--- Muhammad Arfian <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Padang Sebagai Prioritas Utama
> 
> Bangsaku.com-Selain target aktivis, Kristenisasi
> juga dilancarkan dengan
> target wilayah. Paling tidak ada dua wilayah yang
> dijadikan target; Sumatera
> Barat dan Jawa Barat
> Di antara sejumlah kawasan yang serius "digarap",
> Sumatera Barat patut
> mendapat perhatian kita. Kawasan berpemeo adai'
> basandi syarak, syarak
> basandi kitabullah, Adat bersendi Syara', Syara'
> Bersendi Al-Quran dan
> Hadits diguncang fakta kristenisasi dengan sejumlah
> modus miring, selain
> "gaya rutin" : melabrak SKB No.1/1969 tentang
> Pelaksanaan Tugas Aparatur
> Pemerintahan dalam Menjamin Ketertiban dan
> Kelancaran Pelaksanaan
> Pengembangan dan Ibadat Agama oleh
> Pemeluk-pemeluknya (diteken Menag KH Moh.
> Dahlan dan Mendagri Amir Mahmud) dan SK Menteri
> Agama No.70/1978 tentang
> Pedoman Penyiaran Agama.
> Setidaknya, pada kawasan ini ada tiga fenomena, di
> Pasaman Barat (Kecamatan
> Kinali, empat jam dari Kota Padang lewat darat),
> Kabupaten Mentawai, dan
> Bungus.
> Pasaman Barat tadinya dihuni mayoritas muslim.
> Sekarang? Tak kurang dari 35
> gereja ada di sana, dengan modus gelombang hunian
> pendatang. Pendatang
> nonmuslim beretnis Jawa tadinya amat toleran dan
> santun. Lain halnya dengan
> pendatang etnis Batak yang kerap dengan demonstratif
> mendirikan gereja di
> tengah komunitas muslim, bahkan menyate babi secara
> terbuka, membawa-bawa
> babi yang sudah siap masak atau yang masih hidup.
> Warga setempat pernah
> menegur, tapi ada perlawanan. Kalau dulu sempat ada
> tiang-tiang calon
> bangunan gereja dirobohkan, agaknya masyarakat lokal
> mulai kalah perbawa
> karena mereka datang bergelombang, bahkan
> menyemangati pemurtadan di
> Pasaman.
> Di Kabupaten Mentawai lain lagi. Kawasan ini sejak
> lama dipublikasikan
> sebagai daerah wisata dan kawasan konservasi budaya
> dan ekologi. Budaya
> Mentawai yang animistis dipublikasikan sebagai obyek
> wisata, padahal ada
> beberapa strategi yang diterapkan. Secara
> statistikal umat Islam memang tak
> banyak. Umat Kristen juga belum mendominasi
> Mentawai, tetapi dengan
> sedemikian rupa yang nonmuslim diplintir sebagai
> "Kristen" padahal sebagian
> besar adalah penganut kepercayaan asli suku Rao.
> Padahal dakwah Islam
> berkembang lama di sana meski tersendat. Masyarakat
> muslim Padang dan
> sekitarnya pernah mendapat bocoran info adanya
> rencana pihak Kristen, bahwa
> Mentawai pada Ramadhan 2000 akan di'Ambon'kan.
> Khawatir komunitas Islam di
> Mentawai bakal diberantas, ormas-ormas Islam
> melindungi muslimin Mentawai
> dengan melakukan aksi bakti sosial secara massal.
> Muslimin di Padang dan
> Mentawai bersyukur, Mentawai tetap damai. Setidaknya
> sampai hari ini.
> Secara politis, kekuatan Islam di Kabupaten Mentawai
> kalah, hanya ada lima
> anggota DPRD dari dua partai islam (PPP danPBB),
> selebihnya PDIP yang
> dominan Kristen. Gara-gara pengaruh politik dan
> budaya Mentawai lebih ke
> Padang yang Islam, dihembuskan semangat
> disintegrasi. Tokoh-tokoh Adat yang
> ngeluruk ke Jakarta minta Mentawai Merdeka, adalah
> bagian upaya melepaskan
> diri dari pengaruh Syara' kultur Minang.
> Daera Bungus punya kisah lain lagi. Kawasan ini
> sekarang dikenal sebagai
> daerah yang didominasi pendatang asal Nias. Budaya
> Nias yang akulturatif
> animis-kristiani ikut memasyarakat di Bungus yang
> tadinya juga kawasan
> berpenduduk muslim. Selain itu, kawasan ini makin
> permisif menerima pengaruh
> Barat. Wisatawan dengan kebiasaan seks bebas,
> menurut kesaksian warga
> setempat, cukup leluasa di sini. Fakta menyolok
> menunjukkan mengendurnya
> pengaruh adat. Bangunan papan tak berjendela berdiri
> sepanjang pantai Bungus
> hingga Teluk Kabung. Tak ada yang memprotes bangunan
> itu. Padahal bangunan
> semacam itu kerap menjadi tempat transaksi seks,
> atau sekadar tempat kencan.
> Dalam perspektif geopolitik, sebetulnya strategi
> "memecah, dan melepaskan
> diri untuk bisa menguasai", selain dilakukan
> kolonialis Belanda (include
> misi pemurtadan juga), dalam konteks Republik
> Indonesia dilakukan Soekarno
> yang memecah Minangkabau (yang basandi syara'),
> semula wilayah Minangkabau
> adalah Sumatera Barat, Riau dan Jambi, dipecahnya
> menjadi tiga provinsi.
> Akibatnya, posisi tawar "kekuatan Islam" melemah
> karena "ego-daerah" lebih
> berkembang ketimbang basis persekutuan adat yang
> bersendi syariat tadi.
> Menilik fenomena ini, otonomi daerah pun potensial
> ditunggangi modus-modus
> membangun wilayah eksklusif agama. Kekhawatiran
> muslimin dan elit Minang
> yang tak terjawab sampai kini: kristenisasi ofensif
> semacam ini potensial
> memecah keutuhan. (baca: Galery).
> Sekretaris FAKTA, Abu Deedat yang juga seorang
> kristolog membenarkan adanya
> modus penguasaan wilayah itu. "Wilayah, bukan
> sekadar geografis tapi juga
> psikologis. Misalnya, di Bekasi ada restoran Padang
> yang dikelola orang
> Kristen. Bahkan anda jangan kaget kalau pak Edy
> Sapto, pemimpin sebuah STT
> di Bekasi itu, orang Madura. Ia mengaku lulusan
> pesantren Batuampar,
> Sumenep," kata Abu Deedat. Masih kata Abu Deedat, di
> Bekasi ada perkumpulan
> Panglebur, yakni perhimpunan Kristen Madura.
> Sikap kasar murtadin terjadi belum lama ini di
> Samarinda. Dua hari setelah
> kegiatan dialog seputar kristologi di Samarinda
> (antara lain mengundang Abu
> Deedat), pelaksana memperoleh tiga kali ancaman
> telepon. Telepon teror itu
> diucapkan dengan kalimat ringkas. Di antaranya,
> mengancam, "Kalian berani,
> ya. Tidak takut seperti yang sudah-sudah." Meski tak
> menyebut kata tertentu,
> pihak Fappad menganggap, "yang sudah-sudah" itu
> adalah seperti nasib
> muslimin Ambon dan Halmahera. Setelah telepon gelap
> itu, seorang aktivis
> Fappad mengalami tabrak lari. Pelakunya berpakaian
> serba hitam. Saksi korban
> yakin kejadian itu bukan kecelakaan karena dirinya
> berjalan di sisi kiri.
> Organisasi semacam Fakta (Forum Antisiasi Kegiatan
> Pemurtadan) di Jakarta,
> atau pun Fappad (Forum Antisipasi Pemurtadan dan
> Peduli Dhuafa) di
> Samarinda, lahir karena kesadaran betapa ofensifnya
> gerakan pemurtadan.
> Dalam beberapa kasus, bukan sekadar memurtadkan,
> karena kalau gagal ancaman
> dan teror bahkan penganiayaan menjadi agenda
> berikutnya.
> Tengok saja kejadian di sebuah darah transmigrasi di
> Kutai baat. Tigapuluhan
> KKK transmigran muslim, menjelang pemilihan Bupati
> Kutai Barat, diusir dari
> daerah trans. Pelakunya, sesama transmigran asal
> Flores. Korban pengusiran
> ditampung sementara di daerah Bengkuring, Samarinda,
> atas inisiatif Forum
> Solidaritas Muslim.
> Kasus lainnya, muslimin Lempake kecamatan Tanah
> Merah (masih di Samarinda)
> melalui Majelis Ulama Indonesia setempat menolak
> rencana pendirian gereja di
> daerah itu. Tapi upaya mencegah konflik antar agama
> ini, kalah suara.
> Beberapa tokoh masyarakat didatangi dan diancam
> pihak tertentu. Antara lain
> inti ancaman itu, kalau berkeras menolak bakal
> di'Sampit'kan. Ini terjadi
> sekitar empat bulan silam, beberapa bulan setelah
> pecah peristiwa di Sampit,
> Kalimantan Tengah. Memang, pihak Kristen beralasan,
> pendirian rumah ibadat
> itu untuk melayani warga Kristen dari Pampang,
> pemukiman etnik Dayak di
> depat Lempake.
> 
> 
> Muhammad Arfian
> [EMAIL PROTECTED]
> 81-44-861-0217
> 81-90-3909-5742
> 
> 
> 
=== message truncated ===


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Get email alerts & NEW webcam video instant messaging with Yahoo! Messenger
http://im.yahoo.com

RantauNet http://www.rantaunet.com

Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===============================================
Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3

ATAU Kirimkan email
Ke/To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email/Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
-mendaftar--> subscribe rantau-net [email_anda]
-berhenti----> unsubscribe rantau-net [email_anda]
Keterangan: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
===============================================

Kirim email ke