menuliskan kata-katanya, tapi > saya tidak puas. Bisakah Abang tolong tuliskan liriknya?" Karena saya suka > lagu-lagu Chrisye, saya katakan bisa. Saya tanyakan kapan mesti selesai. Dia > bilang sebulan. Menilik kegiatan saya yang lain, deadline sebulan itu > bolehlah. > > Kaset lagu itu dikirimkannya, berikut keterangan berapa baris lirik > diperlukan, dan untuk setiap larik berapa jumlah ketukannya, yang akan diisi > dengan suku kata. Chrisye menginginkan puisi relijius. > Kemudian saya dengarkan lagu itu. Indah sekali. Saya suka betul. Sesudah > seminggu, tidak ada ide. Dua minggu begitu juga. Minggu ketiga inspirasi > masih tertutup. > > Saya mulai gelisah. Di ujung minggu keempat tetap buntu. Saya heran. Padahal > lagu itu cantik jelita. Tapi kalau ide memang macet, apa mau dikatakan. > Tampaknya saya akan telepon Chrisye keesokan harinya dan saya mau bilang, > "Chris, maaf ya, macet. Sori." Saya akan kembalikan pita rekaman itu. > > Saya punya kebiasaan rutin baca Surah Yasin. Malam itu, ketika sampai ayat 65 > yang berbunyi, A'udzubillahiminasy syaithonirrojim. "Alyauma nakhtimu 'alaa > afwahihim, wa tukallimuna aidhihim, wa tasyhadu arjuluhum bimaa kaanu > yaksibuun" saya berhenti. Maknanya, "Pada hari ini Kami akan tutup mulut > mereka, dan tangan mereka akan berkata kepada Kami, dan kaki mereka akan > bersaksi tentang apa yang telah mereka lakukan." Saya tergugah. Makna ayat > tentang Hari Pengadilan Akhir ini luar biasa! > > Saya hidupkan lagi pita rekaman dan saya bergegas memindahkan makna itu ke > larik-larik lagi tersebut. Pada mulanya saya ragu apakah makna yang sangat > berbobot itu akan bisa masuk pas ke dalamnya. Bismillah. Keragu-raguan > teratasi dan alhamdulillah penulisan lirik itu selesai. Lagu itu saya beri > judul Ketika Tangan dan Kaki Berkata. > Keesokannya dengan lega saya berkata di telepon, "Chris, alhamdulillah > selesai." Chrisye sangat gembira. Saya belum beritahu padanya asal-usul > inspirasi lirik tersebut. > > Berikutnya hal tidak biasa terjadilah. Ketika berlatih di kamar > menyanyikannya baru dua baris Chrisye menangis, menyanyi lagi, menangis lagi, > berkali-kali. > > > Di dalam memoarnya yang dituliskan Alberthiene Endah, ChrisyeSebuah Memoar > Musikal, 2007 (halaman 308-309), bertutur Chrisye: > > Lirik yang dibuat Taufiq Ismail adalah satu-satunya lirik dahsyat sepanjang > karier, yang menggetarkan sekujur tubuh saya. Ada kekuatan misterius yang > tersimpan dalam lirik itu. Liriknya benar-benar mencekam dan menggetarkan. > Dibungkus melodi yang begitu menyayat, lagu itu bertambah susah saya > nyanyikan! Di kamar, saya berkali-kali menyanyikan lagu itu. Baru dua baris, > air mata saya membanjir. Saya coba lagi. Menangis lagi. Yanti sampai syok! > Dia kaget melihat respons saya yang tidak biasa terhadap sebuah lagu. > > Taufiq memberi judul pada lagu itu sederhana sekali, Ketika Tangan dan Kaki > Berkata. > Lirik itu begitu merasuk dan membuat saya dihadapkan pada kenyataan, betapa > tak berdayanya manusia ketika hari akhir tiba. Sepanjang malam saya gelisah. > Saya akhirnya menelepon Taufiq dan menceritakan kesulitan saya. > "Saya mendapatkan ilham lirik itu dari Surat Yasin ayat 65 " kata Taufiq. Ia > menyarankan saya untuk tenang saat menyanyikannya. Karena sebagaimana bunyi > ayatnya, orang memang sering kali tergetar membaca isinya. > > Walau sudah ditenangkan Yanti dan Taufiq, tetap saja saya menemukan kesulitan > saat mencoba merekam di studio. Gagal, dan gagal lagi. Berkali-kali saya > menangis dan duduk dengan lemas. Gila! Seumur-umur, sepanjang sejarah karir > saya, belum pernah saya merasakan hal seperti ini. Dilumpuhkan oleh lagu > sendiri! > > Butuh kekuatan untuk bisa menyanyikan lagu itu. Erwin Gutawa yang sudah > senewen menunggu lagu terakhir yang belum direkam itu, langsung mengingatkan > saya, bahwa keberangkatan ke Australia sudah tak bisa ditunda lagi. Hari > terakhir menjelang ke Australia, saya lalu mengajak Yanti ke studio, menemani > saya rekaman. Yanti sholat khusus untuk mendoakan saya. > > Dengan susah payah, akhirnya saya bisa menyanyikan lagu itu hingga selesai. > Dan tidak ada take ulang! Tidak mungkin. Karena saya sudah menangis dan tak > sanggup menyanyikannya lagi. Jadi jika sekarang Anda mendengarkan lagu itu, > itulah suara saya dengan getaran yang paling autentik, dan tak terulang! > Jangankan menyanyikannya lagi, bila saya mendengarkan lagu itu saja, rasanya > ingin berlari! > > Lagu itu menjadi salah satu lagu paling penting dalam deretan lagu yang > pernah saya nyanyikan. Kekuatan spiritual di dalamnya benar-benar benar > meluluhkan perasaan. Itulah pengalaman batin saya yang paling dalam selama > menyanyi. > > Penuturan Chrisye dalam memoarnya itu mengejutkan saya. Penghayatannya > terhadap Pengadilan Hari Akhir sedemikian sensitif dan luarbiasanya, dengan > saksi tetesan air matanya. Bukan main. Saya tidak menyangka sedemikian > mendalam penghayatannya terhadap makna Pengadilan Hari Akhir di hari kiamat > kelak. > > Mengenai menangis ketika menyanyi, hal yang serupa terjadi dengan Iin Parlina > dengan lagu Rindu Rasul. Di dalam konser atau pertunjukan, Iin biasanya cuma > kuat menyanyikannya dua baris, dan pada baris ketiga Iin akan menunduk dan > membelakangi penonton menahan sedu sedannya. Demikian sensitif dia pada > shalawat Rasul dalam lagu tersebut. > > Setelah rekaman Ketika Tangan dan Kaki Berkata selesai, dalam peluncuran > album yang saya hadiri, Chrisye meneruskan titipan honorarium dari produser > untuk lagu tersebut. Saya enggan menerimanya. Chrisye terkejut. "Kenapa Bang, > kurang?" Saya jelaskan bahwa saya tidak orisinil menuliskan lirik lagu Ketika > Tangan dan Kaki Berkata itu. Saya cuma jadi tempat lewat, jadi saluran saja. > Jadi saya tak berhak menerimanya. Bukankah itu dari Surah Yasin ayat 65, > firman Tuhan? Saya akan bersalah menerima sesuatu yang bukan hak saya. > > Kami jadi berdebat. Chrisye mengatakan bahwa dia menghargai pendirian saya, > tetapi itu merepotkan administrasi. Akhirnya Chrisye menemukan jalan keluar. > "Begini saja Bang, Abang tetap terima fee ini, agar administrasi rapi. Kalau > Abang merasa bersalah, atau berdosa, nah, mohonlah ampun kepada Allah. Tuhan > Maha Pengampun 'kan?" > Saya pikir jalan yang ditawarkan Chrisye betul juga. Kalau saya berkeras > menolak, akan kelihatan kaku, dan bisa ditafsirkan berlebihan. Akhirnya > solusi Chrisye saya terima. Chrisye senang, saya pun senang. > > Ketika Tangan dan Kaki Berkata
 > Lirik : Taufiq Ismail > 
Lagu : Chrisye > > Akan datang hari mulut dikunci
 > Kata tak ada lagi > 
Akan tiba masa tak ada suara > 
Dari mulut kita > > Berkata tangan kita > 
Tentang apa yang dilakukannya
 > Berkata kaki kita
 > Kemana saja dia melangkahnya > > Tidak tahu kita bila harinya > 
Tanggung jawab tiba > Rabbana 
 > Tangan kami 
 > Kaki kami 
 > Mulut kami 
 > Mata hati kami > Luruskanlah > 
Kukuhkanlah 
 > Di jalan cahaya .
 > sempurna > > > --- In proletar@yahoogroups.com, "pinpinyuliansyah" <pinpinyuliansyah@> wrote: > > > > Di kemasan deterjen pencuci pakaian tertulis kata - kata "Lembut di > > Tangan", namun meskipun ada "jaminan" bahwa deterjen pencuci pakaian itu > > lembut untuk tangan, tentu saja kita tidak akan merendam tangan kita > > seharian di dalam air deterjen karena ingin "melembutkan" tangan. Meskipun > > (mungkin) lembut untuk tangan, deterjen dibuat untuk mencuci pakaian, bukan > > untuk melembutkan tangan. > > > > Hidup kita hari ini disesaki oleh ribuan iklan yang berlomba - lomba > > mengejar kita dimanapun kita berada. Dari mulai membuka mata sampai menutup > > mata. Dari mulai iklan TV, koran, radio, billboard, pamplet, sampai "hujan > > SMS Iklan" yang tiba - tiba masuk begitu saja ke inbox di handphone kita. > > Dari mulai iklan sabun, shampoo, makanan ringan, rumah, mobil, surga, > > bidadari ....sampai iklan "Investasi meningkat jutaan kali lipat jika anda > > ber sodaqoh !" > > > > Tidak semua barang dan jasa yang di iklan kan itu kita butuhkan. > > > > Hari ini kita sangat sulit menemukan iklan yang jujur. Hari ini sebagian > > konsumen sudah mulai cerdas untuk tidak terlalu cepat percaya pada iklan. > > Apalagi ketika iklan itu terlalu bombastis. Seperti iklan "Tabib Sakti > > Mandraguna" yang konon bisa menyembuhkan segala macam penyakit, dari mulai > > Impotensi, kanker sampai HIV, dari mulai panas dalam sampai santet. Seolah > > meniadakan sekian banyak dokter specialis yang jumpalitan belajar seumur > > hidup di dunia medis. > > > > Iklan adalah bagian dari marketing. > > > > KETIKA sebuah perusahaan , atau partai, atau agama, doyan "ngiklan" dengan > > kata - kata yang muluk ... > > > > MAKA sampai kapan orang akan percaya dan mau mendengar ? > > > > Iklan apapun dan sebagus apapun pada akhirnya harus disertai dengan bukti > > nyata. > > Iklan tanpa bukti adalah ngibul. > > Siapapun tentu tidak suka dikibulin. > > Siapapun tidak suka di cap sebagai tukang ngibul. > > > > *** > > > > Deterjen dibuat untuk mencuci pakaian. Bukan untuk melembutkan tangan. > > Meskipun deterjen itu (mungkin benar) lembut di tangan. > > > > Di bulan puasa ini ... sekian banyak speaker masjid bercerita tentang indah > > nya surga dan betapa pedihnya api neraka. itu mungkin benar. Namun ketika > > seseorang didorong untuk berbuat baik hanya untuk sekian banyak bidadari > > atau sekian banyak minuman susu yang mengalir tak habis habis nya di surga > > loka .... atau ketika seseorang didorong untuk beramal sholeh .... hanya > > karena ditakut takuti oleh pedihnya siksa neraka ... > > > > saya jadi ingat syair lagu ini ... > > > > http://www.youtube.com/watch?v=Wh1qpLBZn-o > > > > Apakah kita semua > > Benar-benar tulus > > Menyembah pada-Nya > > Atau mungkin kita hanya > > Takut pada neraka > > Dan inginkan surga > > > > Reff: > > Jika surga dan neraka tak pernah ada > > Masihkan kau bersujud kepada-Nya > > Jika surga dan neraka tak pernah ada > > Masihkah kau menyebut nama-Nya > > > > (**) > > Bisakah kita semua > > Benar-benar sujud sepenuh hati > > Kar`na sungguh memang Dia > > Memang pantas disembah > > Memang pantas dipuja > > > > Kembali ke: Reff, (*), (**), Reff > > > > > > > > > > semoga bermanfaat. > > > ------------------------------------ Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage : http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/