Ajo duta dan dunsanak kasadonyo, Prihatin sekali terhadap situasi yang terjadi di BIM dan MAPPAS akan mengirimkan surat Himbauan kepada pengelola Bandara Angkasa Pura dan Maskapai Penerbangan, untuk mengadakan pembenahan dan meningkatkan pelayanannya , Perwakilan MAPPAS Sumbar akan menindak lanjuti dengan pemantauan di lokasi . Pengalaman buruk ini pun pernah menimpa KETUA I MAPPAS M Johannas Backir yang pernah terlunta - lunta di BIM , kami sama - sama ketika itu dalam perjalanan pulang setelah mengikuti rombongan fotografer ke SUMBAR bulan mei yang lalu, kami sudah sejak sore di Bandara , beliau tidak satu pesawat karena Saya menggunakan Asia Air , sementara beliau menggunakan pesawat LION AIR dengan jadwal penerbangan Pukul 19.00 Wib ternyata sampai jam dinantikan tidak ada informasi penerbangan di delay setelah kasak kusuk ada informasi delay, tunggu punya tunggu hari sudah malam dan loket sudah gelap , masih tidak ada informasi kejelasan , akhirnya setelah complain dan bawa2 bendera Pers mereka berjanji mau metransfer ke pesawat Garuda , dan harus menunggu lagi dan jadilah beliau bermalam di Bandara karena mau pulang kemana ? saudara nggak punya di Ranah mau balik ke Hotel sudah tanggung , karena informasi yang nggak jelas menunggu tanpa kepastian...menyebalkan , keesokan harinya setelah dengan upaya yang meletihkan pimpong kesana - kemari kayak ngurus KTP aja...Tiket garuda yang dijanjikan tak kunjung tiba akhirnya dengan secarik kertas dan tanda boarding pas untuk rekomendasi Lion ke Batavia Air, kebayang ngga kalau ada apa2 di udara pasti beliau tidak bisa ngurus asuransi , tapi dari pada harus nyangkut lebih lama di BIM sementara hari itu harus ngantor ..ya dgn Bismillah beliau akhirnya nekad naik ke Batavia Air tsb . Pengalaman buruk ini sudah disampaikan ke Kadisparprov Sumbar , untuk ditindak lanjuti dan ternyata kejadian yang sama terulang terus menerus, ini merupakan masalah utama untuk pengembangan Pariwisata Sumbar , Bandara merupakan Gerbang Utama dan bila di pintu masuk saja sudah " Bad Mood " , belum lagi ditambah perlakuan dari supir taxi yang tidak berargo dan taksi gelap yang notabene tidak sopan suka bercaruit - caruit , untung saja kekecewaan para wisatawan tersebut masih agak sedikit terobati oleh Pemandangan SUMBAR yang luar biasa menakjubkan . Ini harus segera di benahi ! wahai pihak yang berwenang segeralah turun kelapangan , survey dan sidak langsung , kalau cuma terima laporan - laporan dari balik meja saja , apa yang bisa diharapkan, perubahan tinggal mimpi dan angan - angan saja......contohlah Pemimpin Kita Pak Presiden beliau turun langsung kelapangan dan ternangis - nangis ketika di lokasi . Semoga segera saja ada perbaikan dan dunia pariwisata dapat tersenyum. salam, Nuraini
_____ From: RantauNet@googlegroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of dutamardin umar Sent: Tuesday, July 03, 2007 8:04 AM To: rantaunet@googlegroups.com Subject: [EMAIL PROTECTED] BIM Masih Kampungan O wayoi, baa kolah ajoduta ---------------------------------------------------------------------------- - BIM Masih Kampungan PADANG -- Kendati di satu sisi, pelayanan terhadap pengguna jasa bandar udara di Bandara Internasional Minangkabau (BIM), mulai membaik dibanding ketika jasa penerbangan masih dilayani di Bandara Tabing, namun kesan sebagai bandara kampungan masih mencolok. Banyak persoalan yang bisa mencoreng kehalusan budi masyarakat Minangkabau di BIM. Cobalah perhatian, ketika sebuah pesawat bertarif mahal mendarat, biasanya para penjual jasa --mulai dari agen ojek sampai kepada awak taksi, bus bandara dan travel gelap-- terlihat tenang-tenang sapai. Tapi coba kalau yang mendarat itu pesawat bertarif murah, mereka pasti akan saling menyerbu orang-orang yang baru menginjak bumi setelah beberapa puluh menit berada di angkasa. Ada yang mulanya merayu, tapi tak mempan. Sang agen sedikit mulai membelalakkan mata, tak mempan juga. Jalan terakhir adalah main tarik dan paksa. Diri sinilah adegan selanjutnya bisa menjadi tontonan menarik. Yang ditarik bercarut pungkang, yang menarik pun marutok-rutok . Lepas dari satu agen, disambut pula oleh agen yang lain. Keras dan kasarnya tak kurang pula dari agen sebelumnya. Persis benar dengan agen bis berebut calon penumpang di Terminal Lintas Anda-las tempo doeloe . ''Kalau yang mendarat itu Garuda, kami memang tenang-tenang saja. Sebab umumnya penumpang Garuda itu sudah ada mobil yang menjem-put. Jadi buat apa bacirabuik . Kalau yang datang itu Adam Air, Lion Air, Wings Air, Batavia Air, Air Asia dan pesawat murah lainnya, barulah kita 'menyerbut'. Kita tahu persis, sebagian besar di antara penumpang pasti tidak ada yang jemput. Kalaupun ada, ujung-ujungnya mereka juga akan mencari ojek atau angkutan lainnya," terang Ali, begitu seorang agen angkutan gelap yang kerap beroperasi di BIM minta dituliskan namanya. Itu dari sisi pelayanan, belum lagi dari segi jadwal penerbangan. Tidak sedikit pula yang molor, baik pada penerbangan Jakarta-Padang maupun Padang-Jakarta. "Saya ditelepon adik minta dijemput ke BIM pukul 12.00 WIB, karena dia berangkat dari Jakarta sekitar pukul 10.00 WIB. Be-rangkatlah saya pagi-pagi dari Bukittinggi. Eh apa lacur, pesa-watnya delay (penerbangan ditunda) hingga sore. Barangiklah saya di Bandara yang sepintas terkesan kalibuik saja," kata Nisa. Beberapa pengguna jasa penerbangan dari BIM pun mengaku, jadwal penerbangan kerap delay atau malah dibatalkan sama sekali. "Sejak pukul 05.00 WIB saya sudah sampai di BIM, berangkat dari Side-mpuan tadi malam. Gila, pesawatnya ndak berangkat-berangkat juga. Udah tergelincir matahari, masih juga belum terbang aku," kata R. Harahap, pengguna jasa BIM. Harahap bersama ratusan warga Tapanuli Selatan, Padangsidempuan dan Mandailing Natal, termasuk orang yang terpaksa menggunakan BIM menuju Jakarta, karena disamping lebih dekat dibandingkan harus ke Polonia Medan, biro perjalanan di Padangsidempuan yang menyediakan armada jemput antar ke bandara pun memilih BIM seba-gai tempat pemberangkatan dan kedatangan pengguna jasa mereka. Kepala Dinas Perhubungan Sumbar, Aliman Salim, saat dikonfirmasi, tidak menapik kacau balaunya pengelolaan BIM. Namun menurutnya, persoalan justru terletak pada kurang maksimalnya pelayanan yang diberikan Angkasa Pura dan maskapai penerbangan itu sendiri. Akan tetapi, Aliman kurang sependapat, jika BIM dikatakan sebagai bandara kampungan. "Meskipun saya menilai pengelolaannya telah berjalan cukup baik, tapi saya tidak menampik pelayanan yang diberikan pihak pengelola bandara dmn Maskapai penerbangan tidak maksimal. Pasalnya, pesawat masih ada yang men- delay (menunda) keberangkatannya," tuturnya. Ke depan, kata Aliman, pengelola bandara dan maskapai penerbangan perlu melakukan pembenahan perubahan sistem ke arah yang lebih baik, sehingga bisa memberikan pelayanan terbaik terhadap penggu-na jasa bandara itu. "Untuk itu, pihak yang telah di berikan kepercayaan untuk menge-lola bandara perlu bersikap tegas kepada karyawanya yang melang-gar aturan. Dinas Perhubungan Sumatra Barat hanya sebagai pemban-tu sepanjang pihak mengelola memintanya," jelasnya. Perlu penertiban Ihwal masih perlunya dilakukan penertiban dalam pelayanan terha-dap pengguna jasa bandara, ternyata menjadi harapan para penyedia jasa penerbangan pula. Setidaknya, itu dikemukakan oleh beberapa pimpinan maskapai penerbangan yang dihubungi Singgalang secara terpisah, di antar-anya General Manager (GM) Garuda Indonesia Airways Padang Jubi Prasetyo, GM Riau Airline Padang Media Sani, dan Pimpinan Travel Swarna Bumi, Amir Han. Menurut Jubi, khusus untuk pelayanan penerbangan, Garuda Indone-sia Airways mempunyai standar pelayanan baku yang disebut full sperlit airline , yakni standar penerbangan yang dimulai dari pre journey sampai post journey , dari awal perjalanan sampai akhir perjalanan. Dalam prosedur pelayanan, Garuda harus didukung dengan fasilitas di BIM, karena fasilitas tersebut sangat membantu pihak Garuda dalam menjalankan prosedur. Demikian halnya dengan Garuda di Sumbar, karena kalau fasilitas tidak mendukung maka untuk menja-lankan prosedur pelayanan tersebut juga tidak akan tercapai. Pada area-area tertentu di BIM, katanya, sudah masuk dalam stand-ar Garuda, semisal area check-in dan arrived. Terkait dengan pelayanan penerbangan seperti penundaan (delay) pada waktu-waktu tertentu, sebut Jubi, memang sepenuhnya menjadi tanggungjawab masing-masing penerbangan. Untuk delay , Garuda Indonesia juga mempunya prosedur tersendiri pada airline terse-but. Kadangkala delay tidak dapat dihindarkan, akibat sejumlah faktor. Antara lain karena rotasi pesawat, masalah cuaca dan masalah teknis lainya. Sementara itu, Media Sani mengaku, Riau Airline mulai memperguna-kan fasilitas di BIM awal Januari 2007. Dari sisi pelayanan, pihaknya melihat sudah ada ke arah perbaikan walaupun belum optimal. "Kesemrawutan pelayanan terjadi lantaran berbagai faktor. Antara lain, masyarakat sendiri belum menyadari arti pentingnya suatu ketertiban. Bahkan belum menyadari bahwa Bandara tersebut sudah berkelas internasional. Kesemrawutan di luar pelayanan penerban-gan, sebenarnya sudah menjadi tanggungjawab otoritas Bandara serta kepedulian masyarakat akan ketertiban," katanya. Pihaknya berharap kesemrawutan tersebut dapat ditertibkan sesuai dengan aturan yang berlaku. Seperti masalah tarik-menarik penum-pang, pada Bandara berkelaskan internasional, hal itu seharusnya tidak terjadi. Ia menyarankan, masalah demikian dapat diatasi dengan menyediakan sarana loket pengambilan karcis. Ketika penumpang perlu menaiki suatu kendaraan, tinggal mendatangi loket itu saja dan tidak perlu ditarik-tarik. Ketertiban seperti ini dapat ditemui dise-jumlah Bandara di daerah lain di Indonesia. Disamping itu, katanya, BIM masih membutuhkan kelengkapan sarana seperti petunjuk atau rambu-rambu, bangku, bahkan yang lebih pentingnya adalah musala. Kalaupun tidak tersedia lahan yang cukup besar, sebagian ruangan di anjungan, dapat dimanfaatkan menjadi musala. Sebab, keluhan dari para pengguna jasa, ketika mereka datang bertepatan dengan jadwal salat, mereka selalu kesulitan untuk mencari tempat salat. Pada hal, daerah Minang terkenal dengan filosofi hidup ABS-SBK. Media Sani menuturkan, pihak maskapai bertanggungjawab terhadap pengguna jasa dari awal sampai akhir penumpang. Mulai dari counter check-in , kabin sampai penumpang take off . Kemudian di saat mendarat, sampai pengambilan bagasi, Riau Airline menyedia-kan petugas yang bakal dapat menampung keluhan dari pengguna jasa penerbangan," ujarnya. Di luar pelayanan itu, kata Media, menjadi tanggungjawab otoritas Bandara. Sedangkan masalah delay , memang menjadi tanggungjawab pihak maskapai. Tapi delay tidak dapat dihindari, apalagi berha-dapan dengan faktor cuaca. Sebab, kalau dipaksakan penerbangan pada cuaca yang tidak baik, maka resiko yang akan dialami akan lebih merugikan. Sebagai spesifik pelayanan, terangnya, jika terjadi cancel flight (pembatalan penerbangan) dari jadwal semula, maka sehari sebe-lumnya, pihak Riau Airline memberi kabar kepada calon penumpang. Alternatif pilihan yang diberikan, jika mereka tidak bersedia terbang pada hari berikutnya yang telah dijadwalkan, maka uang mereka dikembalikan 100 persen. Atau diterbangkan sesuai jadwal baru kembali. Kurang nyaman Sorotan terhadap masih lemahnya layanan di BIM tak diingkari pula oleh Supervisor Adam Air Hendra Yudhy, SH. Menurutnya, selain persoalan tarik-menarik penumpang oleh agen angkutan darat yang terkesan kampungan itu, BIM belum terlalu nyaman bagi keluarga pengguna jasa penerbangan bertarif murah. "Banyak keluarga penumpang yang duduk di sepanjang koridor dengan beralaskan koran. Bahkan ada diantara mereka yang sempat tertidur, karena menunggu keterlambatan keberangkatan pesawat," ujarnya. Selain itu, lanjut Hendra, pihak calo tiket di Bandara semakin banyak. Hal tersebut belum ada penaggulangan dari pihak bandara. Kehadiran calo tiket ini akan merugikan penumpang. Bila terjadi kecelakaan pada pesawat tersebut. Karena pihak manajemen pesawat hanya akan memberikan asuransi pada pihak yang tertera namanya di daftar tiket. Lebih baik bebas Ketidaknyamanan akibat kurangnya pelayanan serta ulah para agen dan calo di BIM, ternyata tidak hanya milik calon penumpang dan keluarga, tetapi juga dirasakan oleh sebagian awak taksi bandara. "Lebih baik bebas di alam terbuka dari pada terkurung di sangkar emas", kata seorang pengemudi taksi bandara. Pengakuannya, kalau mangkal di bandara, terlalu banyak uang yang harus mereka keluarkan. Macam-macam saja jenis uang pungutannya. Kondisi yang lebih parah lagi kini juga terjadi, setiap sopir taksi yang mengantar tamu ke BIM akan dikenakan denda sebesar Rp15 ribu sekali masuk. Sepuluh kali sopir taksi masuk bandara, sepuluh kali pula uang yang harus dikeluarkan para sopir. "Kami yang membawa angkutan resmi diperlakukan seperti anak tiri, sedangkan travel liar dan ojek yang berkeliaran di bandara, kendaraan yang tidak punya izin resmi dibiarkan bebas mengambil penumpang sesuka hati. Makanya saya memilih ngetem di sekitar orang dapat menambang dengan aman, tanpa adanya tekan dari berba-hotel dan tempat perbelanjaan saja. Di luar kami bebas tanpa diminta ini itu," kata Jusniman, salah seorang sopir taksi. Disebutkan, BIM sering dikoarkan pemerintah bandara bertaraf internasional, hal itu hanya omong kosong pemerintah saja. Pada-hal kondisi sebenarnya sangat jauh berbeda dengan apa yang dika-takan pemerintah. "Kondisi BIM itu sangat semrawut, sangat jauh dari bayangan sebuah bandara bertaraf international," ujarnya. Masih menurut Jusniman, di BIM sopir taksi yang ada menggunakan sistem urut nomor, sistem tersebut tentu akan mematikan sopir taksi. Selain itu setiap penumpang yang hendak membawa penumpang keluar baik dalam dan luar kota , kini dikenakan aturan baru. Untuk dalam kota sopir harus membayar Rp10 ribu, sedangkan luar kota masing-masing sopir taksi harus mengeruk uang saku sebesar Rp15 ribu sekali angkut. "Di BIM, ada sekitar 167 taksi, tapi yang bisa parkir di bandara hanya 10 taksi saja. Selebihnya menunggu di luar, sementara ojek parkirnya dibiarkan terlalu ke depan, mereka dengan mudah menda-patkan penumpang," lanjutnya. Disebutkannya, setiap taksi yang menggunakan logo BIM setiap tahunnya, membayar sekitar Rp1.200.00, termasuk administrasi. Sopir mengharapkan pihak angkasa pura menertibkan travel liar dan ojek yang berlalu lalang di bandara. "Dengan adanya aturan yang jelas, tentu tidak ada yang dirugikan, kami para sopir yang memiliki izin resmi bisa bebas mengantar dan menjemput penumpang," jelas Jusniman. Masih menurutnya, dalam hal ini pihak angkasa pura yang harus bertanggung jawab, realita ini perlu dipertanyakan. "Kenapa taksi yang punya izin resmi dipersulit sedangkan travel liar dan ojek dipermudah gerak geriknya. Ada apa ini?," tanya Jusniman. oMusria-di Musanif/Lenggogeni/Gusliyanti/Rika Oktavianita/Yunisma --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== Sukseskan Pulang Basamo se Dunia, bulan Juni 2008. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Website: http://www.rantaunet.org =============================================================== UNTUK SELALU DIPERHATIKAN: - Harap memperhatikan urgensi posting email, yang besar dari >300KB. - Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply. - Email attachment, tidak dianjurkan! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui jalur pribadi. =============================================================== Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Webmail Mailing List dan Konfigurasi keanggotaan lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id&cd=US&service=groups2. ========================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---