Assalamualaikum w.w. Adinda Prof K Suheimi,

Sungguh saya sangat terharu membaca kisah yang sangat
tragis ini, yang menunjukkan betapa pentingnya kita
memperhatikan hak anak untuk memperoleh kasih sayang
ibunya, yang tidak akan tergantikan oleh siapapun
juga. Juga tidak oleh 'baby sitter' yang paling piawai
sekalipun. Penyesalan sang ibu yang terlalu
mementingkan karir, dan secara efektif mengabaikan
puteranya, tidak ada gunanya lagi.

Kadang-kadang saya bertanya dalam hati saya, bukankah
sesungguhnya peran sebagai seorang ibu itu adalah
suatu karir juga, yang layak ditekuni dengan
sungguh-sungguh dan diberi penghargaan yang layak ?
Salam hormat saya untuk seluruh kaum ibu yang telah
menunaikan tugas beratnya itu dengan ikhlas, tekun,
dan penuh kasih sayang. Kaum bapak tidak akan mungkin
mampu melakukan hal yang sama dengan penanangan oleh
para ibu.

Wassalam,
Saafroedin Bahar

--- suheimi ksuheimi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

>  
>   Mandikan aku Bunda
>    
>   Saya terenyuh membaca sebuah kisah sedih di
> internet, sebagai bahan renungan untuk kita bersama.
>   Moga² kita sebagai calon / orang tua dari seorang
> anak yang diatas
> namakan buah cinta kasih, tidak
> mengalaminya...........Ini ada kisah sedih tentang 
> kehidupan kita sebagai seorang ibu dan wanita karir,
> semoga dapat diambil  hikmahnya baik yang sudah
> berkeluarga maupun yang masih single. Saya hanya 
> ingin bertutur tentang seorang sahabat saya. Sebut
> saja Rani namanya.
> Semasa  kuliah ia tergolong berotak cemerlang dan
> memiliki idealisme yang tinggi.  Sejak awal, sikap
> dan konsep dirinya sudah jelas : meraih yang
> terbaik, baik itu dalam bidang akademis maupun
> bidang profesi yang akan digelutinya. Ketika
> Universitas mengirim kami untuk mempelajari Hukum
> Internasional di Universiteit Utrecht, di negerinya
> bunga tulip, beruntung Rani terus
> melangkah. Sementara saya, lebih memilih menuntaskan
> pendidikan
> kedokteran dan berpisah dengan seluk beluk hukum dan
> perundangan. Beruntung pula, Rani mendapat
> pendamping yang "setara " dengan dirinya, sama-sama
> berprestasi,  meski berbeda profesi. Alifya, buah
> cinta mereka lahir ketika Rani baru saja diangkat
> sebagai staf Diplomat bertepatan dengan tuntasnya
> suami Rani meraih PhD. Konon nama putera mereka itu
> diambil dari huruf pertama hijaiyah "alif" dan huruf
> terakhir "ya", jadilah nama yang enak didengar :
> Alifya. Tentunya filosofi yang mendasari pemilihan
> nama ini seindah namanya pula. Ketika Alif,
> panggilan untuk puteranya itu berusia 6 bulan,
> kesibukan Rani semakin menggila saja. Frekuensi
> terbang dari satu kota ke kota lain dan dari
> satu negara ke negara lain makin meninggi. Saya
> pernah bertanya , Tidakkah si Alif terlalu kecil
> untuk ditinggal ?" Dengan sigap Rani menjawab :
> "Saya sudah mempersiapkan segala sesuatunya.
> Everything is ok. "Dan itu betul-betul ia buktikan.
> Perawatan dan perhatian anaknya walaupun lebih
> banyak dilimpahkan ke baby sitter betul-betul
> mengagumkan. Alif tumbuh menjadi anak yang lincah,
> cerdas dan pengertian. Kakek neneknya selalu
> memompakan  kebanggaan kepada cucu semata wayang itu
> tentang ibu-bapaknya. "Contohlah ayah-bunda Alif
> kalau Alif besar nanti." Begitu selalu nenek
> Alif,ibunya Rani bertutur disela-sela dongeng
> menjelang tidurnya. Tidak salah memang. Siapa yang
> tidak ingin memiliki anak atau cucu yang berhasil
> dalam
> bidang  akademis dan pekerjaannya. Ketika Alif
> berusia 3 tahun, Rani  bercerita kalau Alif minta
> adik. Waktu itu, Ia dan suaminya menjelaskan dengan
> penuh kasih-sayang bahwa kesibukan mereka belum
> kemungkinkan untuk menghadirkan seorang adik buat
> Alif. Lagi-lagi bocah kecil ini "dapat memahami"
> orang tuanya.
> Mengagumkan memang. Alif bukan tipe anak yang suka
> merengek. Kalau  kedua orang tuanya pulang larut, ia
> jarang sekali ngambek. Kisah Rani,Alif selalu
> menyambutnya dengan penuh kebahagiaan. Rani bahkan
> menyebutnya  malaikat kecil. Sungguh keluarga yang
> bahagia, pikir saya. Meski kedua orang tua sibuk,
> Alif tetap tumbuh penuh cinta. suatu hari, menjelang
> Rani berangkat ke kantor, entah mengapa Alif menolak
> dimandikan baby-sitternya." Alif ingin bunda
> mandikan." Ujarnya. Karuan saja Rani yang dari detik
> ke detik waktunya sangat diperhitungkan, menjadi
> gusar. Tak urung suaminya turut membujuk agar Alif
> mau mandi dengan tante Mien, baby-sitternya.
> Peristiwa ini berulang sampai hampir sepekan,"
> Bunda, mandikan Alif " begitu setiap pagi. Rani dan
> suaminya berpikir, mungkin karena Alif sedang dalam
> masa peralihan ke masa sekolah jadinya agak minta
> perhatian. Suatu sore, saya dikejutkan telponnya
> Mien, sang baby sitter. " Bu dokter, Alif demam dan
> kejang-kejang. Sekarang di Emergency". Setengah
> terbang, saya pun ngebut ke UGD. But it was too
> late. Allah sudah punya rencana lain. Alif, si
> Malaikat kecil keburu dipanggil pemiliknya. Rani,
> bundanya tercinta, yang ketika diberi tahu sedang
> meresmikan kantor barunya, shock berat. Setibanya di
> rumah, satu-satunya keinginan dia adalah memandikan
> anaknya. Dan itu memang ia lakukan, meski setelah
> tubuh si kecil terbaring kaku."Ini bunda,Lif. Bunda
> mandikan Alif." Ucapnya lirih, namun teramat pedih.
> Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil,
> kami masih berdiri mematung. Berkali-kali Rani,
> sahabatku yang tegar itu berkata, " Ini sudah
> takdir, iya kan ? Aku di sebelahnya ataupun di
> seberang lautan, kalau sudah saatnya, dia pergi juga
> kan ? ". Saya diam saja mendengarkan. "Ini
> konsekuensi dari sebuah pilihan." lanjutnya
>  lagi, tetap tegar dan kuat. Hening sejenak. Angin
> senja berbaur aroma kamboja. Tiba-tiba Rani
> tertunduk. " Aku ibunya !" serunya
> kemudian," Bangunlah Lif. Bunda mau mandikan Alif.
> Beri kesempatan bunda sekali lagi saja, Lif".
> Rintihan itu begitu menyayat. Detik berikutnya ia
> bersimpuh sambil mengais-kais tanah merah...
> 
> 
>   Untuk itu inginm saya petikkan sebuah Firman suci
> Nya dalam Al Qur'an 
>   Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama
> dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
> menyempurnakan pernyusuan. Dan kewajiban ayah
> memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan
> cara yang ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan
> menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang inu
> menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang
> ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban
> demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum
> dua tahun) dengan kerelaan kkeduanya dan
> permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya.
> Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang
> lain, maka tidak ada dosa bagimu bila kamu
> memberikan pembayaran menurut yang patut.
> Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa
> Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS.
> 2:233)
> 
>             
> ---------------------------------
> Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell?
>  Check outnew cars at Yahoo! Autos.
>
> 
> 



       
____________________________________________________________________________________Sick
 sense of humor? Visit Yahoo! TV's 
Comedy with an Edge to see what's on, when. 
http://tv.yahoo.com/collections/222

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]

Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet
Tapi harus mendaftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount dengan 
email yang terdaftar di mailing list ini.
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke