http://www.suarapembaruan.com/News/2006/04/11/Nasional/nas01.htm

SUARA PEMBARUAN DAILY 
Selesaikan Permintaan Suaka dengan Otsus Papua

 

Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin (kanan) menerima kedatangan Duta 
Besar Belanda Bill Palmer (kiri), disaksikan Rektor Universitas Bung Karno, 
Muchyar Yara, di Kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, Senin (10/4). 
Pertemuan antara Dubes Australia dan tokoh-tokoh agama ini membahas masalah 42 
warga Papua yang mencari suaka ke Australia. [Pembaruan/YC Kurniantoro] 

[JAKARTA] Anggota Pokja Papua, Frans Maniagasi mengingatkan, permintaan suaka 
dan ditanggapi dengan pemberian izin tinggal sementara kepada 42 orang warga 
Papua oleh Pemerintah Australia terjadi akibat tidak konsistennya pemerintah 
pusat terhadap pelaksanaan otonomi khusus (otsus) di Papua. Ketidakkonsistenan 
ini kelak bisa mengundang masalah otsus menjadi isu internasional. Masalah 
tersebut harus diselesaikan dengan otsus. 

"Kalau hal ini terjadi lagi, jangan kita seperti cacing kepanasan, menyalahkan 
orang lain. Seperti pengalaman saat ini, kita ramai-ramai sebagai bangsa mulai 
dari pemerintah, DPR, sampai kelompok-kelompok masyarakat menyalahkan 
Pemerintah Australia," kata Frans kepada Pembaruan di Jakarta, Senin (10/4). 

Padahal sesungguhya akibat ulah dari pemerintah pusat sendiri, yang karena 
banyaknya inkonsistensi dalam membuat kebijakan terhadap Papua itulah yang 
mengakibatkan 42 warga Papua meminta suaka ke Pemerintah Australia. 
"Jangan-jangan, sebenarnya tanpa sadar, justru pemerintah pusat sendirilah 
sumber desintegrasi Papua dari NKRI," katanya. 

Secara terpisah Direktur Eksekutif The Indonesian Institute, Jeffrie Geovanie 
menyarankan, seluruh kekuatan bangsa, baik dari jajaran eksekutif maupun 
legislatif bersinergi menghadapi sikap pemerintah Australia, yang memberikan 
suaka kepada warga Papua. Langkah selanjutnya, melakukan lobi politik dan 
diplomatik kepada dunia internasional, termasuk ke pihak Australia. 

"Saya kira semua kekuatan yang ada sekarang harus melakukan lobi-lobi intensif. 
Harus diyakinkan kepada pihak Australia, seenteng-entengnya Australia 
menganggap Indonesia, kalau terjadi hubungan yang buruk dari kedua negara yang 
bertetangga, dampak buruknya juga akan menimpa Australia," katanya. 

Rencana kepergian sejumlah anggota dewan ke Australia, bahkan anggota Dewan 
perwakilan Daerah (DPD) saat ini sudah berada di Australia itu sah-sah saja 
dalam upaya meyakinkan pihak Australia bahwa hubungan baik dan kerja sama yang 
saling menghargai antara kedua negara yang bertetangga adalah hal yang sangat 
penting, katanya. 

Untuk itu, tambahnya, selain langkah-langkah tersebut, di dalam negeri juga 
harus dilakukan pembenahan. Pembangunan selama ini di Papua yang belum sepesat 
di wilayah lain harus dijadikan cambuk bahwa ini harus diubah. Papua yang kaya 
akan sumber daya alam, tetapi masyarakatnya masih jauh tertinggal. 

Sikap pemerintah Australia ini tidak bisa dipisahkan dengan eksistensi PT 
Freeport Indonesia dan munculnya protes masyarakat terhadap perusahaan 
tersebut. Untuk itu, pemerintah harus berani melakukan audit terhadap 
perusahaan tersebut dengan mengundang tim audit independen dari luar negeri 
yaitu dari Eropa dan Asia. Apa pun hasilnya, pemerintah harus tunduk atas hasil 
audit tersebut, katanya. 


Bertemu Presiden 

Duta Besar Australia untuk Indonesia, Bill Farmer menegaskan kembali sikap 
pemerintah Australia yang akan segera meninjau ulang pemberian visa sementara 
terhadap 42 warga Papua setelah dua hingga tiga tahun mendatang. Dalam minggu 
ini PM Howard akan bertemu dengan Presiden SBY di Bali atau di Jakarta untuk 
membahas masalah tersebut. 

Demikian diungkapkan Duta Besar Australia untuk Indonesia Bill Farmer dalam 
kesempatan dialog dengan Tokoh Lintas Agama dan Tokoh Nasional di Kantor 
Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah di Jakarta, Senin (10/4). 

Pemerintah Australia, menurut Bill tetap mendukung indikasi teritorial 
Indonesia termasuk mengakui Papua sebagai wilayah Indonesia. Dialog dipandu 
oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Samsudin beserta tokoh agama dari PGI dan 
KWI. Dalam kesempatan itu tokoh agama mendapat jaminan dari Dubes Australia 
yang menyatakan akan meninjau kembali mengenai pemberian visa terhadap 42 warga 
Papua. 

"Hampir seluruh masyarakat Australia melalui polling menyatakan bahwa mereka 
tidak menyetujui kedatangan para imigran ilegal dari Indonesia. Dan ini harus 
menjadi bahan pertimbangan pemerintah Australia untuk menerima imigran ilegal 
dari Indonesia," ujar Din Syamsuddin. 

Lebih lanjut Bill Farmer menambahkan, hubungan yang kurang harmonis antara 
Indonesia dan Australia belakangan ini, terkait dengan pemberian ijin tinggal 
terhadap 42 warga Papua akan dibicarakan dalam minggu-minggu ini antara 
Presiden SBY dengan Perdana Menteri Australia John Howard. Menurut dia, 
pemerintahnya berkeyakinan keputusan Australia yang memberikan visa bagi 42 
warga Papua tidak akan mengganggu hubungan Canberra- Jakarta, namun ia 
menyatakan dapat mengerti reaksi keras yang diberikan Pemerintah Indonesia 
terhadap keputusan tersebut. 

"Persaudaraan yang telah dibangun antara pemerintah kedua negara, antara 
Perdana Menteri Australia John Howard dan Presiden Indonesia tidak akan 
terganggu," katanya. Pemerintah Australia menyatakan keyakinannya, keputusan 
tentang visa bagi 42 warga Papua itu juga tidak akan berdampak terhadap 
perundingan yang tengah dilakukan kedua negara tentang pemindahan tahanan 
maupun kerja sama dalam bidang keamanan. 

[M-11/E-5] 


Last modified: 11/4/06 

-- 
----------------------------------------
I am using the free version of SPAMfighter for private users.
It has removed 53 spam emails to date.
Paying users do not have this message in their emails.
Try www.SPAMfighter.com for free now!


[Non-text portions of this message have been removed]



Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke