http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0405/26/utama/1046250.htm


Warga Sumbar Menimbang Presiden


JAUH SEBELUM pasangan calon presiden ditetapkan Komisi Pemilihan Umum, diskusi politik sudah menjadi kebiasaan masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat. Perbincangan hanya terbatas kedai lapau. Sambil taksi, naik bendi (delman), angkutan umum, atau nongkrong di pos ronda, pembicaraan tak lepas dari persoalan wakil rakyat, pemimpin, dan segala yang berbau politik.


"Berbicara politik sudah jadi rutinitas masyarakat Minang," kata Syuhendri Datuak Siri Maharajo, penghulu di Nagari Balingka, Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar).

Dalam pandangan orang Minang, pemimpin hanya simbol. Pemimpin yang sebenarnya adalah kebenaran, keadilan, dan kejujuran. Dengan filosofi adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, pemimpin akan dihormati dan dihargai apabila tingkah lakunya sesuai dengan adat dan agama. Artinya, pemimpin tidaklah kebal hukum.

Jangan heran jika masyarakat berani mengungkap berbagai kasus korupsi di lembaga legislatif. Atau bagaimana gencarnya masyarakat Sumbar menuntut pemisahan (spin off) PT Semen Padang karena dalam proses akuisisi tahun 1995 ternyata ada Rp 581 miliar dana yang "menguap", termasuk permainan penjualan saham PT Semen Padang kepada pihak asing, yang dinilai kelewat murah.

Menurut Kamardi Rais Datuak P Simulie, Ketua Lembaga Kerapatan Adat dan Alam Minangkabau (LKAAM) Sumbar, ada empat kriteria pokok seorang pemimpin menurut budaya Minangkabau. Pertama, tinggi tampak jauah dan nan gadang jolong basuo (tinggi kelihatan dari jauh dan yang besar awal bertemu). Dalam istilah sekarang adalah akseptabilitas.

Kedua, tinggi dek dianjuang, gadang dek diambak (tinggi karena diangkat, besar karena dipupuk). Artinya, keberadaannya diterima umat, kaum, dan bangsa. Ketiga, tinggi menyentak rueh (tinggi karena ruas), artinya ia mempunyai integritas pribadi, berilmu pengetahuan, berwawasan luas. "Keempat, pemimpin itu didahulukan salangkah, ditinggikan sarantiang. Maksudnya, pemimpin tidak membuat jarak dengan rakyat," kata Simulie.

LANTAS, siapa pemimpin yang dibicarakan? Menurut Asril Kota, tokoh Pemula Olo, Padang, pemimpin bangsa adalah pemimpin rakyat. "Hasil pemilu legislatif tak bisa jadi pegangan. Justru hasil pemilu legislatif juga ditentukan dari calon presidennya," katanya.

Mengapa suara Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) merosot di Sumbar? Kalau ditanyakan kepada masyarakat, dengan tangkas mereka bisa menjawab. "Amien Rais betul tokoh reformis, tapi di Sumbar kelakuan kader PAN di legislatif bertolak belakang. Amien dalam kampanye gagah-gagahan dengan pesawat, kampanye capres (calon presiden) minta sumbangan ke rakyat, seperti iklan di media massa. Ini tak masuk akal. Satgas PAN juga bukan main overacting- nya," kata Deddy, warga Batang Kabung.

PAN di Sumbar juga terjebak dalam konflik internal. Konflik ini dimulai dari kegagalan memenangi pemilihan Gubernur Sumbar periode 2000-2005, diikuti konflik pergantian pengurus di tingkat provinsi dan di Kota Padang, serta konflik dalam pemilihan Wali Kota Padang.

Menyinggung nama Megawati Soekarnoputri (capres dari PDI-P), misalnya, warga Sumbar pun memberi penilaian yang senada, kurang berhasil, dan kurang konsisten. Kasus yang melilit PT Semen Padang tak terlepas dari peran Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Laksamana Sukardi dan Presiden Megawati. "Pamor Megawati jatuh gara-gara kasus itu. Anak kemenakan suaminya (Taufik Kiemas) dilanda gempa bumi, ia tak bereaksi cepat. Itu sebabnya PDI-P kalah di kampung Taufik Kiemas, di Nagari Batipuah, Tanahdatar, Sumbar," kata Indra, warga Siteba.

Hamzah Haz (capres dari PPP) juga dinilai masyarakat Sumbar setali tiga uang. Cuma, ada persoalan internal di tubuh Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PPP Sumbar yang sebenarnya telah menyebabkan sebagian besar kader fanatiknya "pindah ke lain hati". "Sejumlah kader berpengaruh terdepak dari DPW PPP Sumbar sehingga menimbulkan kekecewaan pendukungnya," kata Indra Sakti Nauli, seorang redaktur sebuah majalah di Padang.

Begitu juga Wiranto, capres dari Partai Golkar, peraih suara terbanyak di Sumbar. Ada soal yang mengganjal. "Dalam konvensi Golkar di Sumbar, Wiranto meraih suara terbanyak. Namun, citra partai Orde Baru belum hilang. Kasus korupsi di DPRD Sumbar banyak melibatkan orang Golkar," kata Syamsiar, pedagang, di Padang.

Bagaimana dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla yang dicalonkan sebagai capres dan calon wakil presiden (cawapres) dari Partai Demokrat? Inilah tampaknya yang hangat dibicarakan sebagai pemimpin takah (patut dan pantas). Dasrul Djabar, pengusaha di Padang, mengatakan, dibandingkan dengan calon lain, Yudhoyono hampir tak punya masalah. Pasangannya, Jusuf Kalla, juga serasi dan memberi harapan. Apalagi Jusuf adalah sumando urang awak, istrinya orang Minang dan sudah membangun rumah gadang di Nagari Lintau dan anaknya jadi penghulu. Tim suksesnya juga melibatkan tokoh Minang, seperti Azwar Anas dan Hasan Basri Durin.

LANTAS, bagaimana penilaian kalangan cendekiawan? Menurut Saldi Isra, ahli hukum tata negara dari Universitas Andalas dan Direktur Eksekutif Pusat Kajian Hukum Wilayah Barat, karena pemilihan presiden langsung adalah pengalaman pertama, maka sulit menentukan siapa yang menjadi pemenang di Sumbar. "Apalagi, hampir kelima pasangan (capres-cawapres) belum dikenal luas, atau memberi kontribusi nyata bagi Sumbar," ujarnya.

Kalau ditilik dari basis kultural, Muhammadiyah besar di Sumbar, Amien Rais punya peluang besar. Namun, apabila dikaitkan dengan pemenang pemilu legislatif, Wiranto punya peluang besar.

Manurut Saldi, kalau keduanya dibandingkan, Amien Rais sebagai tokoh reformis lebih populer di Sumbar dibandingkan dengan Wiranto. Namun, untuk memenangi pemilu presiden, tentu harus ada mesin politik.

"Partai Golkar punya mesin politik yang lebih kokoh dan mapan sampai ke desa-desa. Sementara, ada faktor lain, seperti suara Partai Keadilan Sejahtera yang masuk tiga besar di Sumbar akan memberikan suara ke Amien. Atau Partai Bulan Bintang ke SBY," paparnya.

Saldi menjelaskan, ada faktor lain yang menentukan pemerolehan suara, yakni bagaimana tim kampanye pasangan capres-cawapres itu bekerja. Kita lihat saja. (YURNALDI)




Z Chaniago - Palai Rinuak - http://photos.yahoo.com/bada_masiak/

======================================================================
Alam Takambang Jadi Guru
======================================================================

_________________________________________________________________
Is your PC infected? Get a FREE online computer virus scan from McAfeeŽ Security. http://clinic.mcafee.com/clinic/ibuy/campaign.asp?cid=3963


____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

Kirim email ke