Assalamu'alaikum wr wb;

Memang babarapo wakatu balakangan ko ,mungkin dek umue makin batambah awak
makin manyadari mirip jo isi puisi W S Rendra.Kok di pikie2 aa bana nan kan
dipaanggak an.Sadonyo dapek dari YANG MAHA KUASO;kok  cadiek bana awak,kok
kayo bana awak,kok rancak bana atau kok gagah  bana awak,sadonyo kan dari
nan MAHA KUASO.Iyo memang labieh tapek kalau awak bersyukur dan kalau awak
bersyukur malah dijanjikan akan ditambah nikmat oleh YANG MAHA KUASA.Dan itu
betul2 diungkan dari sanubari


Wassalam;


H M.

On 5/25/07, Darius_N <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>  *Assalamualikum WW.*
> **
> Bersama ini saya  sampaikan renungan Akhir pekan untuk kita semua semoga
> bermanfaat.
>
> Subject: [ PERMAINAN ..... SERIUS!]
>
>
>  ..., sebuah syair ringan dari WS. Rendra....,luangkan waktu sejenak buat
>  baca nih rubrik.., setelah itu boleh didelete ya.....
>
>  ' Selamat berakhir pekan ....!!~
>
> PERMAINAN ..... SERIUS!
>
> Seorang guru wanita dengan bersemangat mengajarkan sesuatu kepada
>  murid-muridnya. Ia duduk menghadap murid-muridnya. Di tangan kirinya
>  ada kapur, di tangan kanannya ada penghapus. Guru itu berkata, "Saya
>
>  punya satu permainan. Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur,di
> tangan
> kanan ada penghapus. Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah
>  "Kapur!",
> jika saya angkat penghapus ini, maka katalah "Penghapus!"
> Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Guru berganti-gantian
>  mengangkat antara kanan dan kiri tangannya, semakin lama semakin
>  cepat.
>
> Beberapa saat kemudian guru kembali berkata, "Baik sekarang perhatikan.
>
> Jika saya angkat kapur, maka sebutlah "Penghapus!", jika saya angkat
>  penghapus, maka katakanlah "Kapur!". Dan diulangkan seperti tadi.
>  Tentu
> saja murid-murid tadi banyak yang keliru dan kikuk, dan sangat sukar
>  untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan
> tidaklagikikuk.
> Selang beberapa saat, permainan berhenti.
>
> Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya. "Anak-anak, begitulah
>  kita umat Islam. Mulanya yang haq itu haq, yang batil itu batil.
>  Kita begitu jelas membedakannya. Namun kemudian, musuh-musuh kita
> memaksakan kepada kita dengan perbagai cara, untuk menukarkan sesuatu,
> dari
> yang haq menjadi batil, dan sebaliknya. Pertama-tama mungkin akan sukar
> bagi
> kita menerima hal tersebut, tapi karena terus disosialisasikan dengan
> cara-caramenarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kita akan terbiasa
> dengan
> halitu. Dan kita mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kita tidak pernah
> berhenti membalik dan menukar nilai dan etika. "Keluar berduaan,
>  berkasih-kasihan atau berpacaran tidak lagi menjadi suatu masalah, Zina
> tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi  menjadi hal yang lumrah, tanpa
> rasa malu, sex
> sebelum nikah menjadi suatu kebiasaan dan trend, hiburan yang asyik dan
> panjang sehingga melupakan yang wajib adalah biasa, materialistik
>  kini menjadi suatu gaya hidup dan lain lain."
> "Semuanya sudah terbalik." lanjutnya, "Dan tanpa disadari, kita
>  sedikitdemi sedikit menerimanya tanpa merasa bahwa itu merupakan satu
> kesalahan dan kemaksiatan. Paham?" tanya Guru kepada murid-muridnya.
> "Paham Bu..."
> "Baik permainan kedua..." begitu Guru melanjutkan. "Ibu ada Qur'an,
>  Ibu akan letakkannya di tengah karpet. Sekarang kamu berdiri di luar
> karpet.
> Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur'an yang ada di
> tengah tanpa memijak karpet?"
> Murid-muridnya berpikir. Ada yang mencuba alternatif dengan tongkat,
>  dan lain-lain.
> Akhirnya Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia
>  ambil Qur'an. Ia memenuhi syarat, tidak memijak karpet.
>
> "Anak-anak, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya... Musuh-musuh
>  Islam tidak akan memijak-mijak kita dengan terang-terang. Karena tentu
> kita
> akan menolaknya mentah mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam
> dihina di hadapan mereka. Tapi mereka akan menggulung kita perlahan-lahan
> dari pinggir, sehingga kita tidak sadar."
> "Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka buatlah pondasi
>  yang kuat.
> Begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat.
> Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau dimulai
>  dengan pondasinya dulu, tentu saja hiasan-hiasan dinding akan
> dikeluarkandulu,terus dipindahkan dulu, lemari dibuang dulu satu persatu,
> baru rumah dihancurkan..."
> "Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Mereka tidak akan
>  menghantam terang-terangan, tapi mereka akan perlahan-lahan
>  meletihkan kita. Mulai dari perangai kita, cara hidup, pakaian dan
> lain-lain, sehingga meskipun kita muslim, tapi kita telah
>  meninggalkan ajaran Isla dan mengikuti cara-cara mereka... Dan itulah
> yang
> mereka inginkan. Ini semua adalah fenomena Ghazwul Fikri (Perang
> Pemikiran).
> Dan inilah yang dijalankan oleh musuh musuh kita.. "
> "Kenapa mereka tidak berani terang-terang memijak-mijak Ibu?" tanya
>  salah seorang muri"Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang,
> misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tapi sekarang tidak
> lagi."
>  "Begitulah Islam... Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan
> sadar,
> akhirnya hancur. Tapi kalau diserang serentak terang-terangan, mereka
>  akanbangkit serentak, baru mereka akan sadar"."Kalau begitu, kita
> selesaikan pelajaran kita kali ini, dan mari
>  berdoa dahulu sebelum pulang..."
> Matahari bersinar terik takala anak-anak itu keluar meninggalkan
>  tempat belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya...Begitu
> pula bagi  para netter, ada apa pula gerangan yang sedang Anda pikirkan.?
> Silahkan dinikmati karya WS.Rendra ini karena sangatterasa indah dan
> menyentuh :
> Seringkali kau berkata,
> ketika orang memuji milikku,bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,bahwa
> mobilku hanya titipan Nya, bahwa rumahku hanya titipan Nya,bahwa hartaku
> hanya titipan Nya,bahwa putraku hanya titipan Nya. Tetapi,mengapa aku tak
> pernah bertanya, mengapa dia menitipkan padaku ? Untuk apa Dia menitipkan
> ini
> padaku ? Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya
> ini
> ? Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ?
>
> Mengapa hatiku justru terasa berat,ketika titipan itu diminta kembali
> oleh-Nya ?
> Ketika semua itu diminta kembali,
> kusebut itu sebagai musibah,
> kusebut itu sebagai ujian,
> kusebut itu sebagai petaka,
> kusebut dengan panggilan apa saja,
> untuk melukiskan bahwa itu derita.
> Ketika aku berdoa,
> kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku
> aku ingin lebih banyak harta,
> ingin lebih banyak mobil,
> lebih banyak rumah,
> lebih banyak popularitas,
> dan kutolak sakit,
> kutolak kemiskin
> Seolah........
> semua "derita" adalah hukuman bagiku.
>
> Seolah.....
> keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti
> matematika.
> aku rajin beribadah,
> maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
> dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
> Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang,
> dan bukan Kekasih...
> Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku"
> dan menolak keputusanNya yang tak sesuai
> keinginanku.
> Gusti......,
> padahal tiap hari kuucapkan,
> hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah.....
> Ketika langit dan bumi bersatu,
> bencana dan keberuntungan tidak ada bedanya.
> (WS Rendra)
> *Wssalamualikum WW.*
> *Darius Nurdin*
>
> >
>

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]

Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet
Tapi harus mendaftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount dengan 
email yang terdaftar di mailing list ini.
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke