Server mailing list RantauNet berjalan atas sumbangan para anggota, simpatisan dan 
semua pihak yang bersedia membantu. Ingin menyumbang silahkan klik: 
http://www.rantaunet.com/sumbangan.php
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Bupati dan Wali Kota di Sumbar Diduga Terlibat
Penebangan Liar

Sumber: Media Indonesia 
Jumat, 7 November 2003 

Gubernur Sumatra Barat (Sumbar) Zainal Bakar
menyatakan sejumlah bupati dan wali kota di daerahnya,
diduga kuat terlibat dalam berbagai kasus penebangan
hutan secara liar. Pernyataan itu diungkapkan Zainal
Bakar usai acara berbuka puasa bersama Ketua DPRD,
ketua organisasi kemasyarakatan (ormas), dan
organisasi sosial politik (orsospol) di gubernuran
Sumbar, Selasa (4/11). Menurut Zainal, bencana alam
yang terjadi di kawasan wisata Bahorok, Kabupaten
Langkat, Sumatra Utara (Sumut), setiap saat bisa
terjadi di Sumbar. Sebab, praktik penebangan liar di
Ranah Minang, hingga kini terus berlangsung. Dia
menyebutkan, masyarakat Sumbar sudah sangat trauma
dengan berbagai bencana alam banjir dan tanah longsor,
yang disebabkan pembabatan hutan secara liar oleh
pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Ketika
didesak siapa nama bupati dan wali kota yang terlibat
pembabatan hutan di Sumbar, Gubernur Zainal Bakar
dengan halus menyatakan, "Tidak perlu saya sebutkan
satu per satu, wartawan juga sudah tahu. Yang jelas
bupati dan wali kota ada yang terlibat pembabatan
hutan di daerah ini." Berdasarkan catatan Media,
beberapa bencana besar pernah terjadi di Sumbar dengan
korban jiwa cukup besar. Di antaranya bencana longsor
(galodo) di Sungai Sariak, Baso, Kabupaten Agam, dan
Pasir Laweh Kabupaten Tanah Datar (1979) dengan korban
tewas 50 orang lebih. 

Bencana alam Bukit Tui Padang Panjang saat Ramadan
1987 dengan korban jiwa meninggal dunia 132 orang.
Kemudian bencana alam galodo akibat pembabatan hutan
di Muara Labuh, Solok Selatan (1995), Bencana tanah
longsor di Bukit Lantiak, Kota Padang (2000). Bencana
alam galodo di Calau (Pesisir Selatan) dan Malalo
(Tanah Datar) pada 2001 dengan korban tewas sekitar
150 orang. Kabupaten Solok dan Kota Solok merupakan
dua wilayah yang paling sering dilanda bencana banjir.
Banjir terakhir yang melanda kedua daerah itu terjadi
pada pertengahan 2003 lalu. Akibat bencana itu
sejumlah rumah dan fasilitas umum seperti jalan serta
jembatan rusak berat. Sementara itu, Kepala Biro Humas
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumbar Yuen Karnova
kepada Media, kemarin, menjelaskan untuk menegur para
bupati/wali kota di Sumbar, gubernur telah menulis
surat No 52211/1127 tertanggal 26 Agustus 2002. Isi
surat itu mengimbau para bupati/wali kota untuk
mengawasi dan sekaligus menghentikan segala bentuk
penebangan hutan secara liar, guna menghindari
terjadinya bencana alam yang akan menyengsarakan
masyarakat. Akibat penebangan liar di sejumlah daerah,
kata Zainal Bakar, hutan yang merupakan kekayaan
Sumbar telah banyak yang rusak parah. Dampak
langsungnya adalah bencana banjir dan galodo yang
merenggut ratusan jiwa rakyat miskin. 

Lingkaran setan
Pemprov Sumbar, kata Zainal, cukup kewalahan
menghadapi aksi perusakan hutan tersebut. Penebangan
liar tidak hanya melibatkan para bupati/wali kota yang
seharusnya menjadi garda terdepan pengamanan hutan,
tapi pemuka masyarakat dan aparat penegak hukum juga
ikut andil."Kasusnya sudah seperti lingkaran setan.
Mata rantainya sangat sulit diputus karena banyak
elemen masyarakat yang terlibat. Para pengusaha dan
cukong kayu tinggal mengeruk keuntungan dari
keterlibatan mereka yang seharusnya jadi pengawas dan
pencegah pencurian kayu," kata Zainal Bakar
geram.Sejumlah daerah yang kerusakan hutannya sangat
parah adalah kawasan hutan di Kabupaten Solok,
Kabupaten Sawahlunto Sijunjung, Kabupaten Pesisir
Selatan, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Pasaman.
Daerah tersebut merupakan langganan bencana alam
banjir dan tanah longsor dengan korban jiwa manusia
sangat besar.Namun, apakah benar para bupati daerah
itu yang dimaksud Zainal Bakar terlibat langsung atau
berada di belakang kasus penebangan liar, belum
diketahui secara pasti. Banyak pihak mendesak gubernur
untuk tunjuk hidung saja terhadap mereka yang diduga
kuat terlibat. 
Sedangkan untuk melakukan tindakan kepada bupati atau
wali kota yang diduga terlibat, Gubernur mengaku tidak
mempunyai kewenangan, karena otonomi daerah. Gubernur
tidak memiliki jalur komando ke bupati dan wali kota,
melainkan hanya koordinasi.Bupati Solok Gamawan Fauzi
yang dihubungi Media di kantornya, kemarin, sedang di
luar daerah. Menurut sekretarisnya, bupati sedang
berada di Jakarta. Begitu pula wakil bupati dan
sekretaris daerah kabupaten juga sedang berada di
Jakarta."Tidak ada yang bisa memberi keterangan soal
itu, karena Pak Bupati, Wabup, serta Pak Sedakab
sedang berada di Jakarta. Kepala Dinas Kehutanan
Darmanuga tidak di tempat," kata Sespri Bupati Solok
Sutrimo. Gatot Santoso/N-2 

 





=====
Lautan Sati Rantau Batuah
 
Sutan Palito Alam



__________________________________
Do you Yahoo!?
Protect your identity with Yahoo! Mail AddressGuard
http://antispam.yahoo.com/whatsnewfree
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Ingin memasarkan produk anda di web RantauNet http://www.rantaunet.com 
Hubungi [EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
----------------------------------------------------
Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
========================================

Kirim email ke