Tulisan ini juga disajikan dalam website http://umarsaid.free.fr/
yang sampai sekarang sudah dikunjungi  731 540 kali.

 = = =               = = = =               == = = =




Memperingati Ulang tahun  PKI  23 Mei



Kehancuran PKI dan Dikhianatinya Bung Karno

Adalah Kerugian Besar Rakyat Indonesia





Mungkin ada orang-orang yang setelah membaca judul tulisan kali ini
geleng-geleng kepala dan bertanya-tanya mengapakah masih ada saja sekarang
ini ( !)  orang yang menulis tentang ulangtahun PKI 23 Mei dan menyatakan
juga bahwa  kehancuran PKI dan pengkhianatan terhadap Bung Karno adalah
kerugian yang besar sekali bagi rakyat Indonesia. Bukankah sampai sekarang
ini masih berlaku TAP (Ketetapan)  MPRS /66 nomor 25, yang melarang kegiatan
PKI dan disebarluaskannya marxisme  dan leninisme atau komunisme oleh rejim
militer Suharto ?



Memang ! Tulisan ini dibuat dengan berbagai maksud atau tujuan. Antara lain
untuk menunjukkan bahwa TAP MPRS/66 nomor 25 itu, dalam kenyataannya
sehari-hari,  sekarang ini sebenarnya sudah kedaluwarsa, tidak ada gunanya
sama sekali bagi dan negara kita, karena sudah tidak diindahkan atau tidak
ditakuti seperti halnya di masa pemerintahan Orde Baru.



Sudah sama-sama kita ketahui, bahwa (resminya saja)  PKI memang sudah tidak
ada lagi sebagai organisasi terbuka. Tetapi siapakah bisa mencegah atau
melarang jika ada kalangan atau golongan di Indonesia yang melakukan
berbagai kegiatan yang jiwanya, semangatnya, atau cita-citanya sebenarnya
mengandung marxisme, komunisme atau sosialisme, walaupun tidak
terang-terangan memakai nama PKI atau komunis ?



« Generasi baru PKI » sudah bangkit lagi



Kiranya sudah bisalah diduga, atau diperkirakan,  bahwa sejak lama
sebenarnya sudah ada banyak orang dari berbagai kalangan di Indonesia yang
menempuh jalan  ini dalam macam-macam bentuk dan cara. Ini dapat dirasakan
di sana-sini, atau « dicium baunya » dalam berbagai hal dan peristiwa,
Sehingga kaum reaksioner dari berbagai kalangan menyuarakan  « Awas PKI gaya
baru », atau « Generasi baru PKI sudah bangkit ». Dan ini adalah hal yang
wajar,



Sebab, seperti yang sudah ditunjukkan oleh sejarah berbagai bangsa di dunia,
lahirnya marxisme atau komunisme adalah karena adanya penindasan,
penghisapan, ketidak adilan yang dilakukan satu golongan masyarakat (atau
kelas) atas golongan (kelas)  lainnya. Lahirnya marxisme atau komunisme di
dunia adalah untuk memberikan senjata atau alat bagi mereka yang tertindas,
guna mengadakan perlawanan.



Demikian jugalah halnya  di Indonesia, baik yang terjadi disekitar tahun
1920  ketika PKI muncul secara terbuka untuk pertama kalinya, maupun
sekarang dan juga di masa datang. Sebab ;  selama ada penindasan,
penghisapan dan ketidak-adilan terhadap rakyat banyak di Indonesia, selama
itu pula marxisme atau komunisme, yang dimanifestasikan dengan nama PKI
(atau dengan nama-nama yang lain) dan dalam macam-macam cara dan bentuk
akan tetap ada !



Itulah sebabnya, mengapa meskipun Suharto beserta konco-konconya  (di dalam
negeri dan luar negeri ) sudah berusaha menghancur-luluhkan PKI dan
membunuhi, menyiksa, mempersekusi dan menyengsarakan jutaan anggota, dan
simpatisan atau pendukung PKI dengan cara-cara yang luar biasa biadabnya,
namun jiwa, semangat, dan cita-citanya masih tetap dipelihara di sana-sini
oleh banyak orang. Sampai sekarang



Situasi bangsa membutuhkan senjata untuk perlawanan


Hal yang begini inilah yang  sulit dicegah oleh TAP MPRS/66 nomor 25, atau
oleh simpatisan rejim militer Suharto, atau oleh pendukung Golkar, atau oleh
FPI dan macam-macam kalangan Islam sejenisnya. Sebab, situasi negara dan
bangsa yang menimbulkan penindasan, penghisapan dan ketidakadilan bagi
rakyat banyak di Indonesia  justru membutuhkan adanya perlawanan dan
pembelaan, untuk terjadinya  perubahan-perubahan dan perbaikan. Dan di
antara berbagai  kekuatan dalam masyarakat yang bersedia untuk berjuang
mengadakan perlawanan terhadap penindasan dan ketidakadilan ini adalah
golongan kiri yang dipelopori oleh PKI.



Sikap perlawanan untuk menentang penindasan, penghisapan dan ketidak-adilan
yang demikian inilah yang telah ditunjukkan oleh orang-orang komunis anggota
dan simpatisan PKI, sejak lahirnya di tahun 1920. PKI dengan anggota dan
simpatisannya telah merupakan kekuatan utama dalam melawan kolonialisme
Belanda. dengan adanya pembrontakan di Jawa  (1926) dan Samatera
(Silungkang, tahun 1927), sehingga belasan ribu orang ditangkapi secara
besar-besaran , dan ribuan di antaranya dibuang ke Digul.



Setelah pembrontakan melawan kolonialisme Belanda ini ditumpas, maka PKI
dinyatakan dilarang oleh pemerintahan kolonial dan terpaksa bergerak di
bawah tanah. Perjuangan di bawah tanah ini diteruskan selama pendudukan
militerisme fasis Jepang, dan  baru muncul lagi secara terbuka sejak
proklamasi 17 Agustus 1945



Sesudah proklamasi kemerdekaan, perjuangan PKI bersama golongan-golongan
lainnya diteruskan melawan  kolonialisme Belanda yang ingin kembali menjajah
Indonesia, dan juga melawan imperialisme negara-negara Barat yang dikepalai
Amerika Serikat setelah selesainya Perang Dunia ke-II. Hanya beberapa tahun
saja setelah terjadinya  peristiwa Madiun dalam tahun 1948 yang menggegerkan
itu PKI dapat bangkit kembali untuk meneruskan perjuangannya.



PKI sudah sejak lama diincer oleh kekuatan reaksioner


Sejarah bangsa kita menunjukkan bahwa  perjuangan PKI ternyata mendapat
dukungan dari rakyat banyak. Hal yang demikian ini  kelihatan dari
kenyataan bahwa dari jumlah anggota dan simpatisan  yang hanya beberapa
puluhan ribu orang saja dalam tahun 1950, menjadi ratusan ribu dalam
beberapa tahun saja. Puncak dukungan atau simpati rakyat banyak ini kemudian
termanifestasikan dalam hasil pemilu demokratis yang diselenggarakan secara
baik sekali dalam tahun 1955.



Membesarnya PKI sejak 1950 sudah menarik perhatian kekuatan imperialis Barat
(terutama AS), yang mulai mengadakan hubungan dengan tokoh-tokoh pimpinan
Angkatan Darat dengan kedok « training » (latihan militer) dll. Melalui
berbagai saluran dalam negeri, dan dengan menggunakan persoalan-persoalan
yang timbul waktu itu, kalangan Barat telah mendukung (secara
terang-terangan dan juga sembunyi-sembunyi) gerakan-gerakan separatis yang
dilancarkan oleh sebagian dari Angkatan Darat waktu itu di berbagai daerah.



Sejarah telah mencatat adanya Peristiwa Tiga Selatan (Sumatera Selatan,
Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan), dan juga lahirnya Dewan Garuda,
Dewan Banteng, Dewan Gajah, Dewan Manguni, Permesta, yang kemudian memuncak
dengan diproklamasikannya PRRI di Bukittinggi pada tanggal 15 Februari tahun
1958. Lahirnya gerakan-gerakan daerah yang dicetuskan oleh unsur-unsur
Angkatan Darat ini sebenarnya, atau pada hakekatnya, adalah gerakan anti
Bung Karno dan anti-PKI.



Dalam berbagai peristiwa yang ditimbulkan oleh sejumlah pimpinan Angkatan
Darat di berbagai daerah waktu itu PKI (sejak 1953) sudah selalu dijadikan
sasaran penangkapan dan pembunuhan. Pembunuhan besar-besaran adalah  yang
dilakukan oleh   PRRI di kamp maut Situjuh (1958). Baik PRRI maupun Permesta
telah mendapat bantuan secara rahasia dari Barat, terutama oleh Amerika
Serikat (ingat peristiwa pendropan senjata di Pakanbaru dan penembakan pilot
CIA, Allen Pope, di Morotai dalam tahun 1958)



Kekuatiran terhadap PKI menanjak sesudah pemilu 1955



Kekuatiran imperialisme Barat (terutama AS) terhadap makin membesarnya PKI
menjadi lebih-lebih lagi dengan juga makin luasnya  dukungan rakyat terhadap
Bung Karno. Dengan diselenggarakannya Konferensi Bandung dalam tahun 1955
popularitas Bung Karno menanjak sekali, bukan saja di dalam negeri, bahkan
juga di luar negeri, sebagai pejuang anti imperialisme  dan
anti-kolonialisme.



 Di luar dugaan banyak orang (termasuk di luar negeri) dalam pemilu 1955 itu
PKI mendapat suara yang banyak sekali, dan menduduki nomor ke 4 (16,34 %
suara, 6 juta lebih pemilih), sesudah PNI (22,32% suara, 8 juta pemilih),
Masyumi 20,92 % suara, 7,9 juta pemilih).Nahdatul Ulama (18,47 % suara, 6,9
juta pemilih)



Sejak itu, dukungan kepada PKI makin membesar, dan menjadi kekuatan politik
dan sosial yang makin membikin kuatir kekuatan reaksioner dalam negeri
(Angkatan Darat, Masyumi, PSI dan berbagai kalangan anti Bung Karno dan
anti-PKI lainnya) dan juga di luar negeri. Kemudian, karena AS makin
terlibat dengan perang di Indo-Cina, maka kedekatan sikap politik PKI dengan
politik anti-imperialismenya Bung Karno menjadi bahaya yang makin besar bagi
kepentingan AS.



Kekuatiran fihak Barat (terutama AS) terhadap sikap Bung Karno dan PKI
lebih membesar lagi disebabkan karena makin besarnya persekutuan (atau
persahabatan) antara Indonesia yang diwakili Bung Karno (dengan dukungan
PKI) dan RRT, Vietnam, Kamboja, Korea Utara waktu itu. Garis persahabatan
ini dikenal dengan nama « poros Jakarta - Pnompenh – Hanoi – Peking –
Pyongyang ».  Amerika Serikat berusaha dengan segala jalan dan cara untuk
mencegah terjadinya   « effek domino » sebagai akibat dari perkembangan di
Vietnam.



PKI dan Bung Karno adalah musuh yang harus dimusnahkan



Dengan makin besarnya pengaruh politik anti-imperialis Bung Karno di
kalangan internasional (terutama di Asia-Afrika dan Amerika Latin) maka Bung
Karno menjadi musuh besar dan utama bagi imperialisme AS. Dan di belakang
politik Bung Karno yang pernah menggegerkan dunia internasional waktu itu
(ingat : Konferensi Bandung, Indonesia keluar dari PBB, dukungan Indonesia
kepada Tiongkok, persoalan Vietnam, sikap Bung Karno « Go to hell with your
aid » dll dll) berdiri kekuatan PKI, yang pernah merupakan partai komunis
yang terbesar di dunia sesudah Tiongkok dan Uni Soviet.



Dalam berbagai bahan dapat dibaca  bahwa PKI pernah mempunyai anggota 3,5
juta, ditambah dengan 3 juta dari gerakan pemudanya, dari kalangan serikat
buruh 3,5 juta, dari kalangan tani 9 juta. Kalau digabungkan dengan  anggota
dan simpatisan dari golongan wanita, seniman, sastrawan, sarjana dan
lain-lainnya,  maka diperkirakan bahwa PKI mempunyai pendukung sekitar  20
juta orang, atau kurang lebih seperlima penduduk Indonesia pada waktu itu.



Terlepas dari apakah angka-angka itu semuanya mendekati kebenaran atau
tidak, namun bisalah  dikatakan dengan pasti bahwa PKI memang pernah menjadi
partai yang mempunyai pendukung yang besar sekali. Karenanya,  ada yang
meramalkan bahwa seandainya jadi dilaksanakan pemilu waktu itu maka PKI
pastilah akan mendapat suara  yang terbesar. Dan perkembangan yang demikian
ini adalah hasil dari berbagai politik Bung Karno yang mendapat dukungan
PKI. Karena, dalam banyak hal visi Bung Karno adalah sama atau sejiwa dengan
visi PKI.



Di bidang dalam negeri politik Bung Karno yang didukung PKI adalah
Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Manipol, USDEK, Berdikari, NASAKOM, dan
berbagai ajaran-ajaran revolusioner lainnya. Sedangkan di bidang luar negeri
atau internasional politik Bung Karno yang didukung PKI adalah :  Konferensi
Bandung, berbagai gerakan solidaritas Asia-Afrika (antara lain : Persatuan
Wartawan Asia-Afrika, Konferensi Pengarang Asia-Afrika, Konferensi Juris
Asia-Afrika)  GANEFO, Konferensi Internasional Anti Pangkalan Militer Asing,
pidato di PBB « To build the world anew ».



Jelaslah bahwa gejala atau perkembangan yang demikian itu tentu saja
membikin makin kuatirnya kekuatan reaksioner dalam negeri dan luar negeri.
Karena itu, Bung Karno dan PKI menjadilah satu musuh yang perlu dimusnahkan
atau dihancurkan. Dan untuk bisa menghancurkan Bung Karno perlu lebih dulu
menghancurkan PKI, yang merupakan kekuatan utama yang mendukungnya. Dengan
kalimat lain, penghancuran PKI akan memungkinkan penghancuran Bung Karno.



Tindakan Angkatan Darat terhadap PKI dan Bung Karno :

lembaran hitam sejarah bangsa



Dengan terjadinya peristiwa G30S – yang masih mengandung berbagai persoalan
dan banyak sekali pertanyaan yang belum terjawab sampai sekarang – maka
kekuatan reaksioner dalam negeri (Angkatan Darat dengan  dibantu oleh
kekuatan-kekuatan  lainnya yang anti Bung Karno dan anti-PKI), dan kekuatan
imperialis mendapat dalih untuk menghancurkan PKI.



Tindakan pimpinan Angkatan Darat (waktu itu) dalam usaha menghancurkan
kekuatan PKI merupakan lembaran hitam sejarah bangsa kita, yang perlu
dicatat oleh generasi yang sekarang dan harus diketahui dengan jelas oleh
generasi-generasi yang akan datang. Karena, untuk menghancurkan kekuatan PKI
telah dibunuh jutaan anggota dan simpatisan atau pendukungnya, dengan
cara-cara yang biadab dan betul-betul tidak manusiawi sama sekali. Ratusan
ribu keluarga kehilangan sang-bapak atau sang-ibu, dan jutaan orang  juga
ditahan atau dipenjarakan tanpa diadili (contohnya :di pulau Buru dan
Nusakambangan).



Mengingat itu semua, maka sekarang makin jelaslah bagi banyak orang bahwa
hancurnya kekuatan PKI dan bisanya Bung Karno digulingkan secara khianat
oleh pimpinan Angkatan Darat  adalah sebenarnya sudah dipersiapkan (atau
bahkan dimulai) oleh kekuatan-kekuatan reaksioner dalam negeri sejak lama
(ingat :  peristiwa tiga Selatan dll) dengan kerjasama kekuatan asing (
ingat : PRRI, Permesta)



Dari sudut ini kita bisa melihat juga bahwa kehancuran PKI dan tergulingnya
Bung Karno adalah karena akibat pengkhianatan besar-besaran pimpinan
Angkatan Darat (waktu itu) terhadap cita-cita para perintis kemerdekaan
bangsa, terhadap Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika



Situasi negara dan bangsa di segala bidang yang serba busuk atau rusak yang
kita saksikan dewasa ini adalah bukti yang jelas bahwa itu semua adalah
akibat karena  dihilangkannya kedudukan  Bung Karno dari  kepemimpinan
negara dan bangsa dan dihancurkannya PKI sebagai pendukung utama berbagai
politik revolusionernya.



Dengan adanya kepemimpinan Bung Karno (dan dengan PKI sebagai pendukung
utamanya) maka di masa-masa lalu  patriotisme dan nasionalisme kerakyatan
bisa senantiasa dikobarkan, dan dihidupkan  terus-menerus semangat untuk
menjalankan revolusi, serta digelorakan rasa cinta kepada rakyat dan
gotong-royong, sebagai usaha dalam nation and character building. Justru itu
semualah yang sekarang ini tidak ada ( !!!, tanda seru tiga kali) , dan
karenanya negara dan bangsa kita menghadapi  kekosongan kepemimpinan
nasional yang betul-betul berwibawa.



Mengingat itu semuanya, dan melihat pula kebejatan moral yang melanda
seluruh kehidupan negara dan bangsa dewasa ini maka terasa sekali bahwa
kehancuran PKI dan pengkhianatan terhadap Bung Karno adalah kerugian yang
amat besar sekali bagi Republik Indonesia dan rakyat kita.



Perkembangan  situasi selanjutnya di kemudian hari akan membuktikannya lebih
jelas lagi !!!



Paris, 23 Mei 2011



  1.. Umar Said




* * *














[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Reply via email to