Mengamati dari beberapa tahun belakangan ini wisata lokal ke Kota Bukittinggi mulai ramai dikunjungi, dan sebagai data dapat dilihat apabila ada hari libur 3 hari saja atau sabtu minggu atau liburan anak sekolah, maka sebahagian besar mobil yang parkir di Kota Bukittinggi adalah dengan plat nomor BM (Riau) dan B (Jakarta). Dan malamnya jam gadang dipenuhi oleh turis lokal yang berlalu lalang atau hanya duduk-duduk disana memandang kearah Gunuang Merapi jo Singgalang dikala sore, ..... nikmaaat sekali. Kemudian diseputar kelok sembilan, lubuk bangku dan ulu air (dikenal dengan panorama kuda putih) sekarang sudah mulai bermunculan beberapa rumah makan diantaranya rumah makan Sawah Solok, Bandrek House dan sebagainya. Saya membayangkan 10 tahun mendatang atau mungkin kurang disekitar tempat tadi juga akan bermunculan cottage, villa dan mungkin juga Hotel-hotel dan ini akan menjadi Puncaknya Sumatera (kalau di Jawa puncaknya adalah Puncak Pas menuju Bogor).
Untuk itu perlu kiranya para investor kita yang urang Minang memikirkan peluang ini yang akan menjadi tuan di rumah sendiri (maksudnya bukan berarti memblok para investor lain). Sementara yang punya Bandrek House itu saja kini yang ada sekarang justru orang Medan (beritanya) saya sempat bertemu ramah dengan yang punya waktu mampir disana, dan pengelolaannya cukup bagus, dan elegant. Mari kita bangun Minang dengan pesonanya yang tetap asri, ...... Salam/IMRB -----Original Message----- From: RaNK MaRoLa [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, June 10, 2004 12:22 PM To: KaRaNTau Subject: [EMAIL PROTECTED] Malaysia Jeli Cari Kelemahan * Potensi Minangkabau "Diambilalih" Malaysia Jeli Cari Kelemahan * Potensi Minangkabau "Diambilalih" By padangekspresKamis, 10-Juni-2004, 04:36:21 WIB Padang, Padek-Industri pariwisata Malaysia dengan jargon Malaysia Trully Malay-nya, ternyata berhasil menyedot segmen wisatawan mancanegara (dunia) yang tertarik dengan budaya Melayu. Padahal, budaya Melayu yang sebenarnya (genuine,-red) adalah berasal dari Minangkabau (Sumatera Barat). Kejelian Malaysia dalam melihat peluang itu, merupakan bukti kelemahan negara Indonesia, Sumbar khususnya, dalam mengemas atau mengelola potensi industri pariwisata di daerah tersebut. Terhadap kondisi tersebut, Sumbar perlu melakukan pembenahan di sektor pariwisata, dalam upaya merebut hati para pengunjung (wisman) yang saat ini menjadi segmen wisatawan negara Malaysia. Pandangan konstruktif itu dikemukakan pimpinan rombongan Lemhanas, Irjen Pol Drs H Jhony Yodjana dihadapan Wakil Gubernur Sumatera Barat, Fachri Ahmad dan sejumlah dinas terkait di bidang pembangunan dalam pertemuan yang digelar di aula Kantor Bappeda Sumatera Barat, baru-baru ini. Menanggapi hal itu Kepala Dinas Pariwisata Sumatera Barat, Drs Yulrizal Baharin MSi kepada koran ini menyebutkan, secara subtansi, ada tiga komponen (pilar) pendukung dalam pengembangan kepariwisataan. Yakni, pemerintah, industri wisata (pelaku bisnis) dan masyarakat. "Dalam hal ini, ketiga komponen tersebut saling terkait satu sama lain. Bagaimanapun hebatnya strategi atau promosi suatu daerah, jika belum didukung oleh ketiga komponen pariwisata tersebut, itupun akan menjadi sia-sia," ulas Yulrizal Baharin. (nsr) Padang Ekspres Online : http://www.padangekspres.com/ Versi online: http://www.padangekspres.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=2797 7 ____________________________________________________ Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net ____________________________________________________ ____________________________________________________ Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net ____________________________________________________