http://www.jambiekspres.co.id/opini/19022-terorisme-dan-negara-gagal.html

      Senin, 25 April 2011 10:20
     
      Terorisme dan Negara Gagal  
      Oleh A. SAFRIL MUBAH*


      RENTETAN aksi teror yang marak dua bulan terakhir ini semakin menunjukkan 
bahwa Indonesia telah bergerak menjadi negara gagal (failed state). Kegagalan 
negara ini membongkar habis jaringan terorisme harus dibayar mahal dengan 
semakin meningkatnya ancaman keamanan terhadap rakyat. Semula publik berharap, 
setelah di eksekusinya Imam Samudera, Amrozi, dan Mukhlas, serta ditembak 
matinya Azhari Husin, Noordin M. Top, dan Dul matin, jaringan terorisme lumpuh 
total sehingga rasa aman dapat dinik mati masyarakat. Namun, teror bom buku di 
Jakarta pada 17 Maret 2011 dan bom bunuh diri di Mapolres Ci rebon Jumat pekan 
lalu (15/4) membuyarkan harapan tersebut. 

      Dua aksi teror itu membuktikan bahwa jaringan terorisme masih tetap 
bercokol di negara ini. Eksistensinya kian tampak ketika Kamis (21/4) polisi 
menemukan sembilan paket bom seberat 100 kilogram di dekat Gereja Christ 
Cathedral dan pipa gas Serpong, Tangerang. 

      Masalah terbesar penanganan terorisme di Indonesia sebenarnya terletak pa 
da kegagalan pemerintah dalam menangkal kemunculan teroris-teroris baru. 
Alih-alih aksi terorisme berhenti, kematian sejumlah gembong terorisme di 
tangan polisi justru memicu hasrat orang-orang yang baru direkrut untuk menjadi 
''pengantin'' siap menebar teror berikutnya. Jika sebelumnya tar get terarah 
kepada sim bol-simbol Amerika Serikat dan Barat, kini sasaran ditujukan kepada 
markas kepolisian yang merupakan simbol keamanan negara.

      Ketika markas kepolisian saja tidak aman, publik patut mengkhawatirkan 
keamanan dirinya. Ketika publik merasaterancam, negara harus ber tanggungjawab 
untuk menangkal ancaman itu untuk menjamin keamanan masyarakat. Persoalannya, 
tampaknya negara telah gagal men ja lankan tugas itu seiring de ngan ma sih 
merebaknya aksi terorisme yang mengancam keselamatan rakyat.



      Karakteristik

      Sejumlah pakar sepakat bahwa negara gagal berpotensi menjadi lahan subur 
terorisme. Dalam buku Failed States in a World of Terror (2002), Robert Rot 
berg menganggap negara gagal sebagai reservoirs and exporters of terror. Pada 5 
Juli 2005, New York Times juga melaporkan bahwa failed states that cannot 
provide jobs and

      food for their people, that have lost chunks of territory to warlords, 
and that can no longer track or control their borders, send an invitation to 
terrorists. Monty G. Marshall (2002) membenarkan klaim ter sebut berdasar data 
bahwa pada 1991-2001, banyak teroris yang berasal dari negara otoriter dengan 
pendapatan rendah dan konfliktual seperti Sudan, Aljazair, dan Afghanistan.

      Menurut Rotberg (2002), negara gagal dicirikan meningkatnya kekerasan 
politik dan kriminal, melemahnya kontrol negara atas wilayah teritorialnya, 
serta merebaknya konflik etnis dan aga ma. Selain itu, Negara gagal mengalami 
perang sipil, penurunan pendapatan perkapita, peningkatan inflasi, korupsi 
tingkat tinggi, dan kemiskinan.

      Karakteristik yang buruk tersebut memicu peningkatan serangan terhadap 
legitimasi pemerintahan negara gagal. Ka rena kemampuan negara lemah dan 
pemerintah bekerja secara eksklusif ha nya untuk memenuhi kepentingan pe 
nguasa, banyak kelompok yang me nunjukkan loyalitas rendah kepada negara. 
Akibatnya, rakyat terpecah belah dalam perbedaan dan per mu suhan sehingga 
mengalihkan kesetiaannya kepada communal warlords. Anarki domestik lantas 
berkembang luas dan berdampak kepada peningkatan jumlah kelompok teroris.

      Daya tarik negara gagal bagi organisasi teroris adalah keuntungan yang 
disediakan bagi kelancaran operasi jaringan mereka. Keuntungan itu, antara 
lain, ke mudahan untuk merekrut anggota baru, melaksanakan

      pelatihan militer, mengakses senjata, mendapatkan sumber pendanaan, dan 
melancarkan serangan. Karena itu, wajar jika negara gagal menjadi surga bagi 
kelompok teroris. 

      Kegagalan Indonesia Berdasar indeks negara gagal yang dirilis majalah 
Foreign Policy (2010), Indonesia menempati peringkat ke- 61 negara paling gagal 
di dunia. 

      Memang, kegagalan negara kita tidak separah Somalia, Chad, Sudan, 
Zimbabwe, dan Kongo yang menempati peringkat lima besar. Indonesia juga masih 
lebih berhasil jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Myan mar 
(peringkat 16), Timor Leste (18), Laos (40), Kamboja (42) Filipina (51), dan 
Papua Nugini (57).

      Meski demikian, tetap saja kondisi negara ini sungguh mencemaskan. Secara 
kasatmata, kita melihat kegagalan negara di berbagai bidang. Di bidang ekonomi, 
kemiskinan melanda sekitar 30 juta warga. Di bidang sosial, tingginya tingkat 
pengangguran berkontribusi besar meningkatkan angka kriminalitas.

      Di bidang hukum, korupsi telah menjangkiti aparat birokrasi. Di bidang 
pendidikan, banyak gedung sekolah yang tidak layak pakai. Di bidang budaya, 
negara gagal menjaga kelestarian budaya dari serangan budaya asing sekaligus 
gagal menjaganya dari klaim negara lain. Di bidang agama, negara gagal merawat 
kemajemukan dalam bingkai toleransi antarumat beragama. 

      Serentetan kegagalan tersebut semakin melemahkan otoritas pemerintah 
sekaligus memicu ke tidakpuasan sejumlah kelompok terhadap negara. Situasi 
semacam itu membuka peluang kelompok teroris meng organisasi diri, berlatih, 
memperoleh dana, mengelola logistik, merekrut anggota baru, dan ber komunikasi 
dengan jaringannya. Akibatnya, di negara gagal aksi terorisme tidak akan pernah 
mati.

      Karena itu, pemerintah perlu memer hatikan bahwa untuk menumpas jaringan 
terorisme tidak cukup hanya menangkapi satu per satu anggota jaringan teroris, 
tetapi juga memerkuat otoritas negara di mata publik. Caranya, meningkatkan 
kepercayaan seluruh lapisan masyarakat kepada negara dengan menyelesaikan semua 
akar masalah yang membelit republik ini! 

      (*) Dosen ilmu hubungan internasional FISIP Universitas Airlangga


     
  

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke