------- Start of forwarded message -------
 
Subject: Minang Anak Haram?
To: [EMAIL PROTECTED]
From: [EMAIL PROTECTED]
Date: 26 Sep 2001 02:30:13 PDT

Jakarta 26 Sept 2001.

MINANG ANAK HARAM?

Ed Botwin jengah melihat mereka pada terkulai.
Padahal, semua tadi sudah sepakat
begadang semalaman, mumpung malam minggu
Ketika dia tinggalkan,
Ajo Omeh, Icap dan Imet masih saja ngoceh
tentang asal-usul urang Minang
keturunan Alexander The Great!

Karena diskusi makin hot, 
Ed permisi sebentar untuk shalat Isya dan tahajud
Ed kembali bergabung ke palanta dalam keadaan segar.
Melihat mereka pada bagalepok, Ed punya ide

"Urang Minang anak haram!"
"Urang Minang anak haram!"
"Urang Minang anak haram!"
"Urang Minang anak haram!"
"Lai ba-Ibu Kanduang, tapi indak ba-Apak!"

Kontan Ajo Omeh, Icap dan Imet yang tadinya
sleeping-sleeping chicken jadi tersintak
Barasiankah Ed Botwin? Ajo Omeh heran.
Mabuk barangkali? ciloteh Icap.
Jangan berprasangka dulu, coba kita tanya baik2, tutur Imet.

Ceritapun kembali mengalir:

Konon kerajaan tertua di Sumatra adalah Srivijaya yang awalnya didirikan oleh  adalah 
sejumlah anggota keluarga keturunan ningrat yang merantau dari Kamboja. Waktu itu 
Thailand dan Malaysia belum ada.

Raja Srivijaya bernama Chandra itu beristri banyak. Sering terjadi intrik-intrik 
antara sesama istri raja. Suatu ketika istri muda raja bernama Wunda Hari mengandung. 
Istri pertama alias permaisuri menyebar fitnah bahwa Wunda berzinah dengan adik raja 
bernama Piliandra.

Raja Chandra naik pitam. Piliandra dihukum pancung. Wunda pun diusir dari Srivijaya. 
Karena statusnya sebagai istri raja, Wunda diberi punggawa dan dayang-dayang. 
Rombongan dihanyutkan di Sungai Musi ke arah Timur.

Dalam pelayaran di laut lepas, mereka melihat Gunung Merapi dari kejauhan. Waktu itu 
Gunung Merapi sangat tinggi dan lancip sehingga bisa terlihat dari jauh. Hal itu 
karena belum banyak terjadi letusan yang merusak puncaknya. 

Rombongan memutuskan melanjutkan perjalanan dengan jalan darat. Tempat mendarat itu 
diyakini sekitar Muara Takus, Jambi.

Sejak saat itu, Wunda Hari dipanggil Wunda (Bundo) Kandung sebagai penguasa tertinggi 
kampung Pariangan di kaki Gunung Merapi, tempat mereka mulai manaruko wilayah baru. 
Kedua punggawa yakni Patih Sabatang dan Tumenggung diangkat sebagai datuk petinggi di 
kerajaan baru kaum perempuan itu.

Di Pariangan inilah Dang Tuanku lahir, tanpa bapak.

Waktu panjang berlalu, berabad-abad kemudian. Kaum Gujarat India mulai berdagang ke 
Java (Aceh). Mereka beragama Islam dan membawa budak-budak hitam dari Maroko yang juga 
beragama Islam. 

Mereka menyisiri pantai Sumatra. Bukti petualangan pedagang rempah-rempah "basongkok" 
ini bisa dilihat dari tarian Indang ala Aceh dan ala Pariaman atau Tabut Pariaman dan 
Tabot di Bengkulu.

Satu lagi, "man for sale" adalah peninggalan adat India  yang sulit dikikis waktu itu 
bahkan kini masih dipraktekan di Pariaman, sementara di India kini masih ditemukan 
oleh penganut agama Hindu. 

Sering terjadi kasus di India seorang gadis membakar diri karena keluarganya tak mampu 
menyediakan "dana" untuk calon suaminya. Wajar kalau ada dunsanak yang bilang adat 
bajapuik adalah jahiliah. Saya setuju sekali. Jadi, adaik lah basiarak.

Kaum pedagang inilah yang kemudian merapat di Pariaman dan merarah sampai ke 
darek-darek. Jadi jangan heran kalau di Pariaman secara de-fakto tak pernah ada apa 
yang kita sebut sebagai "Rumah Bagonjong." 

Perpaduan etnis terjadi. Minang yang tadinya murni berdarah indo-cina (ras kuning) 
sekarang berbaur dengan darah India dan Afrika Utara atau mulai berdarah-darah.

(Note: kuning, hitam, merah, hijau = Chaniago pakai baju merah lagi beol di atas daun).

Soalnya di Pariaman agak sulit air, jadi waktu itu mereka banyak yang buang hajat di 
atas pohon manggis cari jalan pintas saja. Karena itu banyak batang manggis di 
Pariaman yang merana karena daunnya rontok dijadikan "tisu."

Kini pohon manggis komoditas yang terbilang sangat langka di Pariaman. Kecuali kelapa, 
karena mereka nggak mungkin manjat kelapa buat "yang gituan."

Selain itu, sampai sekarang gelar Maroko (Sidi) masih dipertahankan di Pariaman. Di 
Minang ada pepatah mengatakan:

"Adat mendaki, sarak manurun"

Yang artinya, jika hendak belajar adat naiklah ke wilayah darek, kalau ingin belajar 
sarak (syariah agama) turunlah ke kawasan pesisir (Pariaman).

Nama suku Hindu seperti Chandra (Chaniago), Karta/Cutta (Koto) hingga kinipun masih 
dipertahankan oleh etnis Minang yang notabene sudah Muslim itu. Kedua "family name" 
ini juga ditemukan di Thailand.

Rumah Gadang Bagonjong ternyata bukanlah hasil karya cipta intelektual keturunan Wunda 
Hari dan pengikutnya, melainkan replika dari Istana nenek moyang mereka di Kamboja 
sana.

Beberapa bahasa asli Indo-Cina yang banyak dipakai di Kamboja, Myanmar, Laos, Thailand 
dan Kamboja hingga hari ini masih dipakai orang Minang adalah:

uni (perempuan, sama dengan Mandarin kini)
pisau (pu-siau/memotong)
santiang (sang-ti/maha hebat, dewa, sama Mandarin)
sasah (sa-san/mandi)
cuci (siau-ci/menyapu)
pingsan (pi-san/turun)

dll
(daftarnya sangat panjang sekali, tersedia bila dibutuhkan)

Ketika Belanda pertama kali menginjakan kaki di Sumatra Barat, mereka menemukan etnis 
yang aneh yang belum pernah terlihat sebelumnya. Secara umum ciri-ciri mereka adalah:

1. Bermata sipit
2. Berbibir dower
3. Berkulit legam
4. Berhidung mancung
5. Rambut dikuncir

Sebuah perpaduan harmonis antara eskimo, negro, Indian dengan Mick Jagger. 

Foto-foto asli karya fotografer Belanda pada awal-awal pendudukan mereka di Sumatra 
bisa dilihat di Gedung Yayasan Genta Budaya, Padang (dekat Pengadilan Negeri Padang 
atau sebelah Pustaka). Di situ anda bisa lihat "tampang" etnis Minang sesungguhnya 
pada masa-masa itu.

Tapi sungguh, kebenaran hakiki asal-usul manusia itu hanya ada di "Laoh El Mafez" yang 
dibuka di akhirat nanti untuk memutuskan apa yang menjadi sumber pertikaian manusia, 
termasuk untuk menyeret para pelaku ethnic cleansing dan kaum rasialis. 

Betapa terperangahnya mereka ketika ditayangkan bahwa yang dibantai adalah satu 
keturunan mereka sendiri.


Komplain harap dilayangkan ke: 
"Pos polisi terdekat."

Love
Esteranc Labeh
JKT









































____________________________________________________
Dapatkan email gratis Anda di http://mail.astaga.com
                     
------- End of forwarded message -------


____________________________________________________
Dapatkan email gratis Anda di http://mail.astaga.com

RantauNet http://www.rantaunet.com

Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===============================================
Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3

ATAU Kirimkan email
Ke/To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email/Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
-mendaftar--> subscribe rantau-net [email_anda]
-berhenti----> unsubscribe rantau-net [email_anda]
Keterangan: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
===============================================

Kirim email ke