Server mailing list RantauNet berjalan atas sumbangan para anggota, simpatisan dan semua pihak yang bersedia membantu. Ingin menyumbang silahkan klik: http://www.rantaunet.com/sumbangan.php ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Simakobu, Lutung Pesek dari Mentawai Sumber: Sinar Harapan Senin, 6 Oktober 2003 Tak ubahnya dengan manusia, primata punya beragam wajah. Cirinya juga lucu-lucu, bermuka lebar, ada yang berhidung panjang sampai berhidung pesek. Contohnya bekantan (Nasalis larvatus) di Kalimantan yang terkenal sebagai monyet berhidung mancung. Sedang primata berhidung pesek lihatlah di Kepulauan Mentawai, simakobu namanya. Para peneliti menjulukinya monyet berhidung pesek. Bekantan dan simakobu kalau diurut-urut masih bersaudara dekat walau mereka dipisahkan oleh jarak ribuan kilometer. Selain masih bersaudara, nasibnya sama-sama tak beruntung. Keduanya selalu tersisih, terusir dari tempat hidupnya dan pelan tapi pasti berujung pada kepunahan dari muka bumi. Simakobu adalah primata yang unik. Monyet yang masih termasuk kelompok lutung ini punya ekor yang berbeda dengan jenis-jenis lutung lainnya. Ekor pemilik nama Latin Simias concolor sangat pendek, kurang lebih sepertiga dari panjang tubuhnya (80 – 130 mm). Gara-gara ekor yang pendek itu, simakobu punya nama Inggris pig-tailed langur. Panjang tubuh simakobu sendiri antara 450 – 525 mm, dengan berat badan sekitar 6 – 9 kg. Badan pelahap pucuk daun, bunga, buah dan beberapa jenis serangga kecil itu ditandai dengan warna cokelat gelap keabu-abuan. Warna rambut pada jambul kepala dan bahu lebih gelap. Kaki dan tangannya berwarna kehitam-hitaman. Bila lebih jeli, bentuk tubuh monyet berwajah hitam ini mirip dengan beruk (Macaca nemestrina). Menurut Edi Hendras W. dari Conservation International Indonesia (CII), simakobu memiliki bantalan pantat (Ischial callosity) besar dan berwarna hitam. Yang jantan, bantalan pantat ini tidak terpisah sedang yang betina terpisah oleh suatu celah yang sempit. Simakobu tersebar luas di Kepulauan Mentawai, terutama di pulau-pulau utama seperti Pagai Utara dan Pagai Selatan, Sipora dan Siberut. Simakobu merupakan satwa endemik Mentawai. Di sini, ada tiga primata endemik lainnya, yaitu bilou (Hylobates klossi), bokoi (Macaca pagensis) dan joja (Presbytis potenziani). Edy Hendras yang kenyang pengalaman soal primata ini mengatakan bahwa simakobu bisa ditemui pada hutan dataran rendah, hutan rawa dan hutan perbukitan. Mereka ini tak hidup di daerah mangrove ataupun hutan sekunder dataran rendah. Di tempat tinggalnya, Anda akan mendapati mereka dalam kelompok kecil. Kelompok ini terdiri atas satu jantan dewasa, satu ekor betina dewasa dan beberapa ekor anak. Jumlah anggota tiap kelompok berkisar antara 2 – 5 ekor. Luas daerah jelajah tiap kelompok sekitar 20 hektar. ”Simakobu jarang mengeluarkan suara. Kalau mereka berpindah tempat, itu dilakukan dengan lamban dan tenang,” sebut Edy Hendras. Kemungkinan cara ini untuk menghindari ancaman bahaya. Pasalnya, primata ini jarang mengeluarkan tanda bahaya. Para pemburu sering mendapatkan hasil buruannya berkelamin betina. Ini yang membuat gusar. (bay) ===== Lautan Sati Rantau Batuah Sutan Palito Alam __________________________________ Do you Yahoo!? The New Yahoo! Shopping - with improved product search http://shopping.yahoo.com ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Ingin memasarkan produk anda di web RantauNet http://www.rantaunet.com Hubungi [EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED] ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php ---------------------------------------------------- Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php ========================================