http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/052006/20/09wacana01.htm


Sistem Nilai "Kaizen" untuk Sampah Kita
Oleh PRIMA M. AGUSTINI 


MENCARI tempat pembuangan sampah (TPA) baru, kini bukan perkara mudah. Semua 
orang trauma dengan musibah peledakan sampah di Leuwigajah, beberapa waktu 
lalu. Warga banyak yang menolak bila wilayahnya direncanakan pemerintah jadi 
TPA baru. Selain trauma, juga enggan daerahnya jadi kotor dan bau. 

     
      SEORANG warga duduk di bangku untuk menutup Jln. Sariwangi Bandung yang 
nyaris terputus akibat timbunan sampah, Jumat (19/5). Tumpukan sampah di TPS 
tersebut terus meluber ke jalan sehingga hampir menutupinya. Untuk 
menguranginya, warga hanya dapat membakarnya.*HARRY SURJANA/"PR" 
Kendala pembuangan sampah tidak saja terkait pada sulitnya mencari lahan baru, 
yang diperkirakan seluas 5 ha. Namun, juga terkait dengan pembengkakan biaya 
pengangkutan sampah. Kenaikan BBM, yang dua kali lipat, memicu mahalnya biaya 
pengangkutan sampah yang dibebankan pada masyarakat.

Ke mana kita membuang sampah?

Upaya swadaya

Dari persoalan yang ada, mungkin pengelolaan sampah secara swadaya bisa 
dijadikan alternatif. Sampah bukan masalah pemerintah sepenuhnya, tapi juga 
persoalan setiap orang. Alat pembakar sampah yang disebut insinerator, bisa 
jadi jalan keluarnya. Alat ini diklaim beberapa ahli sebagai alat pembakar 
sampah yang rendah kadar polusi asapnya. Selain itu, hasil pengolahan sampahnya 
pun bisa dijadikan media tanam unggul. Alat ini memiliki kapasitas yang cukup 
banyak untuk membakar sampah. Delapan jam waktu yang diperlukan untuk membakar 
10 m3 sampah, setara dengan kapasitas dua truk engkel. Kelihatannya, manfaat 
alat ini cukup besar, jika menilik harganya yang sekira Rp 15 juta.

Sebuah kawasan di Permata Cimahi telah memakainya. Masyarakat di area ini 
mengelola sampahnya dengan bantuan insinerator. Warga tak lagi terbebani biaya 
angkut sampah atau mencium bau busuk dan menyaksikan gunungan sampah. Tiap 
warga tinggal menyimpan sampah yang dikemas kantong plastik di depan pagar 
rumah. Petugas sampah akan mengangkutnya dengan gerobak, lantas mengirimkannya 
ke tempat pembuangan yang telah ditentukan. Di tempat pembuangan, seorang 
petugas akan memasukkannya ke bak insinerator. Sampah itu dibakar. Sampah pun 
tak mengusik ketenangan dan kenyamanan hidup warga. 

Penyelesaian sampah seperti itu memerlukan manajemen pengolahan sampah yang 
tepat. Sekali lagi, sampah bukan persoalan pemerintah semata, tetapi menjadi 
masalah kita semua. Untuk itu, perlu kesadaran dan kerja sama antara pemerintah 
dan masyarakat. 

Pemerintah tampaknya tengah berupaya. Paling tidak mencari tempat pembuangan 
sampah akhir yang baru. Pemerintah juga tengah mengkaji beberapa alat pembakar 
sampah alternatif, seperti tungku pembakaran dan insinerator. Untuk mengatasi 
air lindi dari sampah yang belum terangkut, pemerintah menaburkan kapur dan 
melakukan penyemprotan di TPS-TPS. Selain itu, pemerintah juga mengimbau warga 
agar mengurangi produksi sampah. 

Upaya pemerintah tampaknya mesti dibantu. Dengan keterbatasan yang ada, 
pemerintah tidak mampu menyediakan tungku pembakaran ataupun insinerator dalam 
jumlah yang banyak. Untuk itu, diperlukan kesadaran individu untuk mengelola 
sampah secara swadaya, baik di tingkat RT, RW, maupun di tingkat yang lebih 
luas lagi. 

Konsep "Kaizen"

Dalam mengelola pengolahan sampah ini, saya teringat dengan upaya yang telah 
dilakukan di negara Jepang. Jepang dikenal sebagai negara, di kawasan Asia, 
yang sangat menjaga kebersihan. Di negeri sakura ini, banyak orang yang sangat 
takut akan kuman. Mereka terbiasa menjaga diri, keluarga, dan lingkungannya 
dari segala hal yang kotor, bau, dan menjijikkan.

Oleh larena itu, sampah amat dijauhi. Pemerintah dan rakyat Jepang berhasil 
membangun manajemen sampah dengan baik. Salah satu konsep manajemen, dari 
bangsa yang selalu mengejar kesempurnaan ini, ialah konsep Kaizen. Kaizen 
merupakan sebuah konsep tunggal dalam manajemen Jepang. Kaizen berarti 
penyempurnaan yang berkesinambungan dalam kehidupan pribadi, keluarga, 
lingkungan sosial, dan di tempat bekerja. Kaizen berarti penyempurnaan 
berkesinambungan yang melibatkan semua orang. Kaizen merupakan tanggung jawab 
setiap orang.

Filsafat Kaizen menganggap bahwa cara hidup kita - baik cara kerja, kehidupan 
sosial, dan kehidupan rumah tangga - perlu disempurnakan setiap saat. Setiap 
kegiatan selalu dicoba untuk dibuat lebih baik lagi, diproses menuju 
kesempurnaan. Gerakan Kaizen dikenal dengan gerakan 5 S (five-s). Setiap kata S 
di sini merupakan inisial dari lima kata Jepang, yaitu: seiri (membereskan), 
seiton (menata), seiso (membersihkan), seiketsu (membiasakan), dan shitsuke 
(disiplin). Ke-5 S, dari gerakan Kaizen ini, diterapkan dalam berbagai konteks 
kehidupan masyarakat.

Kaizen telah mengakar dalam cara berpikir orang Jepang. Mereka selalu melakukan 
penyempurnaan, mengupayakan hari esok selalu lebih baik dari hari ini. 

Cara berpikir Kaizen ini, tampaknya, bisa dijadikan alternatif mengatasi 
persoalan sampah di kota kita. Pemerintah bersama masyarakat bahu-membahu 
menyempurnakan penyelesaian persoalan sampah, melakukan penyempurnaan terhadap 
apa yang telah dilakukan. Terus- menerus menyempurnakan pemberdayaan upaya 
penanggulangan sampah dan menyelesaikan permasalahan sampah sampai tuntas. 

"Seiri"

Ini berarti pemberesan dan pemilahan lingkungan yang dilakukan secara 
terus-menerus. Pemisahan secara tegas tentang benda harus dibuang dan masih 
dapat dipakai. Sampah-sampah yang ada dipilah dengan aturan tertentu, seperti 
pemilahan sampah basah dan kering, atau sampah organik dan nonorganik. 
Sampah-sampah organik dapat diolah menjadi humus, sementara sampah nonorganik 
dibakar dengan insinerator atau tungku pembakaran. 

Pemberesan lingkungan dari sampah, secara swadaya ini, tampaknya masih perlu 
digalakkan. Masyarakat perlu diberikan pemahaman, mengapa mereka perlu 
membersihkan rumah dan lingkungannya secara tuntas dan mengolah habis semua 
sampah yang diproduksinya. Masyarakat perlu dipersuasi, agar dapat memilah dan 
membereskan rumah dan lingkungan sekitarnya dari barang-barang yang tak 
berguna. Pemerintah, bersama aktifis lingkungan, tidak hanya mengedukasi jargon 
"Jangan buang sampah sembarangan!" Tapi juga: "Olah sampah sendiri!"

"Seiton"

Kebijakan pengolahan sampah memerlukan penataan (seiton). Barang-barang, yang 
dianggap sampah, disimpan pada tempatnya dan dikemas dengan baik agar mudah 
membuangnya. Selain itu, pusat-pusat pengolahan sampah juga perlu ditata. 
Tempat-tempat pengolahan sampah, sebisa mungkin, terletak di kawasan yang agak 
jauh dari permukiman penduduk, untuk mencegah masyarakat terkena polusi. 
Penataan pun tetap perlu berbasis efisiensi sehingga, sedapat mungkin, mudah 
dijangkau warga tanpa tambahan biaya. Jika pemilahan sampah telah dilakukan, 
penataan bak sampah pun menjadi bagian yang tidak boleh terlewatkan. Sampah, 
yang telah dipilah, perlu disediakan bak yang berbeda di tempat pembuangan 
sampahnya. Hal ini akan memudahkan operasional pengolahannya.

"Seiso"

Untuk menjaga agar pengolahan sampah ini dapat dilakukan secara kontinu, 
insinerator atau tungku pembakaran dan bak sampah ini, perlu terus dipelihara 
dengan melakukan pemeriksaan secara berkala. Sebisa mungkin, walaupun dikatakan 
tempat sampah, tetap saja harus terlihat bersih. Ini bisa tercapai kalau semua 
sampahnya dapat diolah secara tuntas sehingga tempat sampah pun tetap terlihat 
rapi dan bersih. Orang Jepang menyebut semangat ini sebagai seiso yang berarti 
pembersihan, yang intinya pemeliharaan.

"Seiketsu"

Semangat seiketsu (pemantapan) yang besar tentang pengolahan sampah perlu 
ditanamkan. Upaya mengampanyekan pengolahan sampah sebagai sikap dan perilaku 
sehari-hari masyarakat, bersama pemerintah, akan memberi dampak yang positif. 
Kegiatan pengolahan sampah yang terus-menerus didengung-dengungkan, dan 
diteladankan secara konsisten, lambatlaun akan membiasakan seluruh komponen 
masyarakat dan pemerintah untuk mengolah sampah dengan cara yang benar.

Kalau saja upaya pemantapan ini dilakukan pemerintah dan masyarakat secara 
kooperatif, penanggulangan persoalan akan terselesaikan sejak dini. Gerakan 
pemberesan, pemilahan, dan penataan yang terus-menerus dimantapkan akan menjadi 
kebiasaan pemerintah dan warganya untuk selalu tetap bersih dan rapi. Kebiasaan 
itu akan memantapkan tiap individu kota untuk tergerak dari diri sendiri. 
Internalisasi nilai-nilai bersih dan rapi ini dilakukan secara berulang-ulang 
dan terus-menerus.

"Shitsuke"

Tampaknya semua akan berjalan dengan baik apabila semangat melakukan yang 
terbaik, menjadikan hari ini lebih baik dari kemarin, mengejar penyempurnaan 
dari pemecahan masalah sampah ini terus terpelihara dalam diri setiap orang. 
Ini bisa terjadi jika setiap warga masyarakat disiplin (shitsuke), menaati 
peraturan untuk mengolah sampah secara swadaya dengan benar. Selain disiplin 
mengikuti prosedur, juga disiplin untuk melakukannya sepanjang waktu.

Pemerintah

Manajemen pengolahan sampah tentu tidak saja dapat ditopang dengan gerakan 5 S 
yang hanya ditanamkan pada masyarakat. Konsep Kaizen pun perlu ditanamkan pada 
pemerintah, yang juga bertanggung jawab terhadap persoalan pengolahan sampah 
ini. 

Pemerintah perlu mengelola tempat-tempat yang menjadi TPS dan TPA, berkerja 
sama dengan perangkat desa yang ada. Lokalisasi TPS dan TPA perlu dipilah 
secara tegas dengan permukiman penduduk. Tidak ada lagi bangunan-bangunan liar 
di sekitar TPS dan TPA. Pastikan di dalam perencanaan tata ruang wilayah dan 
kota ada tempat khusus untuk pembuangan sampah. Mengingat, tidak semua wilayah 
warganya memiliki kemampuan untuk membeli perangkat pengolah sampah, maka perlu 
dipilih wilayah mana saja yang dapat memperoleh bantuan tungku pembakaran 
ataupun insinerator. 

Selain itu, agar sampah pun memiliki manfaat bagi kita, perlu kiranya 
pemerintah membuat pusat-pusat pembuatan humus dari sampah organik yang 
dihasilkan oleh masyarakat. Selain bermanfaat bagi pertanian juga membuka 
lapangan pekerjaan baru.

Penataan TPS dan TPA harus memerhatikan aspek kesehatan masyarakat. Pastikan 
kadar polusi yang dihasilkan sampah masih dalam batas yang diperbolehkan. TPA - 
TPA baru, yang akan dibuat, lokasinya harus jauh dari permukiman penduduk, 
kalau perlu diberi dinding tinggi agar hanya petugas sampah saja masuk ke 
wilayah itu. Penataan TPS dan TPA perlu berbasis efisiensi. Apalagi dengan 
harga BBM yang tinggi, pengelolaan transportasi sampah pun perlu dikaji secara 
mendalam sehingga tidak memerlukan tambahan dana yang nantinya akan membebani 
masyarakat.

Perawatan alat-alat pembakaran sampah perlu dilakukan secara berkala dan 
kontinu. Ini menjaga agar semua alat dan fasilitas dalam keadaan siap pakai. 
Jika perlu disediakan petugas khusus untuk memeliharanya. Kalau tidak, latihlah 
warga setempat untuk bisa merawat alat-alat pengolahan sampahnya sendiri. 
Pembersihan tempat-tempat parkir truk sampah pun perlu dilakukan kontinu agar 
tidak ada sampah yang tercecer, terutama di kawasan TPA. Ini berarti 
mendisiplinkan para petugas sampah untuk selalu memenuhi standar prosedur 
kerja, demi menjaga kebersihan dan keamanan dalam bekerja.

Pemerintah, tampaknya perlu mengomunikasikan Gerakan 5 S ini. Masyarakat perlu 
diedukasi agar mereka mau berpartisispasi mengolah sampah secara swadaya. 
Membina hubungan baik dengan kalangan media massa, baik cetak maupun 
elektronik, sepertinya merupakan langkah awal yang perlu diambil. Dengan 
komunikasi, masyarakat disadarkan untuk terbiasa menjaga diri, keluarga, dan 
lingkungannya agar terhindar dari berbagai dampak yang ditimbulkan sampah.***  

Penulis, dosen Manajemen Komunikasi di Fikom, Unisb


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Home is just a click away.  Make Yahoo! your home page now.
http://us.click.yahoo.com/DHchtC/3FxNAA/yQLSAA/uTGrlB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Reply via email to