Parijs Van Java

+++

sambil mendengarkan Beethoven, terutama Adagio Sostenuto from Moonlight Sonata 
ataupun Fur Elise, saya akan memulai sebuah coretan ini…

Saya kira, sayalah orang yang paling beruntung didunia ini,
ketika hari minggu pagi saya bisa olahraga di kota yang disebut sejak jaman 
kolonial sebagai Parijs van Java,
Kota ini sejak jaman kolonial memang sudah menjadi persinggahan para meener 
yang terlalu sibuk di kota batavia.

Para Meener-lah yang memberi gelar kota yang saat ini disebut sebagai bandung 
sebagai Parijs Van Java,dimana perempuannya mooi/cantik
(saya lupa istilah belandanya) bermekaran indah seperti bunga, sehingga kota 
ini juga disebut sebagai kota kembang.

Soekarno muda, pernah sekolah di kota ini, tepatnya di Technische Hogeschool, 
atau yg sekarang disebut sebagai ITB, disinilah Soekarno
muda kos di rumah bu Inggit yang kelak dikawininya.

Bersama keponakan, saya keliling ke kota ini, melintasi kantor pos di 
alun-alun. Konon di gedung yg saat ini dipakai sebagai kantor pos,
pernah ada tulisan "inlander und hongen verboden", atau "pribumi dan anjing 
dilarang masuk".

Saya menyukai kota Parijs Van Java, karena disini anak mudanya sangat kreatip…
radio yg saya dengarkan memutarkan beberapa title dari Armin Van Buuren dari 
Leiden, termasuk title lama Unforgivable dan title baru YoUtopia (satu title 
baru ini kerennn abisss deh)

Kalaupun saya boleh menyebut kota seni di Indonesia,maka ada 3,yaitu
Bali, dimana disana perpaduan etnis dan tradisi hindu bercampur western…
Yogyakarta, dimana disana kental dengan seni jawa
Bandung, dimana disini penuh nuansa western style…

—
Sabtu pagi, saya keliling kota dan melihat pertandingan futsal bersama kakak 
saya yg masih kuat tradisi religiusnya…
saya bertukar pikiran dengannya dan sedikit mengingatkannya, sambil mengutip 
kata-kata Mohammad Abduh, seorang pembaharu Islam
dari Mesir

"Di eropa, saya menemukan Islam tanpa orang Islam, sedangkan di Mesir, saya 
menemukan orang Islam tanpa Islam"

Minggu pagi, kami ngobrol pagi, dan saya coba bertukar pikiran ttg bagaimana 
menikmati hidup, sehingga akhirnya di bulan desember besok,
mereka ingin pergi ke Turki menengok anaknya sambil menikmati nuansa salju 
eropa.

—
Pada akhirnya, saya yg lahir dari keluarga Islam Jawa, dan waktu kecil sudah 
bersentuhan dengan rasisme (waktu itu saya heran melihat kenyataan bahwa 
anaknya karyawan kelas 2 tidak boleh naik bis sekolah), karena orang tua saya 
bekerja di
pabrik peninggalan belanda, merasa sudah tidak nyaman lagi dng kultur jawa dan 
islam.

Seperti apa yg ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer, saya lebih menyukai menjadi 
manusia tanpa identitas, atau Bumi Manusia-anak semua bangsa, atau menjadi 
manusia bumi
yang tidak terbelenggu oleh suatu dogma, atau lebih tepatnya saya merasa nyaman 
menjadi orang sekuler atau tepatnya atheis.

Dalam hal ini, saya memang terkesan dengan era Aufklarung Eropa, dimana 
berlandaskan tradisi sekularisme nasrani yang dimulai oleh
penulis besar Russia, Leo Tolstoy yang menginspirasi ajaran Ahimsa-nya 
Mohanda/Mahatma Gandhi dan Nelson Mandela, dalam karyanya
`The Kingdom of God is Within You', atau Ludwig Feuerbach dalam `The Essence of 
Christianity' (Das Wessen Des Christentums), yang mendorong pemikir-pemikir 
radikal
lainnya seperti Nietzsche yang memulai ide membentuk Ubermensch/manusia super, 
atau Karl Marx yang langsung menyimpulkan bahwa agama seperti
candu. Saya memang terkesan oleh para freethinkers Eropa di abad pencerahan.

—

Amerika memang negeri yang mencengangkan
Amerika merupakan negeri yang paling menjunjung tinggi hak individu,disanalah 
tempat para american dreamer leluasa merealisasikan
American Dream-nya….tak ayal lagi disanalah muncul orang-orang seperti Bill 
Gates dan Mark Zuckerberg yang juga Atheis…yang mampu merealisasikan
mimpi besarnya…

namun Inggris yang pernah menjadi negeri tuan koloni amerika mesih memegang 
adat eropa.
Negeri ini meski sekuler namun masih berbentuk monarki.
Dari inggris-lah muncul orang-orang sekaliber Richard Branson yang akan 
membangun hotel di International Space Station atau
di satasiun angkasa luar bersama negeri Russia…

Branson, boleh dikata sebagai `orang gila' yang masih menjunjung tinggi 
nilai-nilai religius kristian anglican,
tidak seperti Gates style ataupun Zuckerberg style, yang beraliran muda,sekuler 
atheis dan aroganisme…

namun bagi saya, kedua style tersebut sah-sah saja, karena keduanya merupakan 
bagian dari `keunikan' personal.

Dalam dunia sepakbola, kita tahu Jose Mourinho sebagai pelatih sepakbola 
termahal dunia yang kini melatih Real Madrid, juga beraliran jeniusisme dan 
aroganisme,
sedangkan Carlo Ancelotti yang kini melatih Chelsea, lebih beraliran `rendah 
hati' dengan gaya sopan santun khas Italian-nya.

+++
Parijs Van Java
Minggu,28 November 2010



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke