Lagian tu menteri sungguh tidak layak bilang media JANGAN menggoreng-goreng.
Kayaknya tu bedebah adalah semacam reinkarnasi Harmoko... --- In proletar@yahoogroups.com, David <davidfr766hi@...> wrote: > > si menteri ini pakai istilah "menggoreng" yang umumnya digunakan dalam pasar > modal untuk kasus memblow-up harga yang bukan selayaknya naik. > tapi dalam kasus tki, istilah menggoreng adalah betul2 konyol karena memang > kasus tki tak perlu digoreng akan selalu naik dan semakin naik tak > terhingga. kasus tki selalu bikin panas hati tanpa perlu digoreng, kasus tki > sedari dulu enggak pernah beres dan tidak ada perkembangan. > > menteri ngawur. > > > 2011/6/22 item abu <itemabu@...> > > > ** > > > > > > Hehehe... tki itu udah dipalakin habis2an duitnya oleh pemerintah, sekarang > > si > > menteri cuma ngaku udah jalan2 ke Saudi, mungkin jg sambil umroh tanpa bisa > > > > berbuat apa2. > > > > Udah ga becus, lalu ngelarang orang ngomongin kasus ketidak becusannya itu. > > > > Dasar bajingan keparat, berapa duit yg udah dikantongi dr tki? > > > > ________________________________ > > From: Wahyu Suluh <wahyusuluh@...> > > To: proletar@yahoogroups.com > > Sent: Tue, June 21, 2011 8:04:29 PM > > Subject: [proletar] Patrialis Akbar: Jangan Goreng-Menggoreng Kasus TKI > > > > > > Patrialis Akbar: Jangan Goreng-Menggoreng Kasus TKI > > > > Fajar Pratama - detikNews > > > > Jakarta - Pemerintah mengklaim telah melakukan perlindungan kepada > > tenaga kerja Indonesia. Meski demikian, masih ada saja kasus TKI yang > > bermunculan. Menkum HAM Patrialis Akbar pun meminta agar kasus TKI tidak > > digoreng-goreng alias dipermainkan di media. > > > > "Yang jelas perlindungan itu sudah sangat jelas. Makanya saya mohon > > jangan goreng-menggoreng di koran-koran, pengamat-pengamat," kata > > Patrialis. > > > > Berikut ini wawancara wartawan dengan Patrialis di kantor Kemenkum HAM, Jl > > Rasuna Said, Jaksel, Senin (20/6/2011): > > > > Soal Ruyati apakah itu kecolongan? > > > > Sebetulnya kecolongan itu di mana? Pemerintah Saudi Arabia yang tidak > > beri tahu pada kita. Aturan internasionalnya kan seharusnya diberi tahu > > baik melalui Kemenlu maupun kedutaannya. > > > > Masih ada 23 orang lagi yang terancam hukuman mati di Saudi. Apa langkah > > pemerintah? > > > > Saya kan sudah pernah mengunjungi Arab dan bertemu dengan Menteri > > Kehakiman, Menteri Dalam Negeri, dan Komnas HAM. Mereka berjanji akan > > mengkomunikasikan keluarga korban yang terbunuh untuk memberikan maaf, > > tapi harus ada denda. Nah baru pemerintah sana memberikan maaf atas nama > > negara. Tapi kalau negara belum (memberikan maaf) maka tidak bisalah > > ini. > > > > Apalagi keluarganya semuanya menolak (memberi maaf), kita nggak bisa > > intervensi > > juga. > > > > Terkait TKI Darsem yang semakin mendekati jatuh tempo pembayaran diyat > > (denda), > > bagaimana? > > > > Ini kita sama-sama untuk mengumpulkan denda Rp 4 miliar itu. Kalau > > tidak, ada kemungkinan diekseskusi. Tapi saya belum tahu waktunya kapan. > > Nanti kita minta penjelasan dari Badan Nasional Penempatan dan > > Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) pada bulan Juli ini. > > > > Kesulitannnya apa? > > > > Uangnya itu belum kita dapat. Nanti kita bicarakan. Saya terima kasih > > sama masyarakat yang sudah mengumpulkan, nanti akan diambil kebijakan. > > Saya tidak bisa sendiri. Nanti saya bicara dengan Kemenlu dan BNP2TKI. > > > > Mengenai pernyataan Presiden di ILO tentang TKI? > > > > Komentar presiden itu sudah tepat karena pemerintah sudah maksimal > > memberikan perlindungan tapi pemerintah tidak bisa menjamin orang per > > orang. Pemerintah harus komunikasi intensif terus menerus. Itu > > dilakukan. Contoh seperti Arab Saudi, mereka sudah datang ke sini untuk > > membicarakan itu. > > > > Yang salah apa? > > > > Ya kita tidak bisa menjamin orang per orang. Karena itu pribadi orang > > masing-masing, masak pemerintah yang disalahkan. > > > > Di sana sudah sesuai proses. Ruyati itu juga sudah mengakui > > kesalahannya. Yang jelas perlindungan itu sudah sangat jelas. Makanya > > saya mohon jangan goreng-menggoreng di koran-koran, pengamat-pengamat. > > > > Tegasnya bagaimana dengan 23 orang lagi yang terancam hukuman mati? > > > > Pembicaraan kita dengan Arab Saudi memang begitu. Mereka mengupayakan > > lembaga maaf dimaksimalkan dulu sebelum eksekusi dilakukan. Kan tidak > > hanya membunuh warga Arab Saudi saja, tapi WNI juga bunuh WNI. Mereka > > memaafkan apa tidak kan itu terserah keluarga korban. > > > > (vit/nrl) > > > > > > http://us.detiknews.com/read/2011/06/20/162039/1664408/158/patrialis-akbar-jangan-goreng-menggoreng-kasus-tki > > > > Berbagi berita untuk semua > > http://goo.gl/KKHtihttp://goo.gl/fIWzb > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > ------------------------------------ Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage : http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/