Dalam tulisan sebelumnya saya mengatakan bahwa masalah utama yang dihadapi Masyarakat Minang saat ini adalah keterbelakangan pendidikan&keterpurukan ekonomi yang membuat terjadinya permasalah sosial dikehidupan bermasyarakat.
Keterbelakangan pendidikan dan Keterpurukan ekonomi adalah hal yang paling melekat dalam masyarakat Minang saat ini, sepertinya dua hal diatas seakan identik dengan keadaaan masyarakat yang dulu merupakan ras terbaik disuku bangsa ini. Pendidikan, proses pendidikan yang berlaku saat ini diindonesia maupun diMinang membentuk pola pikir generasi kita (Minang) menjadi generasi berpola pikir pegawai. Tujuan akhir dari rentetan proses belajar yang panjang hanya untuk mendapatkan selembar ijasah yang akan berguna untuk melamar pekerjaan, sehingga bukanlah hal yang mengherankan jumlah calon pegawai trus bertambah dari tahun ke tahun sedang lapangan pekerjaan yang diharapkan tidak sebanding dengan calon pegawai. Tingkat pengangguran yang tinggi dengan label sarjana membuat stigma negatif yang muncul dimasyarakat saat ini. Karena pendidikan = sarjana identik dengan pengaguran, fenomena ini membuat kejenuhan digenerasi – generasi yang akan tumbuh menjadi pemimpin Minang disama depan. Hal ini membuat pemahaman dimasyrakat bahwa pendidikan bukan lagi suatu hal yang diperlukan. Pemerintah Daerah sering kali dipojokan sebagai orang yang bertanggung jawab dalam setiap kemunduran pendidikan yang terjadi diMinang. Justifikasi seperti ini adalah bentuk ketidak adilan yang sering kali dilakukan masyarakat yang panik, karena pada prinsipnya Pemerintah Daerah adalah seorang pegawai yang berbaju Eksekutif yang hanya tau menjalankan tugas dan perintah dari orang atau masyarakat yang mengangkatnya. Dari uraian diatas dapat dilihat sistem pendidikan yang tumbuh berkembang saat ini sudah menjadi jamur yang menggerogoti pola pikir calon – calon pemimpin masa depan. Ketika sebuah sungai yang hulu nya hitam maka air yang mengalir pun akan berwarna hitam dengan kata lain ketika para pendidiknya bermental pegawai maka anak didiknya pun akan bermental pegawai yang akan bermuara pada bertambahnya calon pegawai yang tidak pernah selesai. Perantau Minang, Minang sangat identik dengan perantaunya, kecendrungan yang terjadi bahwa para perantau Minang selalu dapat survive dimanapun mereka berada. Pola berpikir “ Dimana bumi dipijak disitu ranting dipatah dan alam takambang jadi guru?” membuat perantau Minang sangat mudah beradaptasi dengan lingkungannya dan kemudian survive. Hampir 90% dari para perantau ini adalah pembuka lapangan pekerjaan yang unggul karena hampir 90% dari perantau ini adalah pedagang (pengusaha). Adalah hal yang mungkin untuk melakukan riset tentang konsep pengembangan usaha dari para perantau ini yang kemudian mengkemasnya menjadi sebuah konsep pendidikan kewirausahaan sehingga nantinya ada pola penyeimbang dari pola pendidikan diknas yang mengarahkan anak didiknya menjadi pegawai dan pola pendidikan kewirausahaan dari para perantau Minang yang mengarahkan anak didik nya menjadi pencipta lapangan pekerjaan. Sehingga akan terjadi sinergi yang baik antara Pemerintah Daerah + Masyrakat dengan para perantaunya. Nantinya kedepan bukan Cuma ada sekolah dan perguruan tinggi yang menghasilkan lulusan berwatak pegawai tapi juga ada sekolah dan universitas yang sanggup mencetak generasi yang berwatak kewirausahaan. Karena posisi dari para perantau yang berada jauh dari daerah asalnya membuat para perantau Minang ini berada ditengah dan memungkinkan untuk menjadi penyeimbang dalam menyelesaikan semua masalah yang terjadi disumbar. Wassalam Ronal Chandra Dari Bumi Timur Indonesia __________________________________ Do you Yahoo!? Yahoo! Hotjobs: Enter the "Signing Bonus" Sweepstakes http://hotjobs.sweepstakes.yahoo.com/signingbonus ____________________________________________________ Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net ____________________________________________________