Ruyati Dipancung, Jangan Salahkan Hukum Islam
Rizka Diputra - Okezone
Kamis, 23 Juni 2011 07:02 wib


JAKARTA - Kasus kematian Ruyati tenaga kerja Indonesia (TKI) yang tewas dihukum 
pancung pemerintah Arab Saudi lantaran telah membunuh majikannya merupakan 
tragedi kemanusiaan di dunia ketenagakerjaan Tanah Air.

Meski demikian, atas tragedi ini tidak bisa serta menyalahkan hukum Islam yang 
dipegang teguh pemerintah Saudi. Kematian Ruyati mutlak kesalahan pemerintah RI 
yang dianggap gagal dalam melindungi warganegaranya yang bekerja di luar negeri.

"Karenanya jangan memprotes hukum Islamnya, karena itu memang sudah menjadi 
konsekuensi hukum pidana Islam yang wajib kita terima dan hormati. Tetapi 
sampaikan protes keras kepada pemerintah RI yang tidak peduli kepada nasib 
pahlawan devisa negara," demikian diungkapkan Ketua Umum Front Pembela Islam 
(FPI) Habib Muhammad Rizieq bin Husein Shihab kepada okezone, Kamis (23/6/2011).

Rizieq menjelaskan, eksekusi mati dengan cara pancung oleh algojo tersebut 
sebenarnya bisa dihindarkan dengan empat jalan, sebagaimana tata cara Islam 
yang luhur.

"Pertama, secara kekeluargaan mestinya ada pendekatan intensif oleh KBRI di 
Saudi kepada keluarga korban agar mendapat maaf sehingga hukuman mati 
digugurkan dengan maaf," terang Rizieq.

Dia menambahkan, jalan kedua yang bisa ditempuh yakni secara syari'at. Ruyati 
sejatinya didampingi oleh kuasa hukum atau pengacara yang handal yang 
disediakan oleh pemerintah RI untuk membela Ruyati selama menjalani proses 
hukum di persidangan.

"Karena bila pembunuhan tersebut dilakukan dalam rangka membela diri maka tidak 
ada qishosh," sambungnya.

Sedangkan jalan ketiga yang bisa ditempuh untuk menghindari hukuman qishosh 
tersebut menurut Rizieq ialah melakukan lobi tingkat tinggi antara Presiden RI 
dengan Raja Arab Saudi.

"Keempat, cara manapun yang berhasil maka pemerintah RI mestinya mampu 
menyiapkan pembayaran diyat-nya sebagai ganti qishosh. Nah, keempat hal 
tersebut tidak dilakukan pemerintah dalam kasus Ruyati, karena pemerintah 
sendiri mengaku baru tahu setelah dieksekusi," bebernya.

Oleh sebab itu lanjut Rizieq, perlindungan hukum terhadap TKI masih sangat 
lemah, bahkan bisa dikatakan tidak ada perlindungan.

"Padahal para TKI kita berangkat ke Saudi untuk bekerja, bukan untuk membunuh. 
Tapi karena ada aneka kekerasan, penyiksaan, penganiayaan, perkosaan, dan 
pembunuhan yang kerap terjadi terhadap mereka, sehingga ada yang nekat membunuh 
majikannya yang kejam," jelasnya.
(ful)
Sent from Indosat BlackBerry powered by




------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Reply via email to