Infrastruktur MRT Tidak Akan Mengurangi Kemacetan jika Jaraknya Pendek
Jakarta, Kompas - Angkutan massal cepat atau mass rapid transit tidak akan mengurangi kemacetan dalam jumlah besar jika jaraknya terlalu pendek. Ketidakmampuan jenis angkutan tersebut melayani masyarakat dari kawasan permukiman di pinggiran ke pusat kota membuat masyarakat tetap menggunakan kendaraan pribadi sehingga kemacetan tetap parah. Wakil Kepala Otoritas Mass Rapid Transit (MRT) Bangkok, Thailand, Yamchai Chatkeo, mengungkapkan pengalaman itu, Senin (28/5) di Jakarta Pusat. Menurut Chatkeo, panjang rel MRT yang mencapai 43 kilometer hanya mampu melayani kawasan pusat kota. Akibatnya, arus kendaraan dari pinggiran menuju pusat kota tetap banyak. "Kemacetan belum berkurang banyak. MRT di Bangkok seharusnya diperpanjang sampai 200 kilometer lebih agar banyak penduduk yang pindah dari kendaraan pribadi ke MRT," kata Chatkeo. Chatkeo mengatakan, sedikitnya jumlah penumpang membuat pemasukan MRT menjadi tidak terlalu besar. Akibatnya, subsidi dari pemerintah juga terus diberikan karena sampai 15 tahun otoritas MRT belum sanggup membayar bunga dan pokok utang pembangunan MRT. Pengalaman Chatkeo itu dibagikan agar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mempunyai rencana yang tepat sebelum membangun MRT. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana membangun MRT sepanjang 17 kilometer, dari Lebak Bulus sampai Dukuh Atas. Sepanjang 4,5 kilometer di antaranya dibangun di bawah tanah. Rencana pembangunan MRT itu membutuhkan dana 800 juta dollar AS. Pembiayaan akan ditanggung Japan Bank for International Corporation (JBIC). Menurut Chatkeo, selama masih berjarak pendek dan belum melayani permukiman, MRT di Jakarta dikhawatirkan belum dapat memenuhi harapan untuk mengurangi kemacetan. Hal itu juga diakui E Sreendharan, Direktur Pelaksana Delhi Motor Rel Corporation, India . Menurut Sreendharan, MRT yang melintasi semua kawasan akan lebih dinikmati oleh para calon penumpang. Dengan demikian, kata Sreendharan, MRT akan berhasil untuk menekan angka kemacetan. Selain itu, pemerintah juga harus menciptakan sistem hukum yang mampu melindungi pemberian subsidi bagi MRT karena pada tahun-tahun pertama hampir pasti tidak untung. Proses pembangunan Untuk menekan kemacetan selama pembangunan MRT, Chatkeo menyarankan agar pemerintah menekan kontraktor dengan memasukkan semua langkah detail yang diinginkan ke dalam kontrak kerja. Pekerjaan pengangkutan tanah, misalnya, harus dilakukan pada malam hari dan tidak boleh ada tanah yang jatuh. Di Bangkok, misalnya, pembangunan MRT di bawah jalan raya yang padat tidak menimbulkan kemacetan yang panjang. Pengangkutan empat juta meter kubik tanah untuk terowongan yang digali tidak mengotori lingkungan dan tidak memperparah kemacetan jalan. Hal semacam itu perlu diterapkan di Jakarta saat pembangunan MRT pada 2009. Apalagi, pada saat yang sama, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga akan membangun terowongan bawah tanah multiguna. (eca) --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet Tapi harus mendaftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount dengan email yang terdaftar di mailing list ini. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---