Melihat perkembangan di Amerika Latin memang paling menarik, karena 'kiri'
bisa dikatakan mampu membuat polisi dunia amricano malu, dan entah nantinya
kelompok Amerika Latin ini mampu untuk tetap eksis dan membangun
masyarakatnya menuju kesejahteraan dengan mulus kah ?, semoga saja perubahan
total tersebut akan menjadi inspirasi bagi negara-negara terbelakang/dunia
ke tiga lain nya bisa mengikut-i pola di Amerika Latin ini, dan
...........semoga aku masih hidup disaat kondisi tersebut tercapai.

sur. ( sayangnya berita Amerika Latin kurang di ekspose media massa
Indonesia , sehingga yang namanya poldun masih menjadi panutan dan raja
diraja yang harus di nunut )

----- Original Message -----
From: "Umar Said" <[EMAIL PROTECTED]>



Catatan A. Umar Said

(tulisan ini juga disajikan dalam website
http://perso.club-internet.fr/kontak)



            Pensiunan letkol AD mungkin
            akan jadi presiden Peru





Bagi banyak orang di Indonesia, yang selama 32 tahun telah mengalami
kekuasaan otoriter dan despotik rejim militer Suharto dkk, pemilihan
presiden tanggal 9 April 2006 di Peru bisa merupakan kejadian yang menarik
sekali dan sekaligus mengagetkan. Sebab, dalam pemilihan itu, seorang
pensiunan letnan kolonel Angkatan Darat, yang bernama Ollanta HUMALA telah
mendapat suara terbanyak ( 31% suara) sehingga ada kemungkinan bahwa ia bisa
dipilih sebagai presiden Peru dalam pemilu babak kedua yang akan diadakan di
bulan Mei (atau permulaan Juni) yad.



Segi yang menarik lainnya, selain ia pensiunan militer, ia terpilih dengan
suara terbanyak karena ia terkenal sebagai seorang nasionalis yang populis,
yang anti-Amerika, dan bersikap kritis terhadap praktek-praktek maskapai
besar asing, yang banyak beroperasi di Peru.  Karenanya,  meskipun bukan
komunis atau marxis ia dipandang sebagai tokoh "kiri" oleh berbagai kalangan
di Peru dan di banyak negara. Selain itu ia juga dikenal sebagai orang yang
bersahabat dengan presiden Venezuela Hugo Chavez dan presiden Bolivia Evo
Morales, dua presiden yang jelas-jelas dan terang-terangan "tidak
 bersahabat" dengan pemerintahan di Washington.





Baru muncul, tetapi sudah dapat suara banyak



Di antara banyak saingan Ollanta Humala dalam pemilihan tanggal 9 April yang
lalu, terdapat Lourdes Flores (23,5% suara) , seorang advokat wanita
penganjur perdagangan bebas yang ingin memperbesar penanaman modal asing,
dan Alan Garcia (24,6% suara), mantan presiden Peru. Walaupun keunggulan
Ollanta Humala hanyalah tipis sekali, tetapi banyak orang di Peru meramalkan
bahwa ia akan terpilih sebagai presiden yang baru, dalam pertarungan duel
dengan mantan presiden Alan Garcia.



Bagaimana pun juga, kenyataan bahwa Ollanta Humala, yang meskipun pensiunan
Letnan Kolonel Angkatan Darat, sudah mendapat suara lebih besar dari mantan
presiden Peru (Alan Garcia), menunjukkan bahwa sikap politiknya yang anti-AS
dan kritis terhadap modal asing, mendapat "pasaran" di Peru. Memang, Ollanta
Humala tidak bisa disamakan dengan Hugo Chavez dari  Venezuela atau Evo
Morales dari Bolivia atau Fidel Castro dari Kuba, yang sikapnya terhadap AS
adalah paling keras. Ollanta Humala adalah nasionalis, yang condong ke
 "kiri", tetapi tidak serevolusioner Hugo Chavez, Evo Morales dan Fidel
Castro.



Ollanta Humala, yang masih muda sekali  (43 tahun) adalah tokoh terkemuka
dari keturunan campuran suku Indian dan orang kulitputih, yang juga disebut
amerindian. Sebagai anak Isaac Humala, seorang pengacara (advoat) yang
berhaluan komunis, sebelum menjadi tentara, ia pernah belajar di Akademi
Militer di Lima (ibukota Peru). Dalam tahun 2000, ia menghadapi persoalan
hukum  karena ikut memimpin pembrontakan militer terhadap pemerintahan
presiden Fujimori yang terkenal korup. Tetapi, ia kemudian  dibebaskan
dengan amnesti sesudah presiden Fujimori jatuh. Sesudah bertugas di Prancis
dan Korea Selatan sampai tahun 2004, ia kemudian dipensiunkan dari militer,
dan lalu terjun aktif di bidang politik.



Jadi, sebenarnya munculnya Ollanta Humala di panggung politik belumlah lama.
Ia baru menjadi pemimpin Partido Nacionalista Peruano (Partai Nasional Peru)
dalam bulan Oktober 2005. Tetapi, sikap politiknya yang jelas-jelas membela
kepentingan rakyat kecil dan juga anti-AS nampaknya menjadi faktor utama
mengapa ia sampai mendapat suara yang terbanyak dalam waktu yang begitu
singkat. Ada orang-orang yang mengibaratkan kenaikan kepopulerannya sebagai
meteor.





Tokoh yang disokong golongan miskin di Peru


Yang menarik dari ketokohan Ollanta Humala ialah bahwa meskipun baru muncul
di panggung politik ia sangat populer di kalangan orang-orang miskin di
Peru, yang kebanyakan terdiri dari suku asli Indian dan keturunan campuran
(mestizo) , yang juga miskin. Lebih dari separo penduduk Peru yang berjumlah
27 juta orang terdiri dari orang-orang suku Indian yang miskin yang sehari
hanya hidup dari penghasilan antara satu dollar sampai dua dollar AS. Suku
Indian  di Peru termasuk yang bangsa kuno Inca, yang dalam masa ribuan tahun
yang lalu pernah mempunyai kebudayaan tinggi dan terkenal di dunia.



Tetapi sejak kedatangan para penjajah Spanyol dalam abad ke-16, selama 4
abad, rakyat suku Indian ini hidup dalam kemiskinan dan keterbelakangan
serta tersisihkan. Penjajahan Spanyol, yang kemudian diteruskan sampai
sekarang oleh dominasi orang-orang kulit putih di bidang pemerintahan,
ekonomi, sosial dan kebudayaan, tidak mendatangkan kemajuan dan kemakmuran
bagi orang-orang kulit berwarna di Peru.



Karena itu, sudah sejak agak lama, timbul  semacam perasaan anti-pati
terhadap orang-orang kulit putih di Peru. Di samping itu timbul perasaan
unggul-diri sebagai orang-orang keturunan kebudayaan Inca terhadap
orang-orang pendatang.



Sedikit banyaknya, sosok Ollanta Humala ini mewakili kebangkitan rasa harga
diri suku Indian dan Inca ini, seperti halnya kebangkitan rasa harga diri
suku Indian di Bolivia lewat terpilihnya presiden Evo Morales.





 Peru negeri kaya tetapi rakyatnya miskin



Peru termasuk negara yang kaya alamnya di Amerika Latin, dengan cadangan
bahan mineralnya seperti tembaga, timah, phosphate, minyak, mangan . Emas,
perak dan logam-logam berharga lainnya juga ditemukan dalam jumlah yang
banyak. Karena itu, banyak perusahaan-perusahaan besar asing yang beroperasi
di Peru, termasuk Newmont yang juga bekerja di Indonesia.



Peru termasuk salah satu di antara yang negara-negara di Amerika Latin yang
ekonominya berhasil baik, di samping Cili yang pemerintahannya dipegang oleh
orang-orang sosial-demokrat. Dalam tahun-tahun terakhir ini inflasi di Peru
hanyalah sekitar 1%, dan  pertumbuhan ekonomi mencapai tingkat yang lumayan
baik, yaitu 5,5% setahunnya.



Tetapi ekonomi yang baik ini hanya dinikmati oleh segolongan kecil (sekitar
5% dari penduduk), yang kebanyakan terdiri dari orang-orang kulit putih dan
pendatang-pendatang lainnya. Karena kehidupan sebagian besar rakyat Peru
dalam keadaan sulit, jurang kesenjangan antara golongan yang miskin dan kaya
ini merupakan sumber pertentangan ras dan suku yang laten.



Dengan latar belakang yang demikian inilah Ollanta Humala mendapat dukungan,
terutama dari sebagian besar golongan miskin. Dalam berbagai kesempatan ia
menjanjikan bahwa akan bertindak tegas terhadap perusahaan-perusahaan besar
asing yang ternyata merugikan kepentingan negara dan rakyat. Di samping itu
ia berjanji akan memperkecil jurang antara yang miskin dan kaya.



Dukungan terhadap Ollanta Humala juga datang dari rakyat pedesaan, karena ia
membela  para petani yang menanam coca. Coca dikonsumsi rakyat sebagai
tambahan makanan dan obat-obatan.

Pemerintahan Peru selama ini membatasi penanaman coca, karena desakan
pemerintah AS dalam rangka menanggulangi produksi cocaine yang melanda
banyak kalangan di AS.





Integrasi dalam revolusi Bolivarian di Amerika Latin



Sebelum pemilu 9 April 2006, Ollanta Humala telah menyatakan dukungannya
berkali-kali terhadap gagasan integrasi negara-negara Amerika Latin,
terutama negara-negara dalam kawasan Andes (termasuk Peru, Bolivia dan
Ekuador)  dalam rangka revolusi Bolivarian untuk melawan  pengaruh AS di
bidang politik, ekonomi dan kebudayaan.



Ketika Evo Morales (Bolivia) berkunjung ke Venezuela, Ollanta Humala juga
bertemu bertiga dengan Hugo Chavez di Caracas. Pada waktu itulah dua tokoh
Venezuela dan Bolivia ini menyatakan dukungan mereka kepada pencalonan
Ollanta Humala sebagai presiden Peru.



Dalam bulan Maret 2006 Ollanta Humala juga bertemu dengan presiden
Argentina, Nestor Kirchner. Dalam pembicaraan mereka telah diangkat masalah
integrasi  Amerika Latin. Buat mereka integrasi negara-negara Amerika Latin
merupakan  program yang lebih penting dari pada hubungan bilateral dengan
AS. Dalam kesempatan itu mereka berdua menyatakan sebagai saudara sekandung.



Dari segi ini pulalah, dapat dimengerti bahwa Washington mengikuti
perkembangan situasi di Peru dengan cemas. Kemenangan yang mungkin dicapai
Ollanta Humala dalam pemilu babak kedua sebagai presiden akan lebih
memperlemah lagi pengaruh AS di Amerika Latin, yang makin menunjukkan
pergeseran ke kiri dan anti AS. Oleh karena itu, sudah dapat diperkirakan
bahwa kaum reaksioner di dalam negeri Peru dengan dibantu oleh kekuatan luar
negeri (terutama AS) akan berusaha sekuat mungkin  -- dan sebesar mungkin,
dan dengan segala cara -- untuk menghalangi terpilihnya Ollanta Humala
sebagai presiden.



Kalau Ollanta Humala jadi menang dalam pemilu babak kedua, maka di kawasan
Andes yang terdiri dari Peru, Bolivia dan Venezuela akan terbentuk "troika"
yang terdiri dari Ollanta Humala , Evo Morales, Hugo Chavez, yang
ketiga-tiganya merupakan kepala negara yang anti-AS.



Dengan Argentina yang dipimpin oleh presiden yang berhaluan "kiri" Nestor
Kirchner, dan Brasilia yang dipimpin presiden Luiz Inacio Lula da Silva
(yang juga bukan orang  "kanan"), dan kemungkinan kemenangan  (dalam pemilu
bulan Juli yad)  Andres Manuel Lopez Obrador di Mexico sebagai presiden
(yang juga tidak terlalu bersahabat dengan Washington), maka gejala bahwa
Amerika Latin bergerak ke-arah kiri makin menjadi jelas.



Walaupun kemenangan terakhir Ollanta Humala (sebagai presiden) baru bisa
diketahui sebagai hasil pemilu babak kedua (berhadapan dengan mantan
presiden Alan Garcia) pada akhir Mei atau permulaan Juni yad, tetapi
kemenangannya dalam babak pertama (tanggal 9 April) sudah membikin
kapitalis-kapitalis besar Peru dan asing kuatir akan hari depan mereka.



Ollanta Humala berkali-kali mengatakan bahwa akan bersikap keras terhadap
perusahaan-perusahaan  multinasional dan menaikkan pajak dan royalti dari
mereka, serta  menghentikan feodalisme yang masih kuat di kalangan keturunan
kulit putih di Peru. Ollanta Humala beserta para pendukungnya menyatakan
akan memperketat kontrol negara Peru atas perusahaan-perusahaan tambang dan
minyak yang dikuasai oleh modal asing.



*   *   *



Bagi kita di Indonesia, apa yang terjadi di Peru, atau di Venezuela, atau di
Bolivia, atau di Argentina, atau Brasilia, mungkin tidak menimbulkan  akibat
langsung atau pengaruh  yang besar. Tetapi, kalau benua Amerika Latin terus
bergeser kekiri, ini akan menimbulkan dampak yang besar terhadap dominasi
pengaruh AS di bidang internasional. Makin melemahnya pengaruh AS  sebagai
superpower tunggal sejak tumbangnya Uni Soviet akan menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan dalam percaturan politik dunia.



Sekarang ini, superpower  AS masih kuat. Namun, sudah tidak sekuat seperti
di masa yang lalu, dan juga sedang menghadapi terlalu banyak musuh atau
banyak masalah. Di antara masalah-masalah yang paling menyolok adalah :
masalah Irak yang tak kunjung selesai, masalah Iran yang mungkin makin
meruncing tidak lama lagi, masalah Palestina-Israel,  masalah Korea-Utara.
Di samping itu ada masalah-masalah yang tetap bersifat laten, umpamanya yang
berhubungan dengan masalah Tiongkok-Taiwan, dengan Rusia.



Jadi, bisa dikatakan bahwa Washington menghadapi dilemma yang besar dengan
perkembangan di berbagai negara Amerika Latin, yang makin kelihatan
membahayakan kepentingan politik dan ekonominya. Tidak bisa diramalkan
dengan gampang, apa yang akan dilakukan AS menghadapi pergeseran benua ini
ke kiri   Sebab, kalau selama lebih 40 tahun AS tidak bisa menundukkan Fidel
Castro dan menghancurkan pemerintahan Kuba yang dipimpinnya, apalagi
sekarang ini, ketika berbagai negeri Amerika Latin lainnya sudah mengikuti
jejaknya, walaupun dengan cara yang berbeda-beda





Paris, 14 April  2006






Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Reply via email to