Osama bin Laden itu warga Saudi, sebagian besar teroris 9/11 itu jg orang 
Saudi, 
sedangkan Saudi Arabia itu negara kaya yg berhasil jadi tukang perkosa tkw. 
Jadi 
teroris Islam itu bukan krn negara gagal, tp krn emang Islam nyuruh unt 
ngebantai kafir.





________________________________
From: sunny <am...@tele2.se>
To: undisclosed-recipi...@yahoo.com
Sent: Sat, April 30, 2011 1:35:27 AM
Subject: [proletar] Terorisme dan Negara Gagal

   
http://www.jambiekspres.co.id/opini/19022-terorisme-dan-negara-gagal.html

Senin, 25 April 2011 10:20

Terorisme dan Negara Gagal 
Oleh A. SAFRIL MUBAH*

RENTETAN aksi teror yang marak dua bulan terakhir ini semakin menunjukkan bahwa 
Indonesia telah bergerak menjadi negara gagal (failed state). Kegagalan negara 
ini membongkar habis jaringan terorisme harus dibayar mahal dengan semakin 
meningkatnya ancaman keamanan terhadap rakyat. Semula publik berharap, setelah 
di eksekusinya Imam Samudera, Amrozi, dan Mukhlas, serta ditembak matinya 
Azhari 
Husin, Noordin M. Top, dan Dul matin, jaringan terorisme lumpuh total sehingga 
rasa aman dapat dinik mati masyarakat. Namun, teror bom buku di Jakarta pada 17 
Maret 2011 dan bom bunuh diri di Mapolres Ci rebon Jumat pekan lalu (15/4) 
membuyarkan harapan tersebut. 


Dua aksi teror itu membuktikan bahwa jaringan terorisme masih tetap bercokol di 
negara ini. Eksistensinya kian tampak ketika Kamis (21/4) polisi menemukan 
sembilan paket bom seberat 100 kilogram di dekat Gereja Christ Cathedral dan 
pipa gas Serpong, Tangerang. 


Masalah terbesar penanganan terorisme di Indonesia sebenarnya terletak pa da 
kegagalan pemerintah dalam menangkal kemunculan teroris-teroris baru. Alih-alih 
aksi terorisme berhenti, kematian sejumlah gembong terorisme di tangan polisi 
justru memicu hasrat orang-orang yang baru direkrut untuk menjadi ''pengantin'' 
siap menebar teror berikutnya. Jika sebelumnya tar get terarah kepada sim 
bol-simbol Amerika Serikat dan Barat, kini sasaran ditujukan kepada markas 
kepolisian yang merupakan simbol keamanan negara.

Ketika markas kepolisian saja tidak aman, publik patut mengkhawatirkan keamanan 
dirinya. Ketika publik merasaterancam, negara harus ber tanggungjawab untuk 
menangkal ancaman itu untuk menjamin keamanan masyarakat. Persoalannya, 
tampaknya negara telah gagal men ja lankan tugas itu seiring de ngan ma sih 
merebaknya aksi terorisme yang mengancam keselamatan rakyat.

Karakteristik

Sejumlah pakar sepakat bahwa negara gagal berpotensi menjadi lahan subur 
terorisme. Dalam buku Failed States in a World of Terror (2002), Robert Rot 
berg 
menganggap negara gagal sebagai reservoirs and exporters of terror. Pada 5 Juli 
2005, New York Times juga melaporkan bahwa failed states that cannot provide 
jobs and

food for their people, that have lost chunks of territory to warlords, and that 
can no longer track or control their borders, send an invitation to terrorists. 
Monty G. Marshall (2002) membenarkan klaim ter sebut berdasar data bahwa pada 
1991-2001, banyak teroris yang berasal dari negara otoriter dengan pendapatan 
rendah dan konfliktual seperti Sudan, Aljazair, dan Afghanistan.

Menurut Rotberg (2002), negara gagal dicirikan meningkatnya kekerasan politik 
dan kriminal, melemahnya kontrol negara atas wilayah teritorialnya, serta 
merebaknya konflik etnis dan aga ma. Selain itu, Negara gagal mengalami perang 
sipil, penurunan pendapatan perkapita, peningkatan inflasi, korupsi tingkat 
tinggi, dan kemiskinan.

Karakteristik yang buruk tersebut memicu peningkatan serangan terhadap 
legitimasi pemerintahan negara gagal. Ka rena kemampuan negara lemah dan 
pemerintah bekerja secara eksklusif ha nya untuk memenuhi kepentingan pe 
nguasa, 
banyak kelompok yang me nunjukkan loyalitas rendah kepada negara. Akibatnya, 
rakyat terpecah belah dalam perbedaan dan per mu suhan sehingga mengalihkan 
kesetiaannya kepada communal warlords. Anarki domestik lantas berkembang luas 
dan berdampak kepada peningkatan jumlah kelompok teroris.

Daya tarik negara gagal bagi organisasi teroris adalah keuntungan yang 
disediakan bagi kelancaran operasi jaringan mereka. Keuntungan itu, antara 
lain, 
ke mudahan untuk merekrut anggota baru, melaksanakan

pelatihan militer, mengakses senjata, mendapatkan sumber pendanaan, dan 
melancarkan serangan. Karena itu, wajar jika negara gagal menjadi surga bagi 
kelompok teroris. 


Kegagalan Indonesia Berdasar indeks negara gagal yang dirilis majalah Foreign 
Policy (2010), Indonesia menempati peringkat ke- 61 negara paling gagal di 
dunia. 


Memang, kegagalan negara kita tidak separah Somalia, Chad, Sudan, Zimbabwe, dan 
Kongo yang menempati peringkat lima besar. Indonesia juga masih lebih berhasil 
jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Myan mar (peringkat 
16), 
Timor Leste (18), Laos (40), Kamboja (42) Filipina (51), dan Papua Nugini (57).

Meski demikian, tetap saja kondisi negara ini sungguh mencemaskan. Secara 
kasatmata, kita melihat kegagalan negara di berbagai bidang. Di bidang ekonomi, 
kemiskinan melanda sekitar 30 juta warga. Di bidang sosial, tingginya tingkat 
pengangguran berkontribusi besar meningkatkan angka kriminalitas.

Di bidang hukum, korupsi telah menjangkiti aparat birokrasi. Di bidang 
pendidikan, banyak gedung sekolah yang tidak layak pakai. Di bidang budaya, 
negara gagal menjaga kelestarian budaya dari serangan budaya asing sekaligus 
gagal menjaganya dari klaim negara lain. Di bidang agama, negara gagal merawat 
kemajemukan dalam bingkai toleransi antarumat beragama. 


Serentetan kegagalan tersebut semakin melemahkan otoritas pemerintah sekaligus 
memicu ke tidakpuasan sejumlah kelompok terhadap negara. Situasi semacam itu 
membuka peluang kelompok teroris meng organisasi diri, berlatih, memperoleh 
dana, mengelola logistik, merekrut anggota baru, dan ber komunikasi dengan 
jaringannya. Akibatnya, di negara gagal aksi terorisme tidak akan pernah mati.

Karena itu, pemerintah perlu memer hatikan bahwa untuk menumpas jaringan 
terorisme tidak cukup hanya menangkapi satu per satu anggota jaringan teroris, 
tetapi juga memerkuat otoritas negara di mata publik. Caranya, meningkatkan 
kepercayaan seluruh lapisan masyarakat kepada negara dengan menyelesaikan semua 
akar masalah yang membelit republik ini! 


(*) Dosen ilmu hubungan internasional FISIP Universitas Airlangga

[Non-text portions of this message have been removed]


 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke