Refleksi  Adalah sangat lumayan kalau Duta Besar Arab Saudia atas nama 
pemerintah dan negaranya meminta. Tetapi secara tradisi  mereka agaknya tidak 
ada kebiasaan pemilik budak meminta maaf kepada budaknya atas kesalahan atau 
kekeliruan yang dilakukan oleh sang tuan. Hubungan ini tertanam juga di otak 
petinggi Indonesia, salah satu contoh ialah Susilo Bambang  Yudhoyono (SBY), 
presiden NKRI. Beliau adalah satu sponsor pengiriman Laskar Jihad  &Co ke 
Sulawesi dan Maluku. 

Hasil dari sponsornya menyebabkan puluhan ribu manusia menlayang jiwa, ratusan 
ribu menjadi pengungungsi kehilangan harta. SBY tidak pernah menyatakan maaf, 
atas kekeliruan atau missjudgement, karena dianggap apa yang dilakukannya 
adalah  benar. Jadi pemerintah Arab dan Rezim SBY tidak banyak bedanya, rezim 
SBY mensuply apa yang di Arab Saudia dianggap "bagar dan hamal". Dan oleh 
karena tidak ada maaf-maaf. 

Apa yang diucapkan pada hari raya agama adalah sepuhan lidah belaka. Dalam 
kasus-kasus besar misalnya masalah Tg Priok, korban 1965/1966 atau Mei 1988, 
Aceh, Papua etc, jangankan penyelesaian yuridis kasus-kasus ini dilakukan, 
penyelesaian secara manusiawi pun tak pernah dilakukan dan didukung oleh 
masyarakat luas. 

Berbeda dengan kafir, misalnya  Jepang, keselahan atau kekeliruan yang 
dilakukan selalu dibilang gomenasai, lihat itu para petinggi Jepang, malah 
karena merasa bersalah atau malu mereka bunuh diri [harakiri].

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/06/24/lna624-dubes-arab-saudi-untuk-indonesia-bantah-minta-maaf

     
ANTARA
 
Dubes Arab Saudi untuk Indonesia, Abdurrahman Mohammad Amin Al Khayyat

Dubes Arab Saudi untuk Indonesia Bantah Minta Maaf
Jumat, 24 Juni 2011 13:01 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Abdulrahman 
Mohamed Amen Al-Khayyat, menyatakan bahwa dirinya tidak pernah meminta maaf 
atas eksekusi hukuman mati terhadap Ruyati binti Satubi yang dilakukan tanpa 
pemberitahuan. Dubes menyampaikan klarifikasi bahwa pihaknya tidak pernah 
meminta maaf kepada pemerintah Indonesia dan tidak pernah mengaku lalai karena 
tidak memberitahukan eksekusi terhadap Ruyati.

Sebelumnya, Marty menyatakan Dubes Arab Saudi untuk Indonesia telah meminta 
maaf dan mengaku lalai atas eksekusi hukuman mati tanpa pemberitahuan kepada 
perwakilan Indonesia di luar negeri. 

Duta Besar Arab Saudi dalam pertemuan dengan Menlu Marty Natalegawa mengaku 
hanya menyatakan kesediaannya untuk meneruskan surat protes dari Kementerian 
Luar Negeri Indonesia kepada Kementerian Luar Negeri Arab Saudi.

Redaktur: Siwi Tri Puji B
Sumber: Antara

TERKAIT :
Dubes Belum Bisa Pastikan Pemulangan Jenazah Ruyati 
Soal Eksekusi Mati, Indonesia Bisa Balas Arab Saudi
Ribka: Soal TKI, Muhaimin Susah Dihubungi, Tapi Kalau Soal Anggaran....Cepat!
Ribka: Raport Kinerja Menakertrans Muhaimin Merah
Sampai Kapan Moratorium Diberlakukan? Ini Jawaban SBY

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Reply via email to