Itu kan dulu, kalau kini baa nyo?. Urang Minang banyak alah ditapi galanggang antahlah..nyo. Tapi gaya2 eksklusif ko sarancaknyo dikurangi karano urang ko samo se sadonnyo karena Allah menjadikan manusia berbeda-beda agar saling mengerti dan menghargai satu sama lainnya bukannyo malah bacakak-banyak dan 'maaf' diskriminatif karano eksklusivenyo. Karano kita pun dilahirkan tidak ingin dilahirkan sebagai kelompok A, B, C dst atau suku A, B, C...dst. Maafkan kalau ado kato-kato nan kurang ditampeknyo.. Wassalam
-----Original Message----- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]]On Behalf Of Darwin Bahar Sent: 27 Oktober 2001 11:29 To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED] Subject: [RantauNet] Koto Gadang, Tiap Rumah Ada Sarjana Republika, Sabtu, 27 Oktober 2001 Seratus tujuh belas tahun silam, Agus Salim terlahir. Meski telah teramat lama, di Sumatera Barat, anak-anak sekalipun tetap mengenal namanya. Betul juga kata orang bijak: harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. Nama besarnya nyaris tidak tertandingi oleh siapapun, kecuali oleh sejumlah orang di zamannya yang kemudian menjadi 'bapak bangsa' ini. Agus Salim adalah tipe orang Minang --yang dalam istilah Rosihan Anwar-- gilo-gilo baso alias gendeng. Semua orang Minang yang pintar memang memiliki sikap demikian. Ia lahir di nagari Koto Gadang pada 8 Oktober 1884. Nagari ini senantiasa dibalut kabut. Anginnya semilir. Jika Anda berada di Bukittinggi, masuklah ke Ngarai Sianok, menelusuri jalan beraspal yang menurun tajam. Naik mobil Chevrolet keluaran tahun 1944 atau berjalan kaki, maka Anda akan sampai di Koto Gadang. Bisa juga dari simpang empat Galudua, Koto Tuo, ruas jalan ke Maninjau, di kaki Gunung Singgalang. Dari Koto Tuo ini, jaraknya lebih pendek, sekitar dua kilometer saja. Koto Gadang adalah satu dari 61 nagari di Kabupaten Agam atau 543 nagari di Minangkabau. Masuk ke dalam wilayah administrasi kecamatan IV Koto (baca: Ampek Koto), yaitu nagari: Koto Tuo, Koto Panjang, Sungai Landia, Balingka, Malalak, Lubuak Tabek Sarojo, Koto Gadang, III Koto, Garagahan, Sitanang, dan Manggopoh. Di Koto Gadang, Anda akan disambut oleh ciri khas nagari Minangkabau: rumah berjejer sepanjang jalan, di belakang selapis atau dua lapis rumah akan ada sawah. Rumah-rumah di sini banyak yang kosong. Pemiliknya entah di mana kini. Mungkin di Jakarta, Sydney atau California, dan bisa juga di Surabaya. Banyak rumah yang didiami oleh orang upahan. Sebuah keluarga digaji untuk mendiami rumah oleh keluarga Koto Gadang yang sedang berada di rantau. Hal semacam ini banyak ditemukan di nagari-nagari lain di Minangkabau, tapi di Koto Gadang jumlahnya teramat banyak. Para gadis Koto Gadang yang menetap di kampung halaman, selain sekolah di kampung sendiri juga di Bukittinggi dan Padang. Yang di kampung, banyak yang melibatkan diri dalam kerajinan Amai Setia yang didirikan lebih seabad silam. Hasil kerajinan anak nagari Koto Gadang, terkenal luas. Tidak saja mengisi etalase pasar konveksi di Bukittinggi, tapi juga dipesan oleh banyak orang dari berbagai kota. Ketika wanita di daerah lain masih 'tidur', di Koto Gadang sudah ada Kerajinan Amai Setia. Tatkala wanita di daerah lain dipasung di rumah, Rohana Kudus gadis desa itu, sudah menjadi pemimpin redaksi surat kabar Soenting Melajoe di Padang awal abad ini. Ia menjadi pioner perdebatan gender dan hak-hak wanita Minangkabau. Nagari ini, kini, juga menjadi desa tujuan wisata. Para wisatawan asing akan menuju Ngarai Sianok dan seterusnya berjalan menuju Koto Gadang. Di sana mereka sepertinya memasuki bab demi bab buku tua milik kaum intelektual bangsa ini. Koto Gadang sama terkenalnya dengan Agus Salim atau cucunya, Emil Salim. Nagari ini berhasil mengambil manfaat yang sempurna dari sistem pendidikan kolonial yang diterapkan Belanda di Minangkabau. Tidak ada orang Koto Gadang ketika itu yang tidak pandai berbahasa Belanda. Malah kini, orang seangkatan Emil Salim atau satu generasi di bawahnya, biasanya berbicara memakai bahasa Belanda dengan kedua orang tuanya. Dapat dibayangkan di zaman awal-awal politik etis saja orang Koto Gadang sudah berbondong-bondong untuk sekolah, apalagi sekarang. Maka jangan heran dengan kenyataan seperti ini: tiap rumah di Koto Gadang pasti memiliki sarjana dari bidang ilmu apa saja. RantauNet http://www.rantaunet.com Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3 =============================================== Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di http://www.rantaunet.com/subscribe.php3 ATAU Kirimkan email Ke/To: [EMAIL PROTECTED] Isi email/Messages, ketik pada baris/kolom pertama: -mendaftar--> subscribe rantau-net [email_anda] -berhenti----> unsubscribe rantau-net [email_anda] Keterangan: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung ===============================================