Refleksi : Pada umumnya orang Arab bukan saja biadab, tetapi juga tukang tipu 
muslihat! Jadi harus sadar akan hal tsb.

Semoga  pengalaman para TKW/I di Arab Saudia  maupun negeri-negeri lain 
tersitimewa  di Timur Tengah menjadi pelajaran  untuk direnungkan, seperti  
kata pepatah : "Pengalaman adalah guru terbaik". Jangan dilupakan juga 
kata-kata mutiara yang melambang keledai sebagai tokoh kebodohan, dikatakan  
bahwa keledai tidak akan tersentuh dua kali pada batu yang sama.



http://www.jambiekspres.co.id/index.php/utama/16985-kisah-para-tkw-di-jeddah-yang-terzalimi-karena-bertahun-tahun-tak-digaji.html


      Kamis, 02 Desember 2010 10:49 
     
      Kisah Para TKW di Jeddah yang Terzalimi karena Bertahun-tahun Tak Digaji  
      Cucu pun "Bermimpi" Dapat Rp 174 Juta, lalu Beli Tanah  

       








      TUNGGU KEAJAIBAN: Tiga TKW yang ditampung di Konjen RI di Jeddah. 
Kebanyakan gaji mereka belum terbayar.















      Ini masih tentang kisah pilu para tenaga kerja wanita (TKW) di Arab 
Saudi. Beberapa di antara mereka merasa dizalimi majikannya karena belasan 
tahun tidak digaji. Kini para wanita malang itu menunggu "keajaiban" di tempat 
penampungan Konjen RI di Jeddah.

      AGUS WIRAWAN, Jeddah

        Umurnya tak lagi muda, sekitar 67 tahun. Nama lengkapnya, Sumiati binti 
Mohammad Badri. Wanita asal Cilacap itu adalah salah seorang penghuni di tempat 
penampungan TKW bermasalah di Konjen RI Jeddah. 

        Sumiati kepada Jawa Pos menceritakan, dirinya bekerja di salah satu 
keluarga di Makkah sejak 1993. "Selama 17 tahun saya bekerja, sembilan tahun 
saya tidak digaji," katanya dengan tatapan mata menerawang. "Setiap saya minta 
(gaji) harus dibayar, majikan saya sering ngomong uangnya sudah disetor ke bank 
atas nama saya. Padahal, itu semua bohong," lanjutnya.

        Sumiati lantas datang ke Konjen RI di Jeddah  untuk mencari bantuan 
hukum agar bisa mendapatkan kembali upahnya sembilan tahun itu. Jika ditotal, 
nilainya 64.800 riyal (sekitar Rp 162 juta kurs Rp 2.500 per riyal). "Saya 
pengin hasil jerih payah saya selama bertahun-tahun itu dihargai. Itu kan hak 
saya," katanya.

        Nasib sama juga dialami Iim binti Samad. Wanita 52 tahun asal Cianjur, 
Jawa Barat, itu malah lebih parah. Dia menceritakan, selama 13 tahun bekerja 
untuk keluarga Jeddah, dirinya hanya dibayar satu tahun ,10 bulan. "Majikan 
saya berutang kepada saya uang gaji selama 11 tahun, 2 bulan. Saya seharusnya 
menerima kira-kira 80.400 riyal (sekitar Rp 201 juta)," tuturnya.

        Rasmirah binti Bana, 35, juga dari Cianjur, mengatakan, selama 14 tahun 
bekerja hanya menerima upah dari majikannya selama satu tahun.  Karena itu, dia 
pun menuntut majikannya membayar 93.600 riyal (Rp 234 juta) untuk 13 tahun 
bekerja. "Saya ke Saudi setelah suami meninggal. Saya meninggalkan anak saya 
yang berumur dua tahun. Saya belum mau pulang karena perlu uang itu untuk biaya 
sekolah anak saya," ujarnya. 

        Satu lagi TKW, juga asal Cianjur, Cucu Fatimah binti Emen, 29, mengaku 
bekerja sejak 1999. Dia awalnya bekerja untuk sebuah keluarga di Jeddah selama 
satu tahun, delapan bulan. "Tapi, mereka hanya membayar saya selama satu tahun 
empat bulan dan mengirim saya ke adik majikan perempuan. Di sinilah saya tidak 
diupah, meski telah bekerja 9 tahun, empat bulan," tambahnya.

        Dalam kasus tersebut, dia menuntut majikannya membayar 69.600 riyal 
(sekitar Rp 174 juta) untuk sembilan tahun delapan bulan bekerja. Jika 
diterima, uang itu akan digunakan untuk memulai hidup baru di Indonesia dengan 
membeli sebidang tanah yang akan digarap bersama orang tua. "Saya nggak mau 
lagi bekerja di Saudi. Mereka banyak bohongnya," katanya.

        TKW dari Jatim juga ada yang menjadi korban gaji tak dibayar. Namanya 
Sugini binti Tukiman. TKW 40 tahun asal Banyuwangi itu mengaku ke Saudi dengan 
membawa visa pekerja tiga bulan. Tetapi, setelah bekerja untuk sponsor pertama 
selama 24 hari, dia meminta agen perekrutan mentransfer ke keluarga lain. 
"Tapi, selama lima tahun, dua bulan, dan 24 hari bekerja, saya hanya dibayar 
untuk dua tahun. Jadi mereka utang ke saya 23.280 riyal (Rp 58 juta)," katanya.

        Akankah gaji-gaji yang tak terbayar seperti kisah di atas bakal bisa 
terbayar? Mampukah pemerintah melalui Konjen RI di Jeddah mewujudkan harapan 
para TKW yang bernasib malang itu? 

      Konsul Jenderal (Konjen) RI di Jeddah Zakaria Anshar yang ditemui di 
kantornya mengatakan, hampir semua penghuni barak penampungan di konjen adalah 
TKW dengan kasus tidak dibayar. Mereka berharap, konjen dapat membantu. 
"Rata-rata TKW legal yang melapor ke sini. Kalau yang ilegal, biasanya kalau 
sudah bonyok, dipukuli majikannya, baru melapor ke sini," tuturnya.

        Untuk membantu kasus gaji tak terbayar itu, pihak konjen biasanya 
melakukan mediasi langsung kepada pihak sponsor (majikan). "Kami sering panggil 
sponsornya. Kami tanya mengapa tidak dibayar gaji mereka. Bagaimanapun, mereka 
telah bekerja dan harus mendapatkan imbal balik atas keringatnya selama ini. 
Biasanya mereka bayar kalau memang merasa bersalah," ungkapnya.

        Namun, ada juga majikan yang merasa benar dan tidak mau memberikan 
hak-hak TKW. Untuk itu, pihak konjen akan menyediakan bantuan hukum guna 
memproses hak-hak TKW melalui pengadilan. "Pengacara yang kami sediakan adalah 
penduduk asli yang mengerti hukum Saudi. Prosesnya akan berbelit-belit, lama 
waktunya bergantung prosesnya masing-masing," tuturnya.

        Ada juga beberapa TKW yang ogah bertele-tele memproses penarikan 
gajinya yang belum terbayar. Yang begitu biasanya memilih langsung pulang. 
Caranya, tinggal di bawah kolong jembatan Kandara daripada harus melapor atau 
meminta bantuan konsulat jenderal. "Mereka itu memang sengaja tinggal di 
Kandara supaya bisa dipulangkan oleh pemerintah Saudi karena tidak ada anggaran 
khusus dari pemerintah Indonesia untuk memulangkan mereka," kata Zakaria.

        Zulkarnain menyatakan cukup kesulitan mengatasi 
permasalahan-permasalahan yang dihadapi TKI di Saudi karena wilayah 
kerjanya?yang cukup luas. Untuk mengatasi kekurangan SDM (sumber daya manusia), 
konjen memiliki tenaga bantuan dari TKI yang bekerja di tiap wilayah. "Mereka 
yang melaporkan jika terjadi sesuatu. Misalnya, kasus Sumiati (penganiayaan 
hingga bibir robek). Kami tahu dari perawat Indonesia yang kerja di Madinah," 
"jelasnya.
     


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke