Mengapa ASM ga nyinggung Birma, RRC, USSR, KORUT, Filipina dan negara
Amerika Latin? "Q" besar.
Gandhi?
Rasialist. Dia nyembah-nyembah kaki seorang cewe Hindu agar membatalkan
rencana pernikahannya dg seorang pemuda Muslim. Falsafahnya sendiri
hingga hari ini ga payu di India. Coba kita sama-sama lihat kejadian
disana maupun di Kashmir.
Apa yg ASM sembunyikan?

--- In proletar@yahoogroups.com, "ajeg" <ajegilelu@...> wrote:
>
>
> Tumbangnya Para "Pancilok"
>
> Oleh Ahmad Syafii Maarif
>
> Karena perkataan thugtatorship baru bagi saya, maka perlu sedikit
penjelasan. Perkataan thug berasal dari bahasa Hindi, thag, yang berarti
penipu.
>
> Di India, thugees adalah komplotan kriminal terorganisasi yang
kerjanya merampok, menjarah, mancilok (Minang: mencuri), dan perbuatan
jahat lain. Ada perbedaan mendasar antara thugtatorship dan demokrasi,
seperti yang dapat dibaca dalam artikel Prof Alemayehu G Mariam,
Thugtatorship: The Highest Stage of African Dictatorship (28 Februari
2011).
>
> Jika demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat, thugogracy adalah pemerintahan dari pancilok, oleh pancilok, dan
untuk pancilok. Sengaja ungkapan Minang dipakai agar terasa lebih tajam
dalam menggambarkan sosok penjahat yang dimaksud.
>
> Daftar panjang para "pancilok"
>
> Mariam membuat daftar panjang para thugtator (pancilok) Afrika yang
telah merampok kekayaan negara dalam jumlah miliaran dollar AS untuk
kepentingan pribadi, keluarga, dan kroni mereka. Hasil rampokan ini
disimpan di bank-bank Eropa dan Afrika.
>
> Dalam daftar itu ada Khadafy (Libya), Laurent Gbagbo (Pantai Gading),
Meles Zenawi (Etiopia), Omar al-Bashir (Sudan), Mamadau Tanja (Niger),
Robert Mugabe (Zimbabwe), Hosni Mubarak (Mesir), Zine al-Abidine Ben Ali
(Tunisia), Ibrahim Babangida (Nigeria), Lansana Conte (Guinea),
Gnassingbe Eyadema (Togo), Omar Bongo (Gabon), Obiang Nguema
(Guinea-Ekuatorial), Blaise Campore (Burkina Faso), Denis Sassou Nguesso
(Kongo), dan sederet yang lain.
>
> Mereka ini—tak peduli apa pun agama dan aliran
politiknya—adalah penguasa pancilok sambil menindas rakyatnya
sendiri dan membiarkan mereka hidup dalam kemiskinan yang parah. Korupsi
adalah bisnis utama mereka. Luar biasa, bukan?
>
> Tipe manusia semacam ini juga berkeliaran di Indonesia; dari pusat
sampai ke kawasan pedalaman, dalam ukurannya masing-masing. Bangsa ini
memang sedang berlumur kultur hitam dan kumuh itu, sementara pemerintah
tidak serius memeranginya, kecuali dalam kata dan perintah. Kita tak
tahu persis berapa jumlah anak (mantan) penguasa yang punya kekayaan
triliunan. Dari mana asal uang itu? Tentu tak sulit diterka: bertalian
dengan bisnis dalam sistem thugogracy.
>
> Sebagian data berikut kian memperjelas betapa gawat bisnis korupsi itu
dijalankan. Pada 2010, Mugabe berencana menjual perhiasan berliannya
seharga 1,7 miliar dollar AS. Tidak tanggung-tanggung,
Mugabe—termasuk istrinya, Grace Mugabe—telah merampok bantuan
asing sebesar 4,5 juta poundsterling yang sebenarnya ditujukan untuk
perbaikan nasib rakyat yang sangat menderita.
>
> Mantan Presiden Nigeria Sani Abacha juga telah mancilok kekayaan
negaranya 500 juta dollar AS. Ben Ali dan Mubarak juga berbuat serupa
dalam jumlah ratusan juta dollar AS, yang sekarang dibekukan di bank
Swiss dan di bank-bank lain. Rezim Khadafy kabarnya punya aset cair di
London sebesar 20 miliar poundsterling dan ratusan juta dollar AS lain
di Swiss. Omar al-Bashir yang Muslim tidak saja mencuri uang negara,
tetapi juga telah melakukan kejahatan kemanusiaan di Darfur yang
sebagian besar berpenduduk Muslim.
>
> Sikap Barat
>
> Justru yang aneh bin ajaib adalah sikap negara-negara Barat terhadap
penguasa pancilok ini. Selama kepentingan Barat terjamin,
penguasa-penguasa itu dibiarkan menindas dan membunuh rakyatnya.
>
> Ben Ali dan Mubarak sebelum tumbang adalah sahabat-sahabat setia
Barat. Namun, begitu tanda-tanda kejatuhan penguasa korup itu terlihat
dan tak mungkin ditolong lagi, Barat dengan "semau gue" berputar haluan.
>
> Anda tentu masih ingat dulu ketika diktator Shah Iran Reza Pahlevi
berada di puncak kekuasaannya, Barat selalu memujinya sebagai penguasa
reformis dan rezimnya dikatakan sebagai yang paling stabil di
tengah-tengah gelombang yang mengempas. Namun, karena Iran tetap
membangkang Barat, melalui berbagai cara, negara ini selalu ingin
dilumpuhkan, terlepas dari penilaian apakah penguasa Teheran ini berbuat
adil terhadap rakyatnya atau sebaliknya.
>
> Saddam Hussein pun pernah dipuji dan dibantu ketika meletus perang
antara Irak dan Iran. Tak terkecuali rezim Saudi yang despotik juga
sahabat Amerika yang setia, demi minyak. Oleh sebab itu, teriakan Gedung
Putih tentang demokrasi dan hak-hak asasi manusia tidak berlaku untuk
thugtator yang membela kepentingan bisnis dan politik Amerika.
>
> Namun, apabila kepentingan itu dirasakan terancam, serta-merta mereka
dikategorikan musuh yang harus ditumbangkan. Ironisnya, dunia Islam
khususnya, belum juga pandai belajar dari pengalaman serba pahit dan
menipu itu. Amat disayangkan!
>
> Kita tidak dapat mengatakan berapa lama lagi dunia Islam ini akan
dipimpin oleh manusia-manusia merdeka dan berdaulat dengan misi utama:
terwujudnya keadilan bagi seluruh rakyatnya. Apakah pengalaman revolusi
Afrika yang belum usai ini belum juga menyadarkan mereka bahwa setiap
kekuasaan absolut dan korup pasti, lambat atau cepat, digugat oleh
rakyatnya sendiri untuk diganti.
>
> Peringatan Gandhi
>
> Filosofi anti-kekerasan Mahatma Gandhi untuk perubahan telah jadi
legenda dalam literatur dunia sekalipun tidak mudah diwujudkan. Penguasa
kejam yang tak mau juga keluar dari istananya setelah puluhan tahun
berada di sana, sedang rakyat sudah muak dengan kelakuannya, untuk
sebuah perubahan tidak jarang mengundang pertumpahan darah, sesuatu yang
tak diinginkan terjadi oleh Gandhi.
>
> Namun, sebagai sesuatu yang ideal, filosofi anti-kekerasan itu akan
selalu relevan sebagai sumber renungan yang tak dimakan musim. Inilah
inti ajaran Gandhi itu: "Saat aku patah harap, aku senantiasa ingat
segalanya bahwa melalui jendela sejarah, jalan kebenaran dan cinta
selalu menang. Di sana banyak tiran dan pembunuh, dan untuk sementara
mereka tampak tak terkalahkan, tetapi di ujung perjalanan, mereka selalu
tumbang. Renungkan ini, senantiasa."
>
> Dengan mengacu pada filosofi Gandhi ini, setiap pejuang kebenaran
tidak boleh kehilangan asa kapan pun dan di mana pun sebab kebenaran dan
keadilan pasti jaya dan menang. Kepalsuan dan kedurjanaan pada akhirnya
pasti hancur. Yang selalu dituntut adalah tersedianya stamina spiritual
yang pantang menyerah. Inilah makna hidup perjuangan yang terdalam dan
tak tergoyahkan sepanjang zaman.
>
> AHMAD SYAFII MAARIF Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah
>




------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke