Title: profil konjen
Hallo mak Buyuang......
Bilo pulo ka jadi, pejabat teras mak???
 
Ditunggu RangMudo di Jakarta.

Konsul Jenderal RI di Marseille

Bapak H.Drs. Zubir Amin

 

Wawancara  yang dimuat  di bulletin PPI Prancis

Edisi Mei 2001

 

Lebih dekat dengan Konjen RI di Marseille

Zubir Amin

 

« … sejarah itu merupakan proses berkesinambungan yang tidak pernah terputus. Bahwa dalam alur-alur sejarah itu ada hal-hal yang kurang baik untuk jaman berikutnya adalah sah-sah saja »

 

Pertemuan dengan Bapak Zubir Amin merupakan suatu hal yang kebetulan. Saat itu Jum’at  29 Desember 2000, Beliau secara spontan didaulat menjadi Khotib shalat Jum’at di Ruang Sasana Budaya KBRI Paris. “Buya” beliau biasa dipanggil demikian oleh keluarga  dan orang-orang dekat. Panggilan itu tepat sekali, karena dengan penampilan Beliau di atas mimbar Jum’at itu, yang dengan lancar melafazhkan ayat-ayat Al Qur’an dan hadist Nabi Muhammad SAW serta menguraikannya dengan jelas, lugas dan sederhana.  Demikian  tampilan sederhana Konsul Jenderal RI di Marseille yang baru bertugas sejak Oktober 2000 dan menggantikan Ibu Astuti Moernoto.

Pejabat Karier

Zubir Amin, Putera kelahiran Pariaman, Sumatra Barat  memulai kariernya sebagai pegawai Departemen Agama (1971-1973) dan memantapkan diri di Departemen Luar Negeri mulai 1973 hingga sekarang. Alumni FISIP Universitas Indonesia (1970) ini mempunyai banyak pengalaman kerja. Pajabat karier ini memulai karyanya sebagai Kepala Seksi Eropa I, Dirhub Sosbud. Dirjen Hubungan Ekososbud Luar Negeri, setelah itu beberapa pos di KBRI mulai ditempatinya, seperti Madagaskar (1979-1982), Turki (1982-1984). Tahun 1984-1986, beliau ditarik ke Jakarta, sebagai Kasubdir Tenaga Asing Direktorat Konsuler.

Tak lama di Indonesia, ayah dari tiga orang putera dan dua puteri ini diangkat sebagai Kabid Penerangan KJRI Hongkong (1986-1990). Kemudian beliau kembali menempati Kasubdir Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Direktorat Amerika, Deplu (1990-1993). Setelah itu beliau diangkat sebagai Kabid Politik KBRI Beijing sampai 1997. Kembali ke tanah air sebagai Kapus Dokumentasi dan Perpustakaan (1997-1998), kemudian menjabat Sekretaris Balitbang Deplu (1998-2000). Tahun 2000, suami dari Cut Indria Marzuki ini diangkat sebagai Konsul Jenderal RI Marseille.

Penerima Satyalencana Karya Satya 20 tahun (1991) ini, sering kali mengikuti pertemuan Internasional sebagai Delegasi RI, seperti di Turki, Cina, dan tentu saja di Jakarta, Indonesia. Beberapa tanda jasa dan penghargaan diraihnya, antara lain berkat usahanya dalam pemasyarakatan Politik Luar Negeri di beberapa universitas di Indonesia.  

Redaksi Buletin PPI Prancis berhasil mewawancarai beliau secara jarak jauh, baik melalui email maupun telpon. Berikut beberapa hasil wawancara tersebut yang disajikan secara ringkas dan langsung.

Tugas dan Wilayah Kerja KJRI Marseille

KJRI Marseille menurut Zubir Amin mempunyai tugas utama melaksanakan hubungan pada tingkat Konsuler dengan Pemerintahan Daerah Prancis Selatan di bidang ekonomi, perdagangan, perhubungan, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan kekonsuleran. Wilayah Prancis Selatan meliputi wilayah wilayah Provence-Alpes-Cote d’Azur (PACA), Midi-Pyrénées, Languedoc-Roussillon, Corse (Corsica), Rhone-Alpes dan Aquitane. Wilayah tersebut mencakup  23 departemen yakni departemen Alpes de Haute Provence, Haute-Alpes, Alpes-Maritimes, Ardèche, Ariège, Aude, Aveyron, Bouches-du-Rhone, Drome, Gard, Haute-Garrone, Gers, Hérault, Lozère, Pyrénées-Atlantiques, Hautes-Pyrénées, Pyrénées-Orientales, Tarn, Tarn-et-Garonne, Var, Vaucluse, Corse du Sud dan Haute-Corse. Selain itu juga mencakup Kepangeranan Monaco.

Lebih lanjut, Konjen menjelaskan bahwa, potensi ekonomi Prancis sebagian besar berada di wilayah Selatan,  antara lain jaringan transportasi, seperti pelabuhan utama Prancis berada di Marseille, bandara Nice dan Marignane merupakan bandara terpadat kedua dan ketiga; daerah utama wisata dan industri parfum di Nice dan Cannes; industri helikopter di Marignane; pembuatan pesawat airbus di Toulouse; pertanian dan industri pertanian di Montpellier.

KJRI memfasilitasi dalam peningkatan hubungan Indonesia dengan Pemerintahan daerah Prancis Selatan dan Pemerintahan Kepangeranan Monaco melalui mekanisme protecting, informing, negotiating dan reporting, demikian Zubir Amin.

Kinerja KJRI Marseille

Konjen menyatakan bahwa, agak sulit  menilai kinerja kita sendiri. Namun Beliau mencatat bahwa, KJRI Marseille telah  berupaya berbuat sesuai dengan misinya, yaitu mengutamakan kepentingan nasional, dengan mengarahkan kinerjanya  yang dapat mendukung  pemecahan  masalah–masalah bangsa dan negara. Saat ini kita menghadapi masalah mendasar yakni krisis ekonomi yang berkepanjangan. Untuk itu sebagai ujung tombak  politik luar negeri RI,  perwakilan RI di Marseille berupaya mencari terobosan-terobosan yang  dapat membantu  pemulihan ekonomi Indonesia.

Zubir Amin memberikan contoh kongkritnya, kami dalam  kurun waktu beberapa bulan ini, terhitung sejak kedatangan kami  bulan Oktober tahun lalu,  telah melakukan berbagai kunjungan kerja dengan  kalangan pelaku ekonomi di wilayah akreditasi, seperti KADIN Marseille, Montpellier, Nice dan berikutnya Toulouse serta Monaco.  Demikian juga upaya menggali pengalaman dari kolega kami  sesama  Konjen, seperti dari AS, Swiss, Aljazair, Tunisia, dan Maroko, cukup membantu  kami dalam upaya mencari terobosan-terobosan yang  Insya Allah akan berguna bagi  pelaksanaan  misi KJRI Marseille.

Buya pun mengingatkan, bahwa “Tak Kenal Maka Tak Sayang” yang berarti  kita perlu terus menggiatkan  promosi budaya dan citra Indonesia  dalam berbagai kesempatan, yang diharapkan dapat mendukung  pemulihan kunjungan wisatawan Prancis Selatan ke Indonesia.

Selain tugas pokok tersebut, dalam rangka membantu usaha pemerintah memulihkan ekonomi Indonesia, maka KJRI Marseille mempunyai tugas khusus, sebagai fasilitator bagi pengusaha Indonesia dan Prancis Selatan dengan mencarikan dan menyediakan informasi ekonomi dan perdagangan, melakukan pendekatan kepada para pelaku ekonomi dan perdagangan agar kontak-kontak dagang dapat terealisir.

Ketika ditanyakan, apakah KJRI Marseille berlaku proaktif ? Konjen menjawab dengan diplomatis, bahwa KJRI Marseille  sebagai  aparat  pemerintah  RI  c.q Departemen Luar Negeri   patut menjalankan  tugas sesuai dengan misi yang diembannya dari Jakarta.  Namun  hal ini tidak menutup kemungkinan dilakukannya  berbagai kebijakan yang sesuai dengan kondisi di lapangan, sejauh tidak menyimpang dari Mission paper   yang  diemban oleh kami,  dan sekaligus tetap melakukan  koordinasi  dengan KBRI Paris.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa, dalam rangka menterjemahkan dan menggemakan peraturan dan program-program tersebut di lapangan (Prancis Selatan), maka sudah selayak dan seharusnya KJRI berlaku proaktif.  Apalagi keadaan negara kita sekarang ini membutuhkan sikap-sikap yang tidak perlu menunggu, untuk membantu pemulihan keadaan ekonomi dan sosial Indonesia.  KJRI dengan kemampuan dan sarana yang ada telah melakukan pertemuan-pertemuan dengan para pejabat pemerintah, para pelaku ekonomi dan sesama kolega dari Korps Konsuler, untuk meyakinkan mereka agar tidak khawatir dengan keadaan Indonesia dan meningkatkan kerjasama guna memanfaatkan potensi-potensi ekonomi dan budaya Indonesia.

KJRI dan Warga  Indonesia

Menyangkut keberadaan warga negara Indonesia, Konjen menyambut  baik keberadaan Warga Indonesia di luar negeri, dan mengharapkan  warga negara Indonesia tetap memelihara semangat keindonesiaannya dengan selalu mengadakan komunikasi  dengan KJRI terutama yang menyangkut masalah kekonsuleran. KJRI telah menyediakan informasi di websitenya di: http://               

  Pandangan tentang Perkembangan Politik Indonesia

Sekitar topik dan perkembangan politik di tanah air, Zubir Amin selalu mengikuti dengan penuh perhatian. Bahan bacaan  dan siaran berita tv, seperti CNN, BBC juga menjadi bagian dari  kehidupan hariannya, sehingga  beliau dapat menjelaskan dengan baik perkembangan politik di tanah air dan juga pertanyaan dari Redaksi Buletin PPI Prancis sekitar tema edisi ini. Berikut kutipan pendapat Konjen tentang topik dan perkembangan politik Indonesia:

 

Red: Bagaimana pendapat Bapak tentang adanya ungkapan bahwa sejarah telah berulang kembali di Indonesia? Hal ini dapat dilihat dari kepimpinan nasional yang menekankan pada figur personal, sementara sistem di tingkat bawah tidak berjalan semestinya?

Zubir Amin (ZA):  Saya berpendapat sejarah mana yang telah berulang, karena sejarah  itu merupakan  proses yang berkesinambungan  yang tidak pernah terputus. Bahwa dalam  alur-alur sejarah itu  ada hal-hal yang kurang baik untuk jaman berikutnya adalah sah-sah saja.  Namun saya berpendapat sejarah tidak pernah terputus. Mengenai kepemimpinan nasional sekarang ini  yang seolah-olah terdapat penekanan terhadap figur personal, saya melihat bahwa hal itu merupakan salah satu proses  perkembangan demokrasi yang sedang kita kembangkan. Sudah barang tentu  karena selama  32 tahun kita terpasung dalam masalah demokrasi ini, dan sekarang (masa reformasi) dibuka seluas-luasnya  untuk berkembang, tentu menimbulkan ekses-ekses  dalam perkembangan demokrasi itu sendiri.

Saya melihat  bahwa pada tingkat bawah, kalau kita mengacu pada sistim politik tingkat daerah, justru  pada tingkat bawah sedang dikembangkan oleh pemerintah daerah  agar DPRD tingkat kabupaten dapat mengembangkan dirinya dan menampung aspirasi masyarakat terutama para pemilihnya.

Red: Selama 32 tahun Indonesia di bawah pemerintahan Orde Baru mengalami masa sentralisasi dan otokrasi sehingga kebebasan individu terkekang dan pers pun terkebiri. Adanya reformasi, nafas demokrasi hidup kembali dan otonomi daerah mendapat angin segar, namun situasi ekonomi dan politik malah belum ada perbaikan. Bagaimana pendapat Bapak tentang hal ini? Sebenarnya dimanakah pokok permasalahannya?

ZA: Sebetulnya menurut hemat saya, bukan tidak ada perbaikan ekonomi dan politik,  terutama sejak berhembusnya kesegaran angin reformasi, beberapa perbaikan ekonomi telah dilakukan oleh pemerintah, antara lain perbaikan-perbaikan institusi perbankan dan perdagangan. Mengenai masalah politik memang tampaknya  belum ada perbaikan , seolah-olah  masalah politik itu dimonopoli oleh empat figur  nasional  yaitu Presiden, Wakil Presiden, Ketua MPR dan  Ketua DPR.

Padahal sebenarnya masing-masing empat figur nasional itu dan figur-figur nasional  yang lain, dengan caranya  sendiri  telah mencoba untuk menghidupkembangkan proses demokrasi itu. Namun kadang-kadang keinginan dari figur-figur nasional itu  penyampaiannya oleh pers tidak sesuai dengan apa yang disampaikan oleh yang bersangkutan. Saya kira masalah  pokok sekarang ini adalah bagaimana,  terutama  empat figur nasional dan figur nasional lainnya, dapat mengalahkan ego mereka masing-masing , untuk bersama-sama lebih mengutamakan kepentingan merah putih, bangsa dan tanah air.

Red: Ada yang menyatakan bahwa mantan Presiden Soeharto telah “memutarbalikkan” sejarah Indonesia, seperti pada peristiwa “serangan oemoem satoe Maret”, G30S PKI, Supersemar untuk kepentingan diri pribadi Soeharto. Bagaimana pendapat Bapak tentang pernyataan ini. Apa usaha kita untuk mengklarifikasikan sejarah Indonesia yang benar?

ZA: Mengenai “telah terjadi pemutarbalikan sejarah Indonesia” khusus mengenai “serangan oemoem satoe maret” saya pribadi belum pernah membaca dokumen-dokumen tersebut. Tapi mengenai G30S PKI serta Supersemar saya ingin jadi bertanya pula, bagian mana dari sejarah itu yang diputarbalikkan oleh Pak Harto, karena bagi saya sendiri perisitiwa G30S PKI yang kemudian diikuti keluarnya Supersemar adalah suatu fakta sejarah bahwa PKI telah menghianati persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, tegasnya telah melakukan pemberontakan terhadap negara kesatuan Indonesia yang sah yang berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila. Karena itu agar kita dapat memahami peristiwa G30S ini yang diikuti oleh keluarnya Supersemar harus dilihat pula dari kejadian-kejadian (situasi politik) yang mendahului peristiwa itu terjadi. Dari kacamata saya pribadi, saya melihat bahwa PKI dengan segala ormas mantelnya telah melakukan segala cara untuk menghancurkan lawan-lawan politiknya terutama ulama Islam, dan jangan lupa PKI pun telah berusaha untuk mengoyang kesatuan yang terdapat dalam tubuh TNI antara lain dalam peristiwa Bandar Betsi di Medan. Tanpa menyelami peristiwa-peristiwa yang mendahului peristiwa G30S ini maka akan sulit untuk mengklarifikasi sejarah Indonesia yang benar, namun akan menjadi mudah kalau memahami peristiwa-peristiwa yang mendahuluinya.

Red:  Bagaimana Pendapat Bapak tentang polemik sekitar Memorandum I, dan akan dilanjutkan dengan memorandum II dengan dilema-dilema yang akan terjadi?

ZA: Pandangan saya tentang polemik Memorandum I, yang sudah dijawab oleh Presiden, saya kira harus ada kompromi antara Presiden dan DPR. Hendaknya DPR menghormati  kesediaan Presiden untuk menjawab  memorandum tersebut, dan karena itu DPR diminta pula kebesaran jiwanya bahwa keinginannya telah terpenuhi.

Red: Bagaimana Bapak menjelaskan terjadinya front atau garis konflik yang terjadi di masyarakat sehubungan dengan keputusan memorandum DPR?

ZA: Masalah  terjadinya front atau garis konflik  yang terjadi di kalangan masyarakat sehubungan dengan Memorandum DPR seperti yang Saudara tanyakan, saya dapat mengatakan  bahwa hal itu wajar-wajar saja, karena  bagaimanapun juga DPR sampai ke Memorandum  juga telah menggalang massa. Sudah tentu pihak pemerintah/ Presiden juga sah-sah saja untuk menggalang kekuatan menghadapi Front DPR tersebut.

Sebagai seorang demokrat saya sangat menyayangkan terjadinya penggalangan front, baik oleh DPR maupun oleh Presiden, karena dalam proses demokrasi adalah tidak elegan menggunakan kekuatan massa menekan  pihak lawan. Esensi demokrasi  harus menikmati perbedaan itu dan bersama-sama mencari pemecahan masalah itu. 

Kesan dan Pesan untuk PPI Prancis

Khusus tentang aktivitas PPI Prancis, sangat positif, khususnya dalam mendukung kegiatan KJRI dalam promosi citra dan budaya Indonesia. Seperti PPI Toulouse yang mengikuti Pameran Bahasa Sedunia dan La Journée Indonésienne; PPI Montpellier mengadakan Pameran Budaya dan makanan Indonesia, juga Lembaga Persahabatan Prancis Indonesia Montpellier mengadakan Malam Indonesia. Kegiatan PPI tersebut selalu mendapat dukungan dari KJRI, bahkan dihadiri oleh Konjen dan Staf.

Konjen berharap agar PPI (mahasiswa dan pelajar Indonesia) secepatnya menyelesaikan tugas belajarnya di Prancis, kemudian membawa pulang bekal ilmu tersebut untuk diabdikan dan diaplikasikan di negara kita tercinta yang saat ini sangat membutuhkan pemikiran konstruktif  untuk membebaskan diri dari himpitan krisis ekonomi yang berkepanjangan. “Last but not least”, lanjut beliau, jika mungkin para ‘cream de la cream’   bangsa Indonesia itu  cukup membawa ilmunya saja ke tanah air, atau dengan kata lain bagi mereka yang masih bujangan sebaiknya  membagi kebahagiaan hidupnya  dengan  calon teman hidup  yang  sebangsa dan se tanah air.  Ini hanya saran, karena jodoh merupakan misteri tersendiri, papar beliau mengakhiri wawancara ini.

Perbincangan dengan Bapak Zubir Amin, Konjen RI di Marseille sangat menarik apalagi dengan ungkapan seloroh spontan beliau yang selalu membuat kami siap untuk menjawabnya. Namun, karena keterbatasan waktu, maka belum semua informasi bisa kita gali dari Buya. Selamat bertugas Buya! Semoga pada kesempatan mendatang kita bisa berbincang lebih jauh! **

(Tim Buletin PPI Prancis, Herman Munaf, Akhir April 2001)**

 

 

 

Dimuat koran Padang Edisi 3 Tahun I

Tanggal 16-30 Nopember 2001

Rubrik : Sosok & Kurenah

 

Drs Zubir Amin, 'Wali Nagari' di Marseille:
Bahaso Inggirih Awak Kian Ta-anyak!

Sepuluh tahun terakhir, bidang diplomasi makin dijauhi generasi Minangkabau. Padahal, sebagaimana pernah dikemukakan mantan Duta Besar RI untuk Jerman, Prof. Hasyim Djalal, MA, profesi diplomat merupakan salah satu keunggulan generasi sebelumnya. Sebut saja Haji Agus Salim, Sutan Muhammad Rasyid, Sutan Pamuncak, Tanzik dll. Mereka adalah jago-jago Indonesia di jalur diplomasi.

Kenyataan itu pun diakui Drs Zubir Amin, diplomat Minang asal Padusunan, Padang Pariaman yang sejak dua tahun lalu, dipercaya oleh pemerintah RI untuk menjadi Konsul Jenderal untuk wilayah Perancis Selatan, berkedudukan di Marseille. "Ambo binguang, bahaso Inggirih anak Minang kini iyo bana ta-anyak," kata pria kelahiran Pariaman, 26 Juli 1940 ini kepada Syafruddin Al dari Koran Padang dalam wawancara lewat internet beberapa waktu lalu.

Akan halnya "Ajo" Zubir sendiri yang menyebut dirinya sebagai "Wali Nagari' di Marseille itu, semasa kecil juga mengaku bercita-cita menjadi seorang dokter. Setamat SMA, ia masuk Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI (tamat 1970), dan kemudian bekerja di Departemen Agama.

Tapi, karena terdorong kagum pada Bung Karno, Bung Hatta, Agus Salim, dll, ayah dari 5 anak yang beristrikan putri tanah rencog, Aceh, Cut Indria Marzuki ini, bergabung ke Departemen Luar Negeri (Deplu) tahun 1973. Baru pada tahun 1976/1977, resmi mengecap pendikan sebagai diplomat, yaitu Sekolah Dinas Luar Negeri III, Sekolah Staf Dinas Deplu VII, dan Sekolah Staf dan Pimpinan Deplu angkatan XIII.

Karir Sutan Zubir Amin dengan gelar adat Datuk Rajo Jambi dari suku Mandailiang dan masih merupakan keturunan Anggun Nan Tungga Magek Jabang, terus menggeliat. Ini tentu berkat pemahamannya dengan bahasa asing, dan profesi sebagai diplomat tersebut. Tahun 1974, ia sudah menjadi Kepala Seksi Eropa I di Direktorat Hubungan Sosial Budaya, Ditjen Hubungan Ekonomi Sosbud Luar Negeri di Pejambon (Markas Deplu), Jakarta.

Penggemar silek Minang itu baru merangkak ke luar negeri sebagai diplomat ketika tahun 1979-1982 diangkat menjadi Kepala Sub Bidang Ekososbud, KBRI Tananarive, Madagaskar. Sebelum pulang kandang tahun 1984, ia memegang jabatan yang sama di KBRI Ankara di Turki. Dan, selepas menjadi Kepala Sub Direktorat Tenaga Asing Direktorat Konsuler (1984-1986), Zubir bertugas di KJRI Hongkong sebagai kepala bidang penerangan selama empat tahun.

Pulang kembali ke Tanah Air menjadi Kepala Sub Direktorat Amerika Tengah dan Selatan di Direktorat Amerika, pengagum berat The Grand Old Man Haji Agus Salim itu ditugaskan ke Cina sebagai Kepala Bidang Politik. Hubungan diplomatik Cina-Indonesia saat itu baru saja dibuka kembali. Tahun 1997 sampai 2000, diangkat jadi Kepala Pusat Dokumentasi dan Perpustakaan, Balitbang, Deplu dan kemudian menjadi Sekretaris Balitbang. "Panjang pulo riwayaik awak jadi kapalo-kapalo taruih. Kiniko ha, jadi Kapalo Nagari pulo di Marsaille. Kamarilah kamanakan, iyo bana taragak den bacaruik-caruik caro Piaman tu," kata Ajo Zubir dalam pembicaraan telepon dengan Syafruddin Al, Maret lalu dari KJRI Marseille ke KBRI di Paris.

Drs Zubir Amin yang di kampungnya akrab dipanggil Mak Uncu karena merupakan putra bungsu seorang ulama di Pariaman yang pernah jadi murid Inyiak Padang Japang, Haji Tuanku Amin, juga ipar kandung KH Muhammad Dahlan, Ketua PBNU yang pernah menjadi Menteri Agama tahun 1967. Istri M Dahlan, Hj Aisyah Amin adalah kakak kandung Zubir Amin. Berikut petikan wawancara salah seorang mantan Ketua Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) Jakarta Raya ini lewat e-mail.

Mengapa generasi muda Minang sekarang kurang tertarik ke jalur diplomat?

Soal minat sebenarnya masih tinggi. Tapi kalah bersaing dengan generasi dari daerah lain. Salah satu yang amat memprihatinkan saya, adalah saat mengetes lulusan Unand dan Bung Hatta yang bahasa Inggrisnya payah sekali. Padahal, penguasaan bahasa asing mutlak diperlukan bila ingin masuk Deplu.

Ke depan ini, apa yang bisa dijadikan center of excellence urang awak?

Back to basic dululah. Membangun kampung untuk menjadikannya sebagai pusat pariwisata Indonesia. Seni budaya Minang merupakan daya tarik luar biasa, begitu juga keindahan alamnya. Sejumlah anak Minang yang masih ada di berbagai pelosok dunia, baik sebagai perantau maupun diplomat, harus diajak 'manjua nagari' untuk kepentingan pariwisata itu. Tapi, informasinya tentu harus lengkap. Kalau sampai sekarang program pariwisata Minang belum juga bisa diklik lewat internet, ya, bagaimana mungkin.

Bagaimana hubungan dagang Perancis Selatan dan dengan Indonesia?

Umumnya masih mulus. Yang tanya situasi keamanan, hanya pengusaha-pengusaha yang ingin melakukan kontak dagang saja. Bagi yang sudah lama, amat mengerti bahwa Indonesia sedang menuju proses demokrasi yang lebih baik. Buktinya, selama krisis ekonomi, volume ekspor produk Indonesia ke Marseille tetap stabil dan malah meningkat. Di samping itu, KJRI sendiri di mana saya jadi penanggung jawab juga aktif berpromosi dalam pameran-pameran internasional yang diadakan di Marseille. Kalau pemda dan pengusaha Sumbar mau, saya siap mendukungnya untuk bisa berpromosi di pintu selatan Perancis yang juga salah satu gerbang Uni Eropa ini.

Bagaimana neraca perdagangan kita?

Lumayan. Tahun 2000 tercatat nilai ekspor Indonesia sebesar 605,868 juta francs. Impornya hanya sebesar 215,680 juta francs. Artinya masih surplus dan mengalami peningkatan 4,9 persen dari 578,971 juta francs tahun 1999.

Produk eskpor utamanya apa?

Mebel dan tekstil. Di samping itu baru sepatu, minyak atsiri, cereal, ikan dan udang beku, bumbu-bumbu, sayuran dan buah-buahan.

Saran Ajo?

Kalau Accouistic Minang Tradisional yang pernah ke Belanda Maret lalu jadi ke Marseille, jangan lupa membawa penari dan pesilat Minang. Ajo iyo bana taragak. Kamarilah sakitar April atau Mei. Jan di musim dingin. Jadi es batu, beko. *


 

 

Reply via email to