Pak Yan Taufik,
iko ado informasinyo. mudah-mudahan bermanfaat dan madapek petunjuk Allah
swt,

Enif

>From: "Rudy Cia" <[EMAIL PROTECTED]>
>Subject: Obat kanker (fwd)
>Date: Tue, 23 May 2000 17:26:43 GMT
>
>Subject: Obat Kanker
>
>Satu Lagi, Tanaman Ajaib Penyembuh Kanker (1) Keladi Tikus, ditemukan di
>Pekalongan Satu lagi tanaman ajaib ditemukan di Indonesia. Namanya "keladi
>tikus".
>Ia terbukti bisa membunuh berbagai jenis sel kanker dalam waktu
>relatif singkat. Di Malaysia, tanaman ini sudah dikembangkan oleh seorang
>profesor ahli kanker dan telah berhasil membantu ribuan pasien di seluruh
>dunia.
>Dilly Wibowo, SURABAYA
>
>Kanker tidak lagi mematikan. Para penderita kanker di Indonesia dapat
>memiliki harapan hidup yang lebih lama dengan ditemukannya tanaman "keladi
>tikus" (Typhonium Flagelliforme/Rodent Tuber) sebagai tanaman obat yang
>dapat menghentikan dan mengobati berbagai penyakit kanker dan berbagai
>penyakit berat lain.
>
>Tanaman sejenis talas dengan tinggi maksimal 25 sampai 30 sentimeter ini
>hanya tumbuh di semak yang tidak terkena sinar matahari langsung.
>"Tanaman ini sangat banyak ditemukan di Pulau Jawa," kata Drs. Patoppoi
>Pasau, orang pertama yang menemukan tanaman itu di Indonesia.
>
>Tanaman obat ini telah diteliti sejak tahun 1995 oleh Prof Dr Chris K.H.
>Teo,Dip Agric (M), BSc Agric (Hons)(M), MS, PhD dari Universiti Sains
>Malaysia dan juga pendiri Cancer Care Penang, Malaysia. Lembaga perawatan
>kanker yang didirikan tahun 1995 itu telah membantu ribuan pasien dari
>Malaysia, Amerika, Inggris, Australia, Selandia Baru, Singapura, dan
>berbagai negara di dunia.
>
>Di Indonesia, tanaman ini pertama ditemukan oleh Patoppoi di Pekalongan,
>Jawa Tengah. Ketika itu, istri Patoppoi mengidap kanker
>payudara stadium III dan harus dioperasi 14 Januari 1998. Setelah
>kanker ganas tersebut diangkat melalui operasi, istri Patoppoi harus
>menjalani kemoterapi (suntikan kimia untuk membunuh sel, Red) untuk
>menghentikan penyebaran sel-sel kanker tersebut. "Sebelum menjalani
>kemoterapi,dokter mengatakan agar kami menyiapkan wig (rambut palsu) karena
>kemoterapi akan mengakiban kerontokan rambut, selain kerusakan kulitdan
>hilangnya nafsu makan," jelas Patoppoi.
>
>Selama mendampingi istrinya menjalani kemoterapi, Patoppoi terus
>berusaha mencari pengobatan alternatif sampai akhirnya dia mendapatkan
>informasi mengenai penggunaan teh Lin Qi di Malaysia untuk mengobati
>kanker.
>"Saat itu juga saya langsung terbang ke Malaysia untuk membeli teh
>tersebut," ujar Patoppoi yang juga ahli biologi.Ketika sedang berada di
>sebuah toko obat di Malaysia, secara tidak sengaja dia melihat dan membaca
>buku mengenai pengobatan kanker yang berjudul Cancer, Yet They Live
>karangan
>Dr Chris K.H. Teo terbitan 1996. "Setelah saya baca
>sekilas, langsung saja saya beli buku tersebut. Begitu menemukan
>buku itu, saya malah tidak jadi membeli teh Lin Qi, tapi langsung pulang ke
>Indonesia," kenang Patoppoi sambil tersenyum.
>
>Di buku itulah Patoppoi membaca khasiat typhonium flagelliforme itu.
>Berdasarkan pengetahuannya di bidang biologi, pensiunan pejabat
>Departemen Pertanian ini langsung menyelidiki dan mencari tanaman tersebut.
>Setelah menghubungi beberapa koleganya di berbagai tempat,familinya di
>Pekalongan Jawa Tengah, balas menghubunginya. Ternyata, mereka menemukan
>tanaman itu di sana. Setelah mendapatkan tanaman tersebut dan
>mempelajarinya
>lagi, Patoppoi menghubungi Dr. Teo di Malaysia untuk menanyakan kebenaran
>tanaman yang ditemukannya itu.
>
>Selang beberapa hari, Dr Teo menghubungi Patoppoi dan menjelaskan
>bahwa tanaman tersebut memang benar Rodent Tuber. "Dr Teo mengatakan agar
>tidak ragu lagi untuk menggunakannya sebagai obat," lanjut Patoppoi.
>(bersambung)
>
>Akhirnya, dengan tekad bulat dan do'a untuk kesembuhan, Patoppoi mulai
>memproses tanaman tersebut sesuai dengan langkah-langkah pada buku tersebut
>untuk diminum sebagai obat. Kemudian Patoppoi menghubungi putranya, Boni
>Patoppoi di Buduran, Sidoarjo untuk ikut mencarikan tanaman tersebut.
>"Setelah melihat ciri-ciri tanaman tersebut, saya mulai mencari di
>pinggir sungai depan rumah dan langsung saya dapatkan tanaman
>tersebut tumbuh liar di pinggir sungai," kata Boni yang mendampingi ayahnya
>saat itu.
>
>Selama mengkonsumsi sari tanaman tersebut, isteri Patoppoi
>mengalami penurunan efek samping kemoterapi yang dijalaninya. Rambutnya
>berhenti rontok, kulitnya tidak rusak dan mual-mual hilang. "Bahkan nafsu
>makan ibu saya pun kembali normal," lanjut Boni. Setelah tiga bulan meminum
>obat tersebut, isteri Patoppoi menjalani pemeriksaan kankernya. "Hasil
>pemeriksaan negatif, dan itu sungguh mengejutkan kami dan dokter-dokter di
>Jakarta," kata Patoppoi.
>
>Para dokter itu kemudian menanyakan kepada Patoppoi, apa yang
>diberikan pada isterinya. "Malah mereka ragu, apakah mereka telah salah
>memberikan dosis kemoterapi kepada kami," lanjut Patoppoi. Setelah
>diterangkan mengenai kisah tanaman Rodent Tuber, para dokter pun mendukung
>pengobatan tersebut dan menyarankan agar mengembangkannya.
>
>Apalagi melihat keadaan isterinya yang tidak mengalami efek samping
>kemoterapi yang sangat keras tersebut. Dan pemeriksaan yang seharusnya tiga
>bulan sekali diundur menjadi enam bulan sekali. "Tetapi karena
>sesuatu hal, para dokter tersebut tidak mau mendukung secara
>terang-terangan
>penggunaan tanaman sebagai pengobatan alternatif,"
>sambung Boni sambil tertawa.
>
>Setelah beberapa lama tidak berhubungan, berdasarkan peningkatan
>keadaan isterinya, pada bulan April 1998, Patoppoi kemudian menghubungi Dr.
>Teo melalui fax untuk menginformasikan bahwa tanaman tersebut banyak
>terdapat di Jawa dan mengajak Dr. Teo untuk menyebarkan penggunaan tanaman
>ini di Indonesia. Kemudian Dr. Teo langsung membalas fax kami, tetapi
>mereka
>tidak tahu apa yang harus mereka perbuat, karena jarak yang jauh," sambung
>Patoppoi. Meskipun Patoppoi mengusulkan agar buku mereka diterjemahkan
>dalam
>bahasa Indonesia dan disebar-luaskan di Indonesia, Dr. Teo menganjurkan
>agar
>kedua belah pihak bekerja sama dan berkonsentrasi dalam usaha nyata
>membantu
>penderita kanker di Indonesia.
>
>Kemudian, pada akhir Januari 2000 saat Jawa Pos mengulas habis
>mengenai meninggalnya Wing Wiryanto, salah satu wartawan handal Jawa Pos,
>Patoppoi sempat tercengang. Data-data rinci mengenai gejala, penderitaan,
>pengobatan yang diulas di Jawa Pos, ternyata sama dengan salah satu
>pengalaman pengobatan penderita kanker usus yang dijelaskan di buku
>tersebut.
>Dan eksperimen pengobatan tersebut berhasil menyembuhkan pasien tersebut.
>
>"Lalu saya langsung menulis di kolom Pembaca Menulis di Jawa Pos," ujar
>Boni. Dan tanggapan yang diterimanya benar-benar diluar dugaan.
>Dalam sehari, bisa sekitar 30 telepon yang masuk. "Sampai saat ini, sudah
>ada sekitar 300 orang yang datang ke sini," lanjut Boni yang beralamat di
>Jl. KH. Khamdani, Buduran Sidoarjo. Pasien pertama yang berhasil adalah
>penderita Kanker Mulut Rahim stadium dini. Setelah diperiksa, dokter
>mengatakan harus dioperasi. Tetapi karena belum memiliki biaya dan sambil
>menunggu rumahnya laku dijual untuk biaya operasi, mereka datang setelah
>membaca Jawa Pos. Setelah diberi tanaman dan cara meminumnya, tidak lama
>kemudian pasien tersebut datang lagi dan melaporkan bahwa dia tidak perlu
>dioperasi, karena hasil pemeriksaan mengatakan negatif.
>
>Berdasarkan animo masyarakat sekitar yang sangat tinggi, Patoppoi
>berusaha untuk menemui Dr. Teo secara langsung. Atas bantuan Direkt
>Jenderal
>Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan, Sampurno, Patoppoi dapat
>menemui Dr. Teo di Penang, Malaysia. Di kantor Pusat Cancer Care Penang,
>Malaysia, Patoppoi mendapat penerangan lebih lanjut mengenai riset tanaman
>yang saat ditemukan memiliki nama Indonesia.
>
>Ternyata saat Patoppoi mendapat buku "Cancer, Yet They Live" edisi revisi
>tahun 1999, fax yang dikirimnya di masukkan dalam buku tersebut,
>serta pengalaman isterinya dalam usahanya berperang melawan kanker.
>
>Dari pembicaraan mereka, Dr. Teo merekomendasi agar Patoppoi mendirikan
>perwakilan Cancer Care di Jakarta dan Surabaya. Maka secara resmi,
>Patoppoi dan putranya diangkat sebagai perwakilan lembaga sosial Cancer
>Care
>Indonesia, yang juga disebutkan dalam buletin bulanan Cancer Care,
>yaitu di Jl. Kayu Putih Empat No. 5, Jakarta, telp. 021-4894745, dan di
>Buduran, Sidoarjo.
>
>Cancer Care Malaysia telah mengembangkan bentuk pengobatan tersebut secara
>lebih canggih. Mereka telah memproduksi ekstrak Keladi Tikus dalam bentuk
>pil dan teh bubuk yang dikombinasikan dengan berbagai tananaman lainnya
>dengan dosis tertentu.
>
>"Dosis yang diperlukan tergantung penyakit yang diderita," kata Boni.
>Untuk mendapatkan obat tersebut, penderita harus mengisi formulir yang
>menanyakan keadaan dan gejala penderita dan akan dikirimkan melalui
>fax ke Dr. Teo. "Formulir tersebut dapat diisi disini, dan akan kami
>fax-kan.
>Kemudian Dr. Teo sendiri yang akan mengirimkan resep sekaligus
>obatnya, dengan harga langsung dari Malaysia, sekitar 40-60 Ringgit
>Malaysia," lanjut Boni. "Jadi pasien hanya membayar biaya fax dan obat,
>kami tidak menarik keuntungan, malahan untuk yang kurang mampu,
>Dr.Teo bisa memberikan perpanjangan waktu pembayaran." tambahnya.
>
>Sebenarnya pengobatan ini juga didukung dan sedang dicoba oleh
>salah satu dokter senior di Surabaya, pada pasiennya yang mengidap kanker
>ginjal. Ada dua pasien yang sedang dirawat dokter yang pernah menjabat
>sebagai direktur salah satu rumah sakit terbesar di Surabaya ini.
>
>Pasien pertama yang mengidap kanker rahim tidak sempat diberi
>pengobatan dengan keladi tikus, karena telah ditangani oleh rekan-rekan
>dokter yang telah memiliki reputasi. Setelah menjalani kemoterapi dan
>radiologi, pasien tersebut mengalami kerontokan rambut, kulit rusak dan
>gatal, dan selalu muntah. Tetapi pada pasien kedua yang mengidap kanker
>ginjal, dokter ini menanganinya sendiri dan juga memberikan pil keladi
>tikus
>untuk >membantu proses penyembuhan kemoterapi. Pada pasien kedua ini, tidak
>ditemui berbagai efek yang dialami penderita pertama, bahkan pasien
>tersebut
>kelihatan normal. Tetapi dokter ini menolak untuk diekspos karena
>menurutnya, pengobatan ini belum resmi diteliti di Indonesia.
>
>Menurutnya, jika rekan-rekannya mengetahui bahwa dia memakai
>pengobatan alternatif, mereka akan memberikan predikat sebagai "ter-kun"
>atau dokter-dukun.
>"Disinilah gap yang terbuka antara pengobatan konvensional dan
>modern," kata dokter tersebut.
>
>Banyak hal menarik yang dialami Boni selama menerima dan memberikan
>bantuan kepada berbagai pasien. Bahkan ada pecandu berat putaw dan
>sabu-sabu di Surabaya, yang pada akhirnya pecandu tersebut mendapat kanker
>paru-paru.
>Setelah mendapat vonis kanker paru-paru stadium III, pasien tersebut
>mengkonsumsi pil dan teh dari Cancer Care.
>Hasilnya cukup mengejutkan, karena ternyata obat tersebut dapat
>mengeluarkan
>racun narkoba dari peredaran darah penderita dan mengatasi ketergantungan
>pada narkoba tersebut. "Tapi, jika pecandu sudah bisa menetralisir racun
>dengan keladi tikus, dia tidak boleh memakai narkoba lagi, karena pasti
>akan
>timbul resistensi. Jadi jangan seperti kebo, habis mandi berkubang lagi,"
>sambung Boni sambil tertawa.
>
>Juga ada pengalaman pasien yang meraung-raung kesakitan akibat serangan
>kanker yang menggerogotinya, karena obat penawar rasa sakit sudah
>tidak mempan lagi. Setelah diberi minum sari keladi tikus, beberapa saat
>kemudian pasien tersebut tenang dan tidak lagi merasa kesakitan. Menurut
>data Cancer Care Malaysia, berbagai penyakit yang telah disembuhkan adalah
>berbagai kanker dan penyakit berat seperti kanker
>payudara, paru-paru, usus besar-rectum, liver, prostat, ginjal, leher
>rahim,tenggorokan, tulang, otak, limpa, leukemia, empedu, pankreas,
>dan hepatitis. Jadi diharapkan agar hasil penelitian yang menghabiskan
>milyaran Ringgit Malaysia selama 5 tahun dapat benar-benar berguna bagi
>dunia kesehatan.
>
>Bagi teman-teman yang memerlukan informasi lebih lanjut sehubungan dengan
>artikel "Obat Kanker" bisa menghubungi perwakilan lembaga sosial "Cancer
>Care Indonesia" beralamat di Jl. Kayu Putih Empat no. 5 Jakarta, tlp :
>489-4745.
>______________________________________________
>
>

________________________________________________________________________
Get Your Private, Free E-mail from MSN Hotmail at http://www.hotmail.com



RantauNet http://www.rantaunet.com

Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===============================================
Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3

ATAU Kirimkan email
Ke/To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email/Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
-mendaftar--> subscribe rantau-net [email_anda]
-berhenti----> unsubscribe rantau-net [email_anda]
Keterangan: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
===============================================

Kirim email ke