REFLEKSI: MungkinProfessor Pranowo ini memang professor sulap lidah. Beliau mengatakan bahwa "bom bunuh diri juga dilakukan oleh para pejuang Irlandia Utara (Orange Volunteers), Tentara Pembebasan Nasional Kolumbia, Brigade Merah (Itali), Tentara Merah (Jepang). Kemudian dibumbui dengan: "Penelitian ilmiah menunjukkan, bom bunuh diri lebih banyak dilakukan oleh penganut ideologi marxis".
Masyallah professor! Grup-grup yang Anda sebutkan diatas ini tidak melakukan bom bunuh diri seperti sekarang ini, oleh karena a) selama existensi mereka tidak dilakukan bom bunuh diri, b) bagi mereka ini keselamatan kader organisasi mempunyai prioritas tinggi, sebab mereka sadar bahwa mengarap seorang anggota sangatjauh lebih sulit dari pada mencari pacar. Beginikah mutu kejujuran intelektual Indonesia pada lembaga pendidikan berafiliasi dengan agama? . http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=271804&kat_id=16 Rabu, 15 Nopember 2006 Ideologi Bom Bunuh Diri Oleh : M Bambang Pranowo Guru Besar Sosiologi Agama UIN Ciputat Menjelang kedatangan Presiden Bush ke Indonesia, Jakarta dihebohkan ledakan bom. Meski kekuatan bom yang meledak di Kramat Jati Indah (KJI), Jaktim itu kecil, namun peristiwa itu pasti memancing kewaspadaan internasional. Ini bisa dimaklumi karena pada 20 November nanti, banyak wartawan asing datang ke Jakarta dan Bogor untuk meliput Bush. Pertanyaannya, betulkan M Nuh saat meledakkan bom itu hanya cari sensasi seperti dikatakan Kapolda Metro Jaya, Irjen Adang Firman? Kenapa bila cari sensasi, Nuh tahu persis momen untuk meledakkan bomnya? Di sini, tampaknya, aparat keamanan perlu waspada. Simplifikasi persoalan ledakan bom Nuh di KJI, hanya akan mengurangi kewaspadaan aparat keamanan terhadap kemungkinan munculnya peristiwa yang lebih besar. Kita masih ingat, sebelum terjadi ledakan bom Bali pertama dan kedua, aparat keamanan pun cenderung 'memandang enteng' letupan-letupan kecil yang mengindikasikan munculnya ledakan bom besar sesudahnya. Meski pengakuan Nuh bisa jadi benar, bahwa perbuatannya tidak terkait Noordin M Top, tapi setidaknya, yang dilakukan Nuh, bisa menyadarkan para teoris bahwa mereka perlu melakukan sesuatu untuk menyambut kedatangan Bush. Paling tidak apa yang dilakukan Nuh menjadi pemicu mereka untuk melakukan tindakan terorisme yang strategis, hati-hati, dan menyentakkan dunia. Dalam kondisi inilah, aparat keamanan hendaknya berpikir jauh ke depan, jangan sampai peristiwa terorisme yang lebih besar muncul kembali. Bom bunuh diri Ledakan bom di KJI tampaknya juga sudah dipersiapkan pelakunya sebagai bom bunuh diri. Dan Nuh tampaknya sadar betul bahwa bom bunuh diri adalah cara paling ampuh untuk melakukan sebuah teror dari 'orang lemah' kepada 'orang kuat'. Washington mengakui salah satu 'senjata' yang paling menakutkan dalam terorisme adalah bom bunuh diri. Masyarakat Barat, misalnya, sampai hari ini masih mencari tahu, mengapa manusia siap hancur berkeping-keping bersama ledakan bom yang dililitkan pada tubuhnya. Peristiwa penghancuran World Trade Center adalah sangat tragis. Sejumlah anak-anak muda yang konon digembleng Alqaidah, menabrakkan pesawat penumpang yang dikemudikannya ke menara kembar tersebut. Mereka pun ikut mati bersama ribuan korban lainnya. Pesawat memang bukan bom. Tapi efek ledakan pesawat yang sengaja ditabrakkan pada menara kembar itu jauh melebihi ratusan bom bunuh diri. Melihat efektivitas bom bunuh diri ini, organisasi teroris seperti ditulis Robert A Pape dalam American Political Science Review (Agustus 2003) kini sangat mengandalkan senjata bom bunuh diri untuk mencapai tujuan-tujuan politiknya. Ia memberi contoh bom bunuh diri disebut juga bom syahid yang dilakukan pejuang Palestina untuk mengusir Israel dari Tepi Barat dan Gaza. Hal yang sama dilakukan oleh para pejuang Hizbullah untuk menghantam Israel dari Libanon Selatan. Melihat gambaran itu, sebagian orang mungkin ikut membenarkan pernyataan Presiden Bush: para teroris yang suka meledakkan diri adalah orang-orang Muslim fundamentalis. Sepintas pernyataan tersebut kelihatan benar. Namun bila dikaji lebih jauh, khususnya kaitan antara bom bunuh diri dan fundamentalisme Islam, ternyata hasilnya jauh dari kenyataan sebenarnya. Para pelaku bom bunuh diri ternyata kebanyakan bukanlah dari kalangan Muslim fundamentalis, tapi justru dari kalangan marxis yang nota bene lebih dekat kepada atheisme. Robert A Pape dalam artikelnya yang berjudul The Strategic Logic of Suicide Terrorism (American Political Science Review, August 2003) menyatakan bahwa meski ada motivasi agama dalam bom bunuh diri, tapi dalam banyak kasus bom bunuh diri modern, motivasi keagamaan ternyata nyaris tidak ada. Media massa AS yang memberikan perhatian besar pada bom bunuh diri yang dilakukan pengikut Hamas dan Hizbullah, misalnya, tidak menyadari bahwa sebetulnya bom bunuh diri justru paling banyak dilakukan oleh para pejuang LTTE (Liberation Tigers of Tamil Eelam) di Srilanka. Bahkan, menurut penelitian Pape, dari 186 kasus bom bunuh diri antara tahun 1980-2001 di seluruh dunia, 75 di antaranya dilakukan oleh para aktivis LTTE yang notabene berideologi Marxis dan Leninis. Bom bunuh diri lainnya dilakukan para aktivis organisasi perlawanan lain seperti organisasi pembebasan Irlandia Utara, Tentara Merah (Jepang), Brigade Merah (Itali), dan lain-lain. Mereka melakukan bom bunuh diri dengan alasan yang sekuler seperti nasionalsme dan kemerdekaan. Hal yang sama terjadi pula pada kasus-kasus bom bunuh diri yang dilakukan para aktivis Muslim fundamentalis. Menurut penelitian Pape, sepertiga di antara tindakan bom bunuh diri yang dilakukan para Muslim fundamentalis, tujuan akhir dari perjuangan mereka bukanlah ideologi agama (Islam), tapi ideologi sekuler. Salah satu di antara tujuan akhir dari para pelaku bom bunuh diri, misalnya, adalah kemerdekaan Palestina. Padahal Palestina, seperti diikrarkan almarhum Yasser Arafat, adalah negeri modern yang berlandaskan sekularisme. Dari penelitian tersebut, jelaslah bahwa apa yang dikatakan Bush yaitu adanya korelasi antara fundamentalisme Islam dan terorisme tidak sepenuhnya benar. Merari, seorang peneliti terorisme, misalnya, menemukan hubungan yang kuat antara faktor-faktor psikologis dan keberanian teroris melakukan tindakan bom bunuh diri. Menurut Merari, hampir semua pelaku bom bunuh diri adalah orang-orang yang menderita problem psikologis karena kebodohan (kurang pendidikan), pengangguran, teralienasi di masyarakat, dan hidup dalam lingkungan sosial yang rusak. Namun demikian, bagi organisasi teroris, pilihan pada senjata bom bunuh diri tetap merupakan langkah yang strategis untuk mencapai tujuan politiknya. Dari perpektif organisasi teroris tulis Pape serangan bom bunuh diri adalah sebuah taktik paling strategis untuk mencapai tujuan-tujuan politik. Karena itu, pada kasus-kasus bom bunuh diri jelas Crenshaw sebaiknya kita melihat dari aspek fungsi-fungsi strategisnya, bukan dari aspek pandangan agama yang menyertainya. Meminjam kata-kata Thomas Schelling, bom bunuh diri adalah bentuk ekstrem dari tindakan rasional yang tidak rasional (rationality of irrationality). Akhirnya kita mengetahui bahwa adanya stigma Islam fundamentalis dalam kasus-kasus terorisme khususnya dalam tindakan bom bunuh diri yang menewaskan banyak orang tak berdosa seperti dilansir Bush adalah tidak berdasarkan fakta ilmiah. Kenyataannya bom bunuh diri paling banyak dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan Macan Tamil (LTTE) yang notabene berideologi Marxis/Leninis. Tindakan terorisme dengan bom bunuh diri juga dilakukan oleh para pejuang Irlandia Utara (Orange Volunteers), Tentara Pembebasan Nasional Kolumbia, Brigade Merah (Itali), Tentara Merah (Jepang), dan lain-lain. Mereka melakukan tindakan terorisme bukan demi kepentingan agama, tapi kepentingan sekuler (kemerdekaan dan nasionalisme). Dalam hal Nuh, tindakan bom bunuh diri itu pun dilakukan karena alasan sekuler, cuma saja dalam visi yang lebih mikro, untuk kepentingan popularitas dirinya sendiri. Ikhtisar - Bom bunuh diri menjadi senjata yang cerdas bagi 'orang lemah' untuk melawan 'orang kuat'. - Presiden Bush selalu mengaitkan bom bunuh diri ini dengan fundamentalisme Islam. - Penelitian ilmiah menunjukkan, bom bunuh diri lebih banyak dilakukan oleh penganut ideologi marxis. - Motif pelaku bom bunuh diri juga tidak terbukti terkait dengan urusan agama [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage : http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/