Title: Message
Assalamu'alaikum wr.wb.
 

Sanak sekalian beberapa minggu lagi kita akan memilih presiden baru....

Siapapun presidennya, mudah-mudahan kita dikasih yang terbaik.

Ada baiknya kita berdoa bersama. Dan sebagai makmum sebaiknya kita mengucapkan amien....:)

 

Semoga kita mendapat pemimpin yang adil. Amien.

Semoga kita mendapat pemimpin yang bisa pegang amanah. Amien.

       (Amanah lho, soalnya Bu Aminah Cendrakasih sudah kapundut).

Semoga kita mendapat pemimpin yang selalu ingat dosa. Amien.

Semoga kita mendapat pemimpin yang tegas. Amien.

Semoga kita mendapat pemimpin yang tidak plintat-plintut. Amien.

Semoga kita mendapat pemimpin yang mampu menjaga harga diri bangsa. Amien.

Semoga kita mendapat pemimpin yang mampu menjaga kesatuan bangsa. Amien.

 

dan untuk perintang2 waktu lumayan membaca kisah nyata yang pernah terjadi dibawah ini...., tolong jangan ditanya apakah ini dari sumber islam ataukah sudah diverifikasi...., sorry saya cuma tukang listrik....jadi nggak sempet tanya2 sama yang berwenang....:), yang bisa saya verifikasi cuma data2 sumur minyak...:))

 

wassalam

adr

 

 
SBY dan AR yang Saya Tahu
--------------------------
Hikmat Hardono ([EMAIL PROTECTED])


Saya punya beberapa persinggungan dengan SBY dengan AR. Ada yang
keduanya bersinggungan pada saat yang bersamaan. Mungkin ini
bermanfaat.

Pertama, tahun 1994. SBY jadi Danrem Pamungkas. AR jadi dosen UGM.
BEM bikin acara Panel Forum Lembaga Kepresidenan. SBY membuka acara
yang waktu itu pun anak-anak sudah memuji, "wuih berani juga ni
orang". AR mengisi acara dengan judul makalah --yang saya ingat betul-
- 'Suksesi 1998: Sebuah Keharusan'. Anak-anak menaruh hormat lebih
dalam sama AR: iki luwih memberi harapan.

Anda mungkin ingat, beberapa saat setelah itu acara ini diributkan
oleh kaset rekaman Permadi. Permadi kabarnya diincar karena mungkin
paling mudah ditembak pertama. Dia dianggap melecehkan umat Islam.
Tahu siapa yang membela Permadi? Tebak apa reaksi AR yang waktu itu
jadi simbol Islam modernis yang lebih keras dibanding garis moderat
lain? AR membela Permadi. AR meredamkan kejengkelan yang coba
dipancing oleh pemerintah waktu itu. Bagaimana caranya? Dia cuma
bilang, "Saya hadir dan satu sesi di forum itu. Tidak perlu
terpancing dengan provokasi macam itu". Hah? Anak-anak melenggong!
Karena kami toh udah ngitung sebagai panitia pasti bakal terseret.
Ajaibnya umat Islam tidak lagi terpancing dengan skenario pemerintah.
Demo anti Permadi meredup. Akhirnya kasusnya didrop. Saya enggak tahu
dimana SBY waktu itu. Mungkin lagi ngasah senapan di Korem.

Lain waktu meledak pula kasus Radisson. Ingat? Sebuah laporan yang
ditulis seorang dosen UGM waktu itu yang hadir dalam pertemuan di
hotel Radisson bocor ke tangan pers. Laporan yang ditujukan untuk
Habibie ini menyebutkan bahwa pertemuan ini membicarakan 'semacam
kudeta'. Dan memang seperti didesain pemerintah waktu itu, aparat pun
mulai bergerak. Tahu siapa yang terincar pertama? Benar, Arifin
Panigoro. Tahu siapa yang mementahkannya? AR dan --yang saya hormati--
alm. Afan Gaffar. Mereka menggelar konperensi pers. AR menyatakan
bahwa pertemuan itu tidak membahas kudeta. Ia dan AG seakan-akan
bilang kalau mau ngincar, incar mereka saja karena mereka tuan rumah
diskusi itu di Jogja. Anak-anak melenggong lagi! Kami mikirnya pasti
kena tuh AP. Dan pasti pada sembunyi tuh peserta pertemuan Radisson.
Ternyata tidak. Saat itu pun saya enggak tahu di mana SBY. Kalau gak
salah pindah ke Bukit Barisan.

Pada 1997 setelah turun dari KKN --dan Lady Di meninggal, rupiah
anjlok dan harga tempe melonjak-- kampus-kampus memanas. Juga UGM.
Saya dan teman-teman mutusin nerbitin buku lembaga kepresidenan tadi
yang salah satunya makalah AR. Di samping Hartas, Afan Gaffar, Conni,
dll. Bantingan kita biayai ini. Satu persatu kita harus nemuin
narasumber eks 1994 untuk minta persetujuan. Ada yang ati-ati, ada
yang nolak, ada pula yang gampang. Yang kejatah nyari AR kebetulan
saya. Jalan ke daerah pandeansari, ketemu AR lagi di garasi. Gak ada
5 menit ngomong. Waktu saya bilang kalau mau nerbitin makalahnya yang
kontroversial itu dia cuma bilang: 'ya udah. terbitin aja'. Semprit
ngarit! Tak pikir aku kudhu berdarah-darah meyakinkan bahwa kita
harus berani menerbitkan itu eh ternyata malah kegampangen.

Lalu, 1998. Kita tahulah di mana AR waktu itu. Maret 1998, SU MPR
menetapkan Suharto lagi. Tahu siapa yang menjadi jurubicara F-TNI?
Benar tebakanmu, SBY. Anda pasti juga tahu di mana SBY dari periode
Maret 1998 sampai Mei. Khususnya 1-21 Mei 1998 yang amat menentukan.

Situasi amat tak menentu waktu itu. Waktu Andi Arif dan teman-teman
diculik, teman-teman masih berharap sama elemen tentara di dalam. Ada
yang bilang (pasti gak serius), "Hei, masih ada SBY". Tapi masak sih,
Bos, tentara lebih setia sama teman sipilnya dan sama demokrasi
daripada sama panji-panji kesatuannya? Bahkan mati sebagai purnawira
pun ia nanti akan tetap ditanam sebagai prajurit. Ya, kan?

Tanpa bermaksud provokatif, mungkin tulisan ini --dengan semua memori
di dalamnya-- dapat menjelaskan mengapa mereka yang melewati tahun
1997-1998 sebagai mahasiswa lebih suka AR dalam soal presiden. Mgkn
ini pula yang menjelaskan mengapa dukungan sama AR tampak sekali pada
anak-anak generasi ini. Di milis ini, milis lain dan berbagai kantung
lain.

You're wrong if u say we should beat on it. We are not beating. We
have been beating since 90s. On democracy. On a simple new hope.


Hikmat Hardono
ps. Tulisan ini diiringi salam buat semua yang tanpa kejelasan nama,
raga dan lembaga berada aktif dan pasif di sekitar Bulaksumur,
Karangmalang, Wirobrajan dan kawasan bergolak lain pada periode
agustus 1997 sampai mei 1998. Khususnya buat mereka yang 'terjebak'
bersama dalam insiden di Bulaksumur 2-3 April 1998 dan 13 Mei 1998.
Sejahtera buat semuanya.

____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

Kirim email ke