Belajar dari Detroit&Stockton

Padahal Jepang itu dulu nyontek mobil Detroit kok bisa lebih hebat,jadi Islam 
itu kalau nyontek Yesus rapopo.

Jakarta - Siapa menyangka tahun 2013 ini menjadi petaka bagi (sebagian) Amerika 
Serikat? Ini bukan soal teroris, namun masalah kemakmuran. Ya, dalam beberapa 
bulan terakhir, berbagai media di dalam dan luar negeri ramai memberitakan 
kebangkrutan kota-kota di Amerika Serikat. Salah satu yang menarik untuk 
disimak adalah kebangkrutan yang dialami oleh Detroit.

Dengan berlindung pada pasal 9 Undang-Undang Perlindungan Kepailitan setempat, 
Detroit mengajukankebangkrutan pada pengadilan federal, 18 Juli 2013 lalu. Jika 
permohonannya dikabulkan, kurator yang ditunjuk akan diberikan kewenangan untuk 
melakukan penjualan aset kota guna membayar hutang-hutangnya. Pada saat 
mengajukan kebangkrutan, Detroit memiliki hutang sebesar USD 18 miliar, serta 
memiliki segudang permasalahan.

Minimnya pembayar pajak, tingginya biaya pensiun dan jaminan kesehatan, serta 
defisit pada anggaran operasional sejak 2008, memaksa layanan kota berkurang 
drastis. Sebagai kota besar dengan hanya 60% lampu penerangan jalan yang masih 
berfungsi, Detroit menjelma menjadi salah satu kota berbahaya di Amerika 
Serikat. Hal ini diperparah dengan kondisi panggilan darurat 911 yang 
membutuhkan respons hingga 40 menit guna mendapatkan layanan.

Saat ini, lebih dari 20% penduduk Detroit adalah pengangguran, dan ditambah 
dengan sekitar 78.000 gedung kosong dalam kota, semakin memperkuat citra 
keruntuhannya. Kondisi ini jauh dari masa jaya Detroit di tahun 1960-an dimana 
Ford, Daimler Chrysler dan mobil mobil ternama Amerika Serikat diproduksi 
disana. Dengan jumlah penduduk sekitar 1,8 juta jiwa pada saat itu, kini 
Detroit hanya dihuni oleh sekitar 500 ribu jiwa.

Pernyataan mengejutkan disampaikan oleh sang Walikota, Mr. Bing, "Kami bukanlah 
satu-satunya kota yang harus berjuang keras dengan apa yang kami alami. Ada 
sekitar 100 kota urban terkemuka saat ini yang kurang lebih memiliki masalah 
yang sama. Kami mungkin salah satu dari yang pertama (menyatakan kebangkrutan), 
tetapi kami jelas bukan yang terakhir". Sebuah pernyataan yang menyiratkan 
keputusasaan atas kondisi yang sedang dihadapi.

Hal tersebut seakan mengingatkan kejadian pada tahun 2012, tepatnya pada 
tanggal 28 Juni, dimana sebuah kota di California, bernama Stockton, 
mendeklarasikan kebangkrutannya. Dengan masalah yang kurang lebih sama dengan 
Detroit, kota ini menanggung defisit anggaran sebesar USD 90 juta dalam tiga 
tahun terakhir. Suatu jumlah yang jauh dari ukuran Detroit, namun dengan 
kapasitas yang lebih kecil, memberikan dampak yang kurang lebih sama bagi 
penduduknya.

Dampaknya, seperempat petugas kepolisian kota dan sepertiga petugas pemadam 
kebakaran harus dirumahkan. Total, 40% dari seluruh pegawai kota harus 
dirumahkan. Tidak hanya itu, gaji dan tunjangan kesehatan bagi yang masih 
bekerja juga harus dipangkas. Akibatnya, angka pengangguran dan kriminalitas di 
Stockton meningkat tajam dalam 3 tahun terkahir. Dengan lebih dari 15% 
penduduknya merupakan pengangguran, tidak mengejutkan jika satu dari setiap 195 
rumah di Stockton disita karena gagal bayar.

Dari kedua kota tersebut, kita dapat menarik beberapa pelajaran penting. Yang 
pertama, Detroit dan Stockton merupakan kota yang mengalami kebangkrutan karena 
ditinggalkan penduduknya. Rendahnya jumlah lapangan kerja dan minimnya dukungan 
dari pemerintah menjadikan kedua kota tersebut memudardan sulit berkembang. 
Detroit yang pernah mengalami masa kejayaan, memiliki masalah dengan 
keberlangsungan usaha, karena tidak dapat berkompetisi dengan kota lain bahkan 
Negara lain dalam menarik atau mempertahankan suatu investasi.

Yang kedua, sebagai bagian dari wilayah Amerika Serikat, kita tidak dapat 
membayangkan para penduduk Detroit maupun Stockton untuk tidak membayar pajak. 
Internal Revenue Service (IRS) dengan segudang reputasinya pastinya sudah 
bekerja dengan baik untuk memastikan tidak ada potensi pajak yang hilang. 
Minimnya pajak yang dikumpulkan dari Detroit dan Stockton lebih disebabkan oleh 
minimnya laba (kesejahteraan) yang dihasilkan oleh penduduknya.

Yang ketiga, kota sebesar Detroit juga memiliki masalah dengan korupsi. Pejabat 
tertingginya dipenjarakan karena masalah korupsi pada saat kota yang 
dipimpinnya berjuang keluar dari krisis. Suatu hal yang memaksa penerusnya 
untuk akhirnya mengajukan kebangkrutan. Korupsi bukanlah penyebab utama 
bangkrutnya Detroit, namun semakin memastikan nasib yang dialami oleh kota 
tersebut.

Dari berbagai pelajaran di atas, dapat kita simpulkan bahwa membayar pajak 
dengan patuh belum menjamin kesejahteraan kita akan berlangsung dengan baik. 
Dibutuhkan upaya ekstra untuk turut mengawasipenggunaan uang Negara yang 
dikumpulkan dari pajak, agar digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran 
rakyat. Penting bagi masyarakat untuk memahami, bahwa kehidupan yang saat ini 
kita nikmati, harus dapat diwariskan ke generasi berikutnya. Oleh karena itu, 
semua elemen masyarakat harus turut mengawasi penggunaan uang Negara guna 
menjamin kehidupan yang berkelanjutan.

Keberkelanjutan tersebut harus dimaknai dengan banyaknya lapangan pekerjaan, 
kemudahan berinvestasi sekaligus menarik bagi investor, serta tidak adanya 
korupsi. Hal ini juga berarti kemandirian bangsa harus terwujud. Penting untuk 
diingat bahwa saat ini masih banyak subsidi yang dianggarkan pemerintah untuk 
berbagai hal yang sifatnya konsumtif. Meski masih dalam situasi krisis ekonomi 
dunia, penerimaan pajaksaat ini masih dapat ditingkatkan lagi. Oleh karena itu, 
kepatuhan dalam membayar pajak harus dibarengi dengan kepedulian untuk 
mengawasi penggunaan uang pajak. Di akhir bulan Ramadhan ini, mari kita 
renungkan bersama, sekaligus berdoa, agar peristiwa yang dialami oleh Detroit 
dan Stockton tidak terjadi di negeri kita tercinta. Selamat menjalankan ibadah 
puasa.


Paulus anak wedus.



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke