http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2011/06/27/15450/kh-ali-yafie-hukum-pancung-sengaja-dikobarkan-oleh-non-muslim/

KH. Ali Yafie: Hukum Pancung, Sengaja Dikobarkan oleh Non- Muslim 
Senin, 27 Jun 2011


Jakarta (voa-Islam) - Hukum pancung itu bukan barang baru. Isu ini sengaja 
dikobar-kobarkan oleh mereka yang non-Muslim untuk menyudutkan umat Islam. 
Demikian dikatakan mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Ali 
Yafie kepada voa-islam usai Kajian Al-Qur'an Komprehensif yang diadakan Yayasan 
Al-Washiyyah di Jakarta.

"Apa bedanya, hukum pancung dengan hukum mendudukkan seseorang di atas kursi 
listrik. Kan sama saja, hanya medianya saja yang berbeda. Jadi  itu bukan hal 
yang prinsip. Tak usah kita repot menanggapi persoalan ini," ujar kiai.

Menurut KH Ali Yafie, ada upaya untuk menjelek-jelekkan Islam dalam 
fenomena-fenomena tertentu yang sifatnya musiman. Termasuk isu hukuman pancung 
yang dikait-kaitkan dengan Islam. Kita tahu, di seluruh dunia, umat Islam 
disudutkan, Timur tengah dikocar-kacirkan. "Yang jelas, sikap kita jalan terus, 
tetap istiqamah dengan  sesuatu yang kita anggap benar," tegas Ali Yafie yang 
juga penasihat Yayasan Al Washiyyah.

Menanggapi warga negara Indonesia yang menerima hukuman pancung di KH. Ali 
Yafie menyayangkan, Pemerintah Indonesia telah dimainkan oleh kekuatan luar. 
Jujur saja, Pemerintah kita lemah, rakyat tidak bisa berbuat banyak dan tidak 
bisa berharap dari pemerintah.

Dikatakan Ali Yafie, Kerajaan Arab Saudi bukan contoh yang baik dalam 
menjalankan hukum Islam. Yang jelas, saat ini dunia memberi istilah: ada negara 
muslim dan ada negara Islam. Tidak semua negara muslim itu negara Islam. Adapun 
Indonesia, termasuk negara muslim, karena mayoritas penduduknya muslim.

"Meski bukan contoh yang baik, ada tiga negara yang resmi menggunakan kata 
Republik Islam. Negara itu adalah  Republik Islam Sudan, Republik Islam Iran, 
dan Republik Islam Pakistan. Istilah Republik Islam itu sama dengan negara 
Islam. Berbeda dengan Malaysia, yakni kerajaan yang agama resminya adalah 
Islam. Begitu juga dengan Mesir, menjadikan Islam sebagai agama resminya. Jadi, 
bisa dilihat, formalisasinya berlainan," papar kiai.

Intinya, belum ada yang 100 persen mengikuti penerapan syariah, seperti yang 
diberlakukan oleh Rasulullah Saw.  Dengan kata lain,  masih dalam proses. 
Republik Islam Pakistan misalnya, proses untuk penerapan syariah yang ideal 
acapkali diganggu dan dikacaukan oleh kekuatan luar, sehingga tidak bisa 
menjalankan prosesnya sampai akhir. Sama halnya dengan Republik Islam Sudan 
yang selalu dikacaukan, adapun Iran kerap diintervensi kekuatan luar.

Apapun gangguan itu, umat Islam harus yakin untuk mewujudkan apa yang 
dicita-citakannya. "Umat Islam tidak bisa menyerah pada gangguan. Ingat, 
Rasulullah pun diganggu terus-menerus selama 23 tahun, tapi akhirnya menang. 
Umat Islam harus yakin, kelak kemenangan akan diraih suatu waktu," pesan Kiai.

Negara Islam

Ketika disinggung, apakah umat Islam harus memiliki cita-cita mendirikan negara 
Islam, KH. Ali Yafie mengatakan, sebelum jauh ke sana, kita lihat saja 
pelaksanaan UUD 45. Didalam UUD 45 itu, aset umat Islam itu banyak sekali, tapi 
sayang umat Islam belum banyak menggali pada waktu yang lalu.

"Kata atas berkat Rahmat Allah Yang Maha kuasa. Itu sepenuh kata-kata Islam,  
yang dipatri dalam UUD 45, tapi lagi-lagi umat Islam tidak menggalinya. Saya 
selalu mengatakan, bahwa agama tidak bisa dipertentangkan dengan negara, 
khususnya di Indonesia. Karena di negeri ini, Pemerintah Indonesia telah 
memberikan tempat terhormat kepada agama, baik di Pancasila atau batang tubuh 
UUD 45 pasal 29. Jadi, tidak usah terlalu jauh."

Ketika ditanya, apakah Pancasila bisa dikatakan sebagai hukum thagut? 
Nampaknya, KH Ali Yafie tidak sependapat Pancasila dikatakan sebagai hukum 
thagut. "Pancasila itu justru merupakan penjabaran dari hukum Islam. Diakui, 
kita belum sungguh-sungguh untuk mengekploitir UUD 45 yang asli, bukan yang 
sekarang yang sudah dicabik-cabik."

Bagaimana pendapat KH Ali Yafie tentang sekolah yang tidak menggunakan upacara 
bendera? "Itu masalah khilafiyah yang tak perlu dibesar-besarkan. Terlalu kecil 
masalahnya," tandas Ali Yafie. (Desastian)


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Reply via email to