Minggu malam kemaren saya sempatkan juga menonton acara eksklusif Siti Nurhaliza di 
Trans TV. Dan ada saat dimana saya sedikit tertegun dengan lyrik lagu yang 
dinyanyikannya :

"… yakin hanya Tuhan, yang tahu sgalanya…..
(lagu Kaulah Segalanya- Ruth Shanaya)

padahal lyrik lagu yang sebenarnya adalah :

"… mungkin hanya Tuhan, yang tahu sgalanya…

Tadinya saya berpikir, kok diganti ya lyriknya ? tapi sesaat kemudian saya mahfum dan 
tersenyum sendiri. Yah… bahkan untuk lyrik lagu sekalipun para artis melayu dari 
negara jiran ini sangat hati-hati dalam mendendangkannya. Karena bagi seorang Muslim, 
perkataan "Yakin" dgn "Mungkin" yang dipadankan utk melambangkan kekuasaan Allah 
sangat berbeda artinya. Disini kelebihan mereka.

Masih ingat kan ketika lyrik lagu Sheila on 7 ("celakanya") juga harus diganti karena 
dianggap tidak sesuai dengan norma. Juga penolakan mereka terhadap konser Mariah Carey 
karena dikhawatirkan akan merusak moral anak-anak mereka. Lalu bagaimana dengan disini 
? Yang ada justru konser-konser spt itu mendapat tempat yang luas dan apresiasi yang 
menakjubkan, meskipun korban jiwa dari anak-anak bangsa ini yang histeris selalu 
berjatuhan dalam setiap konser. Belum lagi korban mental yang tak terhitung banyaknya. 
Ah, kenapa para orang tua masih saja mengizinkan putri-putri mereka 
berjingkrak-jingkrak histeris di sana ?

Kembali pada konser Siti Hurhaliza. Lalu ada artis kita yang bertanya, yaitu apakah 
dia (Siti N) akan terus menyanyi kalau sudah berkeluarga. Dan artis dari negeri jiran 
inipun menjawab bahwa salah satunya adalah berhenti menyanyi jika suaminya kelak 
memintanya untuk berhenti. Jawaban yang sedikit menohok artis kita saya rasa, kenapa ? 
karena artis kita justru memilih bercerai dengan suami mereka demi karir.

Begitulah…
Dengan berbagai kekurangannya, artis dan penguasa negri tetangga kita ini (yang nota 
bene adalah bangsa melayu juga seperti kita), telah berada jauh di atas kita dalam 
menjaga nilai-nilai agama dan budaya ketimuran mereka. Lihatlah cara berpakaian artis 
kita dibandingkan dengan mereka. Lalu lihat pula eksistensi penguasa sebagai penjaga 
moral anak bangsa yang masih kuat disana.
Bagaimana dengan disini ? puih.. bahkan beberapa tokoh bangsa ini membela mati-matian 
goyangan inul dan menganggap para pengkritik adalah orang yang tidak menghargai 
nilai-nilai seni…..

Ngeri membayangkan jika lima puluh tahun kemudian, putra-putra melayu dari negri jiran 
itu sudah jauh melesat ke depan, meninggalkan putra-putra melayu dari negeri yang 
tercinta ini. Padahal mereka sama-sama bangsa melayu yang punya akar historis yang 
sama. (konon, nenek moyang mereka juga berasal dari ranah Minang Kabau..)

Semoga saja tidak terjadi hal yang demikian. Wallahu 'alam


Wassalaam,
Ronald (32 thn)



---------- Original Message ----------------------------------
From: "rahyussalim" <[EMAIL PROTECTED]>
Reply-To: "Komunitas MINANGKABAU (Urang Awak) Pertama di Internet (sejak  1993)" 
<[EMAIL PROTECTED]>
Date:  Sat, 28 Feb 2004 05:33:35 +0700

>Senja di tengah hiruk pikuknya kota Jakarta. Lalu lalang kendaraan apa saja
>dengan berebutan mengarah pada tujuan masing-masing. Deru mesin yang
>memekakkan telinga mengalahkan suara orang mengaji di mesjid2 baik dari
>kaset dengan tartil yang sangat indah sampai pada suara anak-anak yang
>mengaji apa adanya.
>
------------- di karek ----------------------

____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke:
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

Reply via email to