Assalamua'laikum ww...

Ambo saketek bakomentar tantang pandangan Arman Bahar,
"Kenapa tidak bahasa Jawa dipakai sebagai bahasa
Nasional?"....

Menurut ambo sih, karena bahasa jawa itu bertingkat
tingkat, antara petinggi2 dan orang bawahan cara
memakai bahasanya berlainan sekali. Bukan karena
mereka solider atau mereka mempunyai pejuang lebih
banyak dari daerah lain...apa betul mereka mempunyai
pejuang lebih banyak?...

Penduduk ethnic jawa mungkin dominan/mayoritas di
Indonesia, tetapi pejuang kemerdekaan mungkin lebih
banyak dari luar jawa...

Dan Bahasa Melayu mungkin lebih gampang dan  merakyat
di bumi nusantara ini. Coba bayangkan kalau bahasa
nasional di Indonesia memakai bahasa jawa....semua
orang mungkin akan bertindak tanduk lemah gemulai dan
tidak dinamis, terpengaruh oleh budaya
mereka...hehehe.....

Ok sanak kasadonyo sekian komentar ambo, mungkin ado
komentar dari sanak yang lain?....

wassalam


rp




--- Arman Bahar <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Assalamualaikum ww
> 
> Tidak sak lagi memang bahasa Indonesia diambil dari
> bahasa Melayu, kenapa
> bahasa Indonesia tidak diambil dari bahasa Jawa toh
> penduduknya lebih padat
> dan lebih banyak tokoh2 yang berperan dalam
> memperjuangkan kemerdekaan
> bangsa ini, so berarti pemakai bahasa Jawa jauh
> lebih banyak dan menonjol
> dari bahasa lain dan lagi pula pusat perjuangan
> meraih kemerdekaan Indonesia
> ini kan lebih lebih banyak di tanah Jawa ketimbang
> daerah lain, jadi
> sebenarnya yang berhak yang menjadi bahasa Indonesia
> adalah bahasa Jawa
> 
> Bisa jadi orang Jawa waktu itu merasa perlu sedikit
> lebih solider, mungkin
> mereka berfikir, biarlah bahasa Indonesia diambil
> dari bahasa Melayu biar
> aja orang Melayu sedikit merasa senang dan anak cucu
> mereka bangga toh
> pembangunan akan difokuskan di pulau Jawa dulu
> iyyaaa kaaan?
> 
> Pemakai bahasa Melayu penyebarannya jauh lebih luas
> ketimbang luas pulau
> Jawa minus Jawa Barat dan Jakarta lihat saja ada
> Melayu Deli, Melayu
> Langkat, Melayu Riau Kepulauan, Melayu Riau Pesisir,
> Melayu Riau Daratan,
> Melayu Minangkabau, Melayu Jambe, Melayu Bengkulen,
> Melayu Palembang, Melayu
> Lampung, Melayu Betawi, Melayu Pontianak, Melayu
> Borneo, Melayu Singapure,
> Melayu Malaysia dan Melayu Pattani Thailand serta
> Melayu Moro di Filipina
> Selatan,  jadi nggak ada salahnya bahasa Indonesia
> diambil dari bahasa
> Melayu iyaaaaaa, kira2 pemerataan lah begitu biar
> sedikit dirasa agak adil
> lah
> 
> Kalau Melayu Malaysia, Melayu Deli, Melayu Langkat,
> Melayu Riau Kepulauan
> dan Melayu Singapure mengatakan "kemane" maka Melayu
> Minangkabau, Melayu
> Riau Daratan, Melayu Riau Pesisir, Melayu Jambe dan
> Melayu Palembang
> menyebutnya sebagai "kamano" namun berbeda sedikit
> dengan Melayu Betawi,
> mereka menyebutnya "kemane'" maka ok lah bahasa
> Indonesianya "kemana".  
> 
> Jadi kita2 yang sama2 serumpun Anak Bangsa Melayu
> itu terbukti mempunyai
> akar bahasa yang sama, kita2 ini hanya beda dialek
> yang masing daerah yang
> kadang hanya berjarak kurang 5 kilo saja sudah beda
> dialek, lihat saja
> dialek urang Tilatang babeda jo dialek urang Baso
> yang jaraknya hanya
> beberapa kila saja, so bandingkan dengan bahasa
> Batak yang bukan rumpun,
> kita mereka menyebutkan "tudiaho" dan Jawa "nandi"
> jelas jauh benar larinya.
> 
> Dialek Melayu (Minangkabau) Kampar, Melayu
> (Minangkabau) Rokan dan Melayu
> (Minangkabau) Kuantan Singingi, Melayu (Minangkabau)
> Sakai kedudukannya
> adalah sama dengan dialek Melayu (Minangkabau)
> Payokumbuah, Agam, Batu
> Sangka, Padang, Pariaman, Pasaman dan Painan dll
> karena masih sama2 sub
> etnic Melayu Minangkabau, masih sama2 "Basuku bakeh
> Ibu, babangso bakeh
> Bapak" masih samo2 penganut dan pengembang "Adat
> Datuak Katumangguangan dan
> Datuak Parpatiah nan Sabatang" beradat kegunung
> Merapi Pagaruyuang, berbeda
> dengan Melayu Riau Pesisir dan Melayu Riau Kepulauan
> yang "tidak mewarisi
> suku dari ibu" adat mereka adalah adat Selat Melaka
> berkiblat ke "Istane
> Soltan Melake" 
> 
> Thanks sanak R/C, hanyo sekedar mengingatkan kito
> nan basamo
> wasalam
> abpmbandaro
> "orang gedang persukuan piliang"
> diluhak sakai riau daratan
> 
> -----Original Message-----
> From: ronal chandra [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
> Sent: Tuesday, July 02, 2002 5:17 PM
> To: [EMAIL PROTECTED]
> Cc: [EMAIL PROTECTED]
> Subject: [RantauNet] Bahasa Minangkabau
> Assalamu'alaikum Wr..Wb
> 
> BAHASA MINANGKABAU
>  Masyarakat Sumatera Barat mempunyai bahasa daerah
> yang dikenal dengan Bahasa Minangkabau. Terdiri
> sepuluh dialek yang berbeda dari satu daerah dengan
> daerah lainnya. Tidak ada perbedaan yang mendasar
> antara bahasa Minangkabau dengan Bahasa Indonesia
> baik
> dalam bentuk maupun tatabahasanya. Perbedaan yang
> terjadi hanya pada ejaan terutama dalam pemakaian
> Vowel.
> 
> Vowel a dan e dalam Bahasa Indonesia menjadi "o"
> dalam
> Bahasa Minangkabau.
> Apa menjadi "Apo".
> Mana menjadi "Mano"
> Petang menjadi "Patang"
> Senja menjadi "Sanjo"
> Tua menjadi "Tuo"
>  
> 
> Penutur Bahasa Minang kadangkala menghilangkan suku
> kata diakhir sebuah kata. Misalnya:
> Kemana menjadi "Kamano" dan diucapkan "kama"
> Mengapa jadi "Mangapo" dan diucapkan "Manga"
> Berapa jadi "Barapo" dan diucapkan "Bara"
> Bagaimana jadi "Bagaimano" dan diucapkan "Baa"
> 
> Lihat contoh kalimat dibawah ini:
> Apakah yang akan kamu kerjakan?
> Dalam Bahasa Minangkabau menjadi  a tu nan ka karajo
> ang
> atau apa sebabnya maka ia lari?
> menjadi ba a mangko inyo lari?
> 
> Walaupun begitu, pada beberapa kata sambungan ada
> yang
> tidak dikenal akar silsilahnya seperti kata
> sambungan
> "jo", misalnya dalam kalimat jo a wa ang ka mari?
> (dengan apa kamu kemari?). Perkataan jo disini
> memiliki arti dengan. Ada juga pengertiannya yang
> lain
> pada kalimat berikut itulah jannyo hambo (itulah
> kata
> hamba).
> 
> Dalam kata-kata kiasan (pantun), prosa dan puisi
> Minangkabau, penggunaan kata "jo" memiliki
> pengertian
> yang sangat besar. Perhatikan pantun berikut:
> 
> Anak urang di sungai lasiah
> Nak mudiak ka Batang Hari
> Mandaki jalan babelok
> Manurun ka Bangka Hulu
> Kok tasuo silang jo salisiah
> Sarato banta jo ka lami
> Dibaiki sajo jo nan elok
> Itu banamo urang panghulu 
> Dalam kata Minangkabau ada huruf mati yang
> dihilangkan
> atau dipertukarkan, misalnya dalam perkataan habis.
> huruf h dihilangkan dan huruf s diganti dengan huruf
> h
> sehingga menjadi abih, manis menjadi manih, hangus
> menjadi anguih.
> Ada juga beberapa daerah menghilangkan r pada suku
> kata kedua, umpamanya garam menjadi ga-am, beras
> menjadi bareh atau ba-eh dan sebagainya.
> 
> Di daerah Pariaman, suku kata atau perkataan "nya"
> diganti dengan huruf hidup e. umpamanya kapan dia
> kemari? menjadi bilo wak e kama-i?, roman apa
> romannya
> menjadi coman a coman e.
> 
> Dalam bahasa Minangkabau ada bunyi majemuk yang
> terdiri dari vokal u dan a (ua), u dan i (ui) i dan
> e
> (ie) a dan i (ai). Vokal kedua dalam bunyi majemuk
> itu
> pendek sekali dan kurang sempurna bunyinya, disebut
> dengan vokal pelancar. Vokal ini seharusnya
> dinyatakan
> dengan vokal yang bertanda (pepet) di atasnya.
> ---------------cut------------------------
> Wassalam
> Ronal Chandra
> 
> 
> 
> 
> RantauNet http://www.rantaunet.com
> Isikan data keanggotaan anda di
> http://www.rantaunet.com/register.php3
> ===============================================
> Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika
> subscribe,
> 
=== message truncated ===


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Sign up for SBC Yahoo! Dial - First Month Free
http://sbc.yahoo.com

RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===============================================
Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe,
anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini.

Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: 
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3
===============================================

Kirim email ke