Dari Milis sebelah... sekedar buat inspirasi untuk ronal seorang... d.u. semoga sukses selalu dan tidak cepat ngantuk.
~rarach =================================== From: "Anna Siti Herdiyanti" <[EMAIL PROTECTED]> Date: Tue Jul 2, 2002 2:48 pm Subject: Fw: Banten Membaca Saya teruskan e-mail Sdr. Gola Gong, pengarang Balada si Roy. Siapa tahu bisa ditiru kota-kota lain. ----- Original Message ----- From: gola gong To: [EMAIL PROTECTED] Cc: xxxxx Sent: Tuesday, July 02, 2002 9:07 AM Subject: gonjlengan#6 gonjlengan #6 oleh Gola Gong BANTEN MEMBACA DAN BERKESENIAN (Pentingnya sarana gedung perpustakaan dan gedung kesenian) Pada seminar yang diadakan SIGMA STAIN SMHB, bulan lalu, ada pernyataan menarik dari Kadindepdikbud Provinsi Banten, Didi Supriadi, Spd, tentang pentingnya Banten memiliki sarana perpustakaan. "Saya pikir, idealnya 5 milyar. Tapi, 500 juta juga, bisa jalan," begitu pernyataan dia di koran lokal. Bahkan dalam SOTK (Struktur Organisasi Tata Kerja) yang sedang digodok, perpustakaan akan berdiri sendiri. Tidak lagi di bawah Dinas Depdikbud. "Akan ada kepala kantor perpustakaan yang mengurusnya." SEJUTA BUKU Dalam bincang-bincang di "pustakaloka RUMAH DUNIA", Sabtu (29/6) lalu, Abdul Malik yang Redpel "Harian Banten" (Haban) mencetuskan ide menarik, yaitu "Tebar Sejuta Buku" (TSB). Menurutnya, Haban akan berada di barisan depan dalam menggolkan "Banten Library". TSB buku adalah agenda jangka pendek. Haban akan menghimbau pada warga Banten untuk menyumbangkan buku- bukunya, yang baru atau yang bekas. Nama-nama para penyumbang akan dimuat setiap hari di halaman satu Haban. Setelah terkumpul, Haban akan mendistribusikan buku-buku itu ke perpustakaan yang dikelola pemerintah, kampus, SMU, sanggar-sanggar atau seperti pustakaloka RUMAH DUNIA, yang dikelola perorangan. Ini sangat menarik. Tinggal bagaimana warga Banten menyikapinya. Apakah yang birokrat, yang tukang sayur, yang legislatif, yang pelajar, yang ekeskutif, yang pendidik, yang siapa saja, mau menyisihkan koleksi bukunya untuk program TSB! Buku-bukunya bebas. Mau cergam anak-anak, novel pop, sastra, pelajaran, majalah, tips.. pokoknya apa saja, asal jangan yang pornografi, Haban siap menampung!" tegas Malik. Bagi saya, program seperti itu sedang bergulir di pustakaloka RUMAH DUNIA Beberapa penyumbang perorangan, perlahan tapi pasti, banyak yang menghubungi saya. Mereka berminat menyumbangkan buku-buku koleksi. Yang sudah menyumbang; mulai dari Boim Lebon yang pengarang, Yenny Yuniar (pengarang buku anak-anak Bobo/Bocil), para mahasiswa Universitas Budi Luhur Kelompok 1001 Baca, M. Iwan (wongbanten.com) dan penerbit SUHUDsentrautama, serta beberapa nama yang sekarang sedang menyortir buku-buku koleksinya untuk disumbakan. Bahkan beberapa penerbit besar sudah bersiap-siap. Saya hanya perlu memberitahukan kepada mereka, kapan sarana gedung pustakaloka RUMAH DUNIA selesai dibangun. GERAKAN Malik berharap, dengan TSB pihak pemrov Banten langsung reaktif dan mengagendakan, bahwa "Banten Library" adalah keharusan. Tak bisa ditawar-tawar lagi. Tapi kalau pihak pemprov Banten tutup mata dan telinga serta "tertutup mata hatinya", warga Banten akan bereaksi sangat keras. Itu dibuktikan dengan gerakan yang sudah dilontarkan anggota milis Wongbanten. Dian Agusdiana membeberkan gerakan efektif menuju terwujudnya perpustakaan yang representatif di Banten dengan cara; 1) Setiap warga Banten yang berjumlah kurang lebih 2 juta jiwa, mengirimkan surat kepada Djoko Munandar, Gubernur Banten, tentang perlunya perpustakaan setingkat provinsi. 2) Koran lokal berkewajiban memasang iklan atau semacam angket, penting tidaknya perpustakaan di Banten. Dan pembaca diwajibkan menggunting jawabannya serta mengirimkannya. Saya pikir, dua cara ini sangat baik ketimbang unjuk rasa teu puguh di jalanan. Selain tidak intelektual, juga terkesan kampungan. Siga teu boga pagawean bae turun ka jalan! Diharapkan dengan strategi itu, semua warga Banten bisa melakukannya di rumah dengan cara santun. Di sini tentu yang akan diuntungkan adalah pihak jasa pos. Tidak ada salahnya pula, pihak Pos mengagendakan "Banten Library", dengan cara mengkampanyekannya lewat kartu pos atau sampul surat. Bisa dibayangkan jika warga Banten, public service (pos, media massa), ormas, partai politik, dan siapa saja yang merasa dirinya manusia dan berdomisili di Banten, saling bersinergi membuat gerakan menuju "Banten Membaca" dengan tujuan berdirinya perpustakaan di Banten hukumnya adalah wajib. Kalau perlu, MUI Provinsi Banten mensahkannya! Masya Allah! Saya tidak sanggup membayangkannya jika hal itu terjadi. Insya Allah, setelah tujuan "Banten Membaca" akan terwujud, warga Banten akan memasuki periode berikutnya, yaitu "Banten Mengkaji". Tapi, kalau dengan cara seperti itu, pihak pempov tetap "cuek bebek", marilah kita menaikkan bendera setengah tiang dan berkumpul di kampung Sukalila Kelapa Dua, Lontar Sumur Bor Serang, untuk menangis bersama-sama dengan para pelaku kesenian khas Banten, Rudat, yang terlupakan. Tapi jika iya, marilah kita keluar dari rumah dan berkumpul di alun-alun Serang, untuk serempak mendeklarasikan hari bersejarah itu, sebagai "Hari Membaca Banten". RantauNet http://www.rantaunet.com Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3 =============================================== Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe, anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini. Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: http://www.rantaunet.com/subscribe.php3 ===============================================