Ridha..Kegagalan terbesar kita memahami kehidupan beragama dan bernegara adalah terkait dengan mereduksi pemahaman sebatas berorientasi pada aspek legal-formal semata. Sehingga kalau menyinggung aspek bernegara dan ditanya bagaimana kesejahteraan dan ekadilan dapat tercipta dimasyarakat jawabannya selalu taat Pada Tuhan dengan menegakkan kalimat Alloh. Tapi bagaimana bentuk taat dan menegakkan kalimat Alloh tersebut hanya dipahami secara formal. Kita selalu terperangkap pada legalitas, bahwa orang yang saleh, manusia yang baik, insan yang kamil adalah manusia yang memenuhi kewajiban formal seperti Sholat, puasa, zakat, Qurban. Orang dikatakan taat apabila melakukan haji berulang ulang sementara di sekelilingnya banyak aksi2 sosial yang mungkin saja pahalanya lebih besar daripada sekedar naik haji berulang ulang. Menurut saya kesalehan itu tidak diukur dari ritual formal melainkan kesalehan sosial.
Tentu Ridha masih ingat kisah Nabi Musa yang diuji oleh Nabi Khidir untuk menyebutkan perbuatan yang imbalannya langsung diberi oleh Tuhan. Musa menjawab Sholat, puasa, haji lalu khidir mengatakan itu salah. Menurut khidir hal itu adalah kewajiban manusia. Yang benar adalah ketika kamu memberikan pakaian kepada orang telanjang (tidak mampu), memberikan makan kepada orang kelaparan, dan ketika kamu membebaskan orang yang dizalimi. Disitulah letak apa yang saya sebutkan sebelumnya bahwa hukum tertinggi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara adalah kesejahteraan masyarakat. Dan disana jugalah peran negara bangsa yang kita kenal saat ini dan Ridha juga termaktub didalamnya. Kita tidak usah berdebat mengenai negara Islam karena belum ada contoh negara Islam yang ebnar benar baik dimuka bumi ini. Kita sering mendengar klaim bahwa madinah semasa Rasulullah adalah wujud ideal sebuah negra Islam, tapi bagaimana kita membandingkan madinah ketika itu dengan negara saat ini ? ketika penduduk Madinah hanya sekian ribu orang bagaimana kita menyebut itu adalah sebuah negara ? sementara indonesia saja sudah melewati 200 juta orang. Dan ingat Rasululloh pun tidak pernah menyebut bahwa beliau adalah kepala negara. Saya rasa kita perlu meninjau ulang kembali doktrin doktrin yang sebagian ebsar kita percayai saat ini. kewajiban orang Isilam adalah menciptakan suatu kehidupan yang sejahtera. Itulah konsep Rahmatan lil alamin. Umat islam ibarat lebah yang memberikan manfaat pada segenap kehidupan, apakah kafir atau muslim. Kalau dipisah pisahkan berarti menentang logika dakwah itu sendiri. Salam Ben ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ----- Original Message ----- To: Sent: Thursday, April 26, 2007 10:49 PM Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: Boris Yeltsin > > Hmm, hukum tertinggi adalah kesejahteraan rakyat ya? Jadi memang > syara' makin dipinggirkan atau bahkan disingkirkan saja. > > Kenapakah tidak tersebut negara ideal itu adalah yang menegakkan > kalimat Allah? Ketika mencari persamaan kenapa berpaling ke kebangsaan > padahal ada ikatan yang lebih kuat? Ikatan iman harusnya lebih kuat > daripada ikatan darah. > --------------------------------- Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell? Check outnew cars at Yahoo! Autos. --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet Daftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---