http://www.harianbatampos.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=23530



Indonesia Tidak Menganut Sistem Kapitalis
Oleh redaksi
Kamis, 20-April-2006, 08:43:0759 Klik
Oleh: Rafki RS, SE, MM*


(Tanggapan Atas Tulisan Donny Irawan) 
Seandainya kita mau menyimak pengalaman pada tahun-tahun yang lampau secara 
cermat, jelaslah bahwa, sebagai akibat dari terlalu besarnya bobot dan nilai 
yang mereka berikan kepada aspek modal dan keahlian, para teoritis ilmu ekonomi 
pembangunan kurang memperhatikan masalah-masalah kelembagaan dan strutural 
sehingga merekapun praktis telah gagal memahami besarnya pengaruh 
kekuatan-kekuatan historis, budaya dan keagamaan dalam proses pembangunan" (Dr. 
Soedjatmoko) 

Masalah lain yang cukup mengganggu dalam tulisan Donny Irawan tersebut adalah 
penghakiman bahwa Indonesia menganut sistem ekonomi kapitalis. Adalah sangat 
berbahaya jika opini ini diserap secara salah oleh kalangan awam. 

Di dunia ini sistem ekonomi yang ada dapat dibagi atas tiga, sistem ekonomi 
kapitalis yang berorientasi pada kebebasan dan penumpukkan modal, sistem 
ekonomi sosialis yang fokus pada pemerataan dan kesejahteraan bersama, serta 
sistem ekonomi campuran yang merupakan gabungan dari dua sistem ekonomi di 
atas. 

Sistem ekonomi kapitalis banyak dianut oleh negara-negara barat seperti Amerika 
dan beberapa negara di Eropa. Sistem ekonomi sosialis banyak dianut oleh 
negara-negara komunis seperti Rusia, China, Korea Utara dan sebagian 
negara-negara Eropa Timur. Sedangkan sistem ekonomi campuran banyak dianut oleh 
negara-negara di Asia seperti Jepang, Singapura, Indonesia termasuk 
negara-negara Islam. 

Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia sejak lama 
sudah mencoba menerapkan sendi-sendi ekonomi islam (sistem ekonomi campuran) 
dalam praktek-praktek pembangunan ekonominya. Sistem ekonomi campuran 
memberikan kebebasan terbatas kepada masyarakatnya dalam menguasai 
barang-barang modal. Hal ini tercermin dalam Pasal 33 UUD 1945 yang berbunyi 
bahwa kegiatan usaha yang menguasai hajat hidup orang banyak tidak akan 
diserahkan kepada swasta melainkan dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah. Dalam 
hal ini ada pembatasan dalam pemilikan barang modal di Indonesia. Tidak bebas 
sebebas-bebasnya seperti yang diterapkan di negara-negara kapitalis. 

Dalam memahami konsep ekonomi islam sendiri, Sdr. Donny Irawan masih memiliki 
beberapa kerancuan. Seperti apa yang disampaikan, konsep intervensi negara yang 
begitu jauh dalam mengatur masyarakatnya dalam hal kepemilikan, jika tidak 
hati-hati cenderung mengarahkan pembaca pada pemikiran bahwa sistem ekonomi 
sosialis yang banyak dianut oleh negara-negara komunis lebih baik dibandingkan 
dengan sistem ekonomi Pancasila yang dianut Indonesia saat ini. Di dalam 
ekonomi Islam sendiri selagi tidak bertentangan dengan syari'at kepemilikan 
modal bukanlah hal yang dilarang, sebab Nabi Muhammad SAW sendiri adalah 
seorang pengusaha yang sukses. 

Sistem ekonomi kerakyatan yang banyak diperjuangkan oleh para pemikir ekonomi 
di Indonesia selama ini, menurut saya dapat menjawab kegundahan yang melanda 
fikiran Sdr. Donny Irawan dalam menanggulangi kemiskinan di Indonesia. Dalam 
konsep ini, individu tidak dilarang dalam memiliki barang-barang modal sama 
sekali, namun negara dalam hal ini mengarahkan pembagian kepemilikan tersebut 
kepada masyarakat-masyarakat yang selama ini bergerak di sektor-sektor informal 
dan Usaha Kecil Menengah (UKM). Dengan begitu diharapkan pertumbuhan ekonomi 
tetap terjaga pada tingkat yang diharapkan sekaligus ketimpangan distribusi 
pendapatan perlahan-lahan dapat diperkecil. Namun, konsep ini banyak 
disalahartikan ketika berada pada tataran praktek sehingga tidak berjalan 
sebagaimana yang diharapkan. 

Persoalan kemiskinan dan pengangguran merupakan masalah klasik yang selalu 
dihadapi oleh negara ini. Ketika bicara tentang kemiskinan kita sering terjebak 
pada pemikiran bahwa permasalahan kemiskinan hanyalah masalah ketimpangan 
ekonomis seperti contohnya pemenuhan kebutuhan pokok saja sebagaimana yang 
disampai Sdr. Donny. Selain ketimpangan ekonomis tersebut masih ada lagi 
ketimpangan kekuasaan, prestise, status, jenis kelamin, kepuasan kerja, kondisi 
kerja, tingkat partisipasi, kebebasan memilih dan sebagainya, yang kesemuanya 
erat kaitannya dengan komponen fundamental dari hakikat konsep pembangunan, 
yakni upaya menegakkan harga diri dan kebebasan memilih. Jadi walaupun 
kebutuhan pokok masyarakat secara ekonomis sudah terpenuhi dengan baik, namun 
ketimpangan non-ekonomis seperti yang disebutkan di atas masih belum terpenuhi, 
apakah sudah bisa dikatakan rakyat tersebut sudah sejahtera (tidak miskin)? 

Jadi permasalahan kemiskinan bukanlah sebuah permasalahan sederhana dalam 
tataran pemenuhan kebutuhan ekonomis saja, namun merupakan sebuah masalah 
kompleks yang melibatkan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan non-ekonomis lainnya. 
Masalah kompleks ini tidak akan selesai dengan sendirinya jika cuma dipecahkan 
dengan konsep ekonomi Islam sebagaimana yang disampaikan Sdr. Donny. Masalah 
utamanya di sini bukan pada konsep dan sistem yang berjalan tapi lebih kepada 
praktek dan komitmen dari orang-orang yang menjalankan sistem tersebut. 
Indonesia secara de-facto sebenarnya sudah lama menerapkan konsep ekonomi islam 
walaupun dengan nama yang berbeda (Ekonomi Pancasila), namun kenyataannya 
permasalahan kemiskinan yang ada selama ini bahkan semakin parah. Sekali lagi 
semua masalah itu bukan bersumber dari sistem yang diterapkan tapi lebih banyak 
disebabkan oleh 'kesalahan' orang-orang yang menjalankan sistem tersebut.*** 

*)Rafki RS, SE, MM, Dosen dan Pengamat Ekonomi.

[Non-text portions of this message have been removed]



Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke