yup sampai itu setuju bang...
   
  lagi pula kita tidak sedang berbicara rumah saya ataupun rumah abang... 
   
  permasalahannya apakah orang tersebut berkembang secara baik, tidak 
berkembang dengan kedip kiri kedip kanan...
   
  klo iya baik, maka teori friedman berada dalam kondisi ideal yang pas...
  tapi klo tidak, mau sekaya dan terpenuhi apapun dirinya... pastilah tidak ada 
namanya pelayanan publik...
   
  klo iya, kenapa sekarang banyak perusahaan berbenahketika regulasi CSR 
(corporate social responsibility) digalakkan... karena memang pada dasarnya 
homo homini lupus... pemanfaatan yang satu bagi yang lain... klo pun dlam kaca 
mata makro banyak pegawai yg dipekerjakan.. . tapi secara mikro, apakah 
pembayaran tep[at waktu, sesuai UMR kah, dzalim apakah tidak...
   
  dan kembali lagi, teori friedman gugur karena kedinamisan sifat manusia...
   
  mau abri, mau pengusaha, mau kalangan akademik, dsb...klo memang tidak punya 
sense of PSR (personal social responsibility ^_^) ya sama saja hasilnya...
   
  salam,
  jabok
   
   
  

benni inayatullah <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
    kalau gak salah dulu kita juga sudah memperbincangakn perihal 
mengatasnamakan kepentingan orang banyak ini bok...
   
  merujuk lagi ke teori milton friedman yang bunyinya kira2 begini, orang yang 
mengejar kepentingan pribadi seringkali sesungguhnya melayani kepentingan 
publik dan orang2 yang mengaku melayani masyarakat sesungguhnya dia melayani 
kepentingan pribadinya sendiri.
   
  bila individu memperbaiki dirinya sendiri, menyejahterakan kehidupannya maka 
tanpa perlu direncanakan akan terbentuk komunitas orang2 baik yang akhirnya 
membentuk masyarakat yang baik pula. sebaliknya kita melihat orang2 yang 
menyatakan melayani kepentingan masyarakat cenderung memperkaya dirinya sendiri 
maka terjadilah KKN yang menyengsarakan masyarakat keseluruhan.
   
  contohnya pengusaha yang sukses dan mempekerjakan banyak orang sesungguhnya 
dia mengejar kepentingan pribadi dulu tapi secara tak langsung dia menyediakan 
lapangan kerja bagi masyarakat...makanya saya sekarang cenderung menyukai 
kalangan pengusaha yang masuk ke wilayah politik. minimal dia tidak mengejar 
kepentingan pribadi lagi karena semua sudah terpenuhi, beda dengan orang yang 
mencari penghidupan lewat jabatan politis tersebut..saya lihat kecenderungan 
pengusaha masuk kewiayah politik ini makin kentara..kita tunggu sajalah 
gebarakan mereka..
   
   
   
  jabok <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
    yup setuju bang...
   
  klo masalah pemerkosaan atas ama etnis itu juga salah bang...
  tapi memfokuskan pada beberapa etnis juga gak bisa dibenarkan bang... 
   
  sebenarnya gak perlu ada mengatasnamakan etnis
  dengan kata d real elite member pasti dengan mudahnya masuk ke masyarakat, 
mudahnya di usung oleh masyarakat, dan akhirnya tak perlu ada yang abang 
sampaikan tadi...
   
  nan terjadi di minang tu memang jamak seperti itu bang...
  "tembak" ajo... bukan masalah sopan... berbuat untuk orang banyak perlu 
didukung... berbicara atas nama orang banyak... weitssss.... tunggu dulu...
   
  masalah pengusungan etnis memang seharusnya gak perlu, sama gak perlunya 
pembatasan wilayah minangkabau menjadi beberapa propinsi... ketika etnis itu 
sudah tidak diberikan legitimasi dalam kedaulatannya, ya berarti siap aja di 
gedor...
   
  pengamatan wak pribadi...
  irian jaya, sampai saat ini etnis di irian jaya tidak menggedor kayak etnis 
minang dan bugis... karena kedaulatannya cukup ditempuh ke propinsi ntah klo 
pemekaran yg sekarang ini, tapi nampaknya tidak, karena suku2 di irian gak 
sebesar minangkabau... [sori pren..]
   
  sama dengan yogya, kedaulatannya diberi... solo... banten, sunda.. dsb...
  sampai wilayah kedaulatan minangkabau itu ada lagi... mungkin etnis2 minang 
nggak akan banyak di ibukota... 
   
  salam,
  jabok
  

ayatullah <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
    Saya ingin bercerita sedikit, ketika manajer kampanye salah seorang cagub 
DKI dalam suatu suasana santai  menanyakan kepada saya tentang akan majunya 
beberapa cawagub asli Minangkabau. Dia menyoroti dua cawagub asal militer yang 
sama sama mengklaim didukung komunitas Minang di jakarta. Dia terheran heran 
kalau memang merasa mewakili masyarakat minang kenapa tidak salah satunya 
mundur dan membiarkan yang lain maju ini malah saling mengklaim dukungan yang 
tidak sehat padahal belum tentu kepilih. Saya hanya bisa nyengir dan memberikan 
jawaban yang saya tahu pasti tidak cukup memuaskan beliau.
  

  Ingin rasanya saya terus terang saja mengatakan bahwa organisasi yang 
dibawa-bawa oleh cawagub tersebut bukanlah reperesentatif masyarakat Minang 
jakarta sungguhan alias organisasi karbitan. Namun tidak jadi saya katakan 
karena hanya akan memperburuk stigma negatif orang minang dibenak orang lain.
  Saya pikir salah satu sumber ketidakberesan negeri ini adalah perilaku elite. 
 Mayoritas elite yang muncul saat ini berasal dari kelas menengah. Dalam buku 
"Kelas Menengah Digugat" (1993) terdapat tiga embrio kelas menengah baru 
Indonesia. Pertama, mereka yang menjadi kelas menengah baru karena keturunan. 
Ukurannya, mungkin warisan keluarga. Kedua, kelas menengah yang muncul karena 
hasil kolusi dengan birokrasi, yaitu mereka yang dekat dengan kekuasan. Ketiga, 
mereka yang menjadi kelas menengah karena tingkat pendidikan yang mereka 
tempuh. Sebagian dari kelas menengah ini, di kemudian hari menjadi bagian dari 
kelas elite. Merekalah yang mendapat semacam kewenangan untuk mengatur 
kehidupan kelas rendahan, yang memang mayoritas di Indonesia, baik karena 
terjun ke politik, atau karena mendekat ke elite politik.
  

  Elite-elit inilah yang kemudian ketika ada pesta pilkadal bermunculan sebagai 
kekuatan rakyat atau komunitas tertentu kemudian mengumpulkan massa atau 
membuat organisasi etnis tertentu. Dengan entengnya mereka menyatakan diri 
mewakili basis massa yang ribuan bahkan jutaan jumlahnya. Padahal semua orang 
tahu organisasi karbitan macam ini sama  sekali tidak berakar kebawah bahkan 
bagian dari etnis itu sendiri tidak mengetahui keberadaan organisasi tersebut. 
Istilah saya ini merupakan pemerkosaan terhadap identitas etnis oleh elite 
etnis itu sendiri. teknik pengelabuan masyarakat ini adalah perilaku busuk yang 
seharusnya tidak dilakukan oleh orang-orang yang mengaku terpelajar tersebut.
  

  Saya bukannya anti untuk mengangkat identitas etnis dalam pilkada jakarta 
ini. yang saya anti adalah teknik pengelabuan masyarakat yang terjadi saat ini. 
adalah sah saja kalau sekiranya komunitas Minangkabau secara realitas satu 
suara dan memberkan dukungan ril kepada salah satu kandidat tertentu dengan 
deal deal tertentu misalnya. Namun jangan sampai mengorbakan citra dari 
identitas keminangkabau itu sendiri jadi butuh strategi dan kebijakan yang 
terukur dalam hal ini tidak asal sradak sruduk saja.
  

  kesimpulannya, perilaku elite Minang ini harus kita kendalikan sehingga 
teknik pengelabuan masyarakat ini tidak terus menerus terulang dan meninggalkan 
noda dalam bangunan peradaban yang susah payah kita bangun .
   
   
   
    
---------------------------------
  Moody friends. Drama queens. Your life? Nope! - their life, your story.
Play Sims Stories at Yahoo! Games.   
---------------------------------
  Get the Yahoo! toolbar and be alerted to new email wherever you're surfing.
  
---------------------------------
  Get the free Yahoo! toolbar and rest assured with the added security of 
spyware protection. 





       
---------------------------------
Take the Internet to Go: Yahoo!Go puts the Internet in your pocket: mail, news, 
photos & more. 
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]

Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet
Tapi harus mendaftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount dengan 
email yang terdaftar di mailing list ini.
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke