Maha besar Allah,

Iko iformasi nan sangek rancak dan bermanfaat. kok lai dikawan awak di 
rantaunet nan lai punyo gambar bantuek apo tumbuhan tanaman kaladi tikus nan 
dimukasuik, mano tahudi sakitar rumah aawk masiang2 lai ado nan tumbuah. jadi 
kalau awak lah tahu karano tanman nan barfaat untuek urang banyak labieh baiek 
kito budi dayakan dan kito paliharo.
Tarimo kasih kawan2
Wassalam ww.
Darius Nurdin
  ----- Original Message ----- 
  From: syaukani yusup 
  To: RantauNet@googlegroups.com 
  Sent: Sunday, October 07, 2007 7:08 PM
  Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: penyakit kanker sudah tidak berbahaya lagi


  Iko berita terbaik,banyak urang Malaysia sendiri indak mangatahui tantang 
berita baiakko, diminta Saudara Mohd Reza malewakan alamaek jo Tel Pusat 
perubatan kanker nan dimaksudkan dan Dr Teo. moga2 ambo di Malaysia dapek 
malewakan kapado banyak urang di Malaysia sandiri nan kanai kanker,indak 
terkecuali urang awak bagai. Sabalunnyo ambo mangucap berbanyak terima kasih.

  Kani48 KL

  muhammad syahreza <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
    SEMOGA BERMANFAAT & MAAF BILA SUDAH PERNAH MENDAPAT EMAIL SPT INI ....

    Penyakit Kanker Sudah Tidak Berbahaya Lagi
    Kanker tidak lagi mematikan. Para penderita kanker di Indonesia dapat
    memiliki harapan hidup yang lebih lama dengan ditemukannya tanaman 
    "KELADI TIKUS" (Typhonium Flagelliforme/ Rodent Tuber) sebagai tanaman
    obat yang dapat menghentikan dan mengobati berbagai penyakit kanker 
    dan
    berbagai penyakit berat lain.

    Tanaman sejenis talas dengan tinggi maksimal 25 sampai 30 cm ini hanya 
    tumbuh di semak yang tidak terkena sinar matahari langsung. "Tanaman 
    ini
    sangat banyak ditemukan di Pulau Jawa," kata Drs.Patoppoi Pasau, orang
    pertama yang menemukan tanaman itu di Indonesia .
    Tanaman obat ini telah diteliti sejak tahun 1995 oleh Prof Dr Chris
    K.H.Teo,Dip Agric (M), BSc Agric (Hons)(M), MS, PhD dari Universiti
    Sains Malaysia dan juga pendiri Cancer Care Penang, Malaysia. Lembaga
    perawatan kanker yang didirikan tahun 1995 itu telah membantu ribuan 
    pasien dari Malaysia , Amerika, Inggris , Australia , Selandia Baru,
    Singapura, dan berbagai negara di dunia.

    Di Indonesia, tanaman ini pertama ditemukan oleh Patoppoi di 
    Pekalongan,
    Jawa Tengah. Ketika itu, istri Patoppoi mengidap kanker payudara 
    stadium
    III dan harus dioperasi 14 Januari 1998. Setelah kanker ganas tersebut
    diangkat melalui operasi, istri Patoppoi harus menjalani kemoterapi
    (suntikan kimia untuk membunuh sel, Red) untuk menghentikan penyebaran 
    sel-sel kanker tersebut.
    "Sebelum menjalani kemoterapi,dokter mengatakan agar kami menyiapkan 
    wig
    (rambut palsu) karena kemoterapi akan mengakibatkan kerontokan rambut,
    selain kerusakan kulit dan hilangnya nafsu makan," jelas Patoppoi. 

    Selama mendampingi istrinya menjalani kemoterapi, Patoppoi terus
    berusaha mencari pengobatan alternatif sampai akhirnya dia mendapatkan
    informasi mengenai penggunaan teh Lin Qi di Malaysia untuk mengobati
    kanker. "Saat itu juga saya langsung terbang ke Malaysia untuk membeli
    teh tersebut,"
    ujar Patoppoi yang juga ahli biologi. Ketika sedang berada di sebuah
    toko obat di Malaysia , secara tidak sengaja dia melihat dan membaca 
    buku
    mengenai pengobatan kanker yang berjudul Cancer, Yet They Live 
    karangan
    Dr Chris K.H. Teo terbitan 1996.
    "Setelah saya baca sekilas, langsung saja saya beli buku tersebut.
    Begitu menemukan buku itu, saya malah tidak jadi membeli teh Lin Qi, 
    tapi langsung pulang ke Indonesia ," kenang Patoppoi sambil tersenyum.
    Di buku itulah Patoppoi membaca khasiat typhonium flagelliforme itu.

    Berdasarkan pengetahuannya di bidang biologi, pensiunan pejabat 
    Departemen Pertanian ini langsung menyelidiki dan mencari tanaman
    tersebut. Setelah menghubungi beberapa koleganya di berbagai tempat,
    familinya di Pekalongan Jawa Tengah, balas menghubunginya. Ternyata,
    mereka menemukan tanaman itu di sana . Setelah mendapatkan tanaman 
    tersebut dan mempelajarinya lagi, Patoppoi menghubungi Dr. Teo di
    Malaysia untuk menanyakan kebenaran tanaman yang ditemukannya itu.

    Selang beberapa hari, Dr Teo menghubungi Patoppoi dan menjelaskan 
    bahwa 
    tanaman tersebut memang benar Rodent Tuber. "Dr Teo mengatakan agar
    tidak ragu lagi untuk menggunakannya sebagai obat," lanjut Patoppoi.
    Akhirnya, dengan tekad bulat dan do'a untuk kesembuhan, Patoppoi mulai 
    memproses tanaman tersebut sesuai dengan langkah-langkah pada buku
    tersebut untuk diminum sebagai obat. Kemudian Patoppoi menghubungi
    putranya, Boni Patoppoi di Buduran, Sidoarjo untuk ikut mencarikan
    tanaman tersebut. "Setelah melihat ciri-ciri tanaman tersebut, saya 
    mulai mencari di pinggir sungai depan rumah dan langsung saya dapatkan
    tanaman tersebut tumbuh liar di pinggir sungai," kata Boni yang
    mendampingi ayahnya saat itu.

    Selama mengkonsumsi sari tanaman tersebut, isteri Patoppoi mengalami 
    penurunan efek samping kemoterapi yang dijalaninya. Rambutnya berhenti
    rontok, kulitnya tidak rusak dan mual-mual hilang. "Bahkan nafsu makan
    ibu saya pun kembali normal," lanjut Boni.

    Setelah tiga bulan meminum obat tersebut, isteri Patoppoi menjalani 
    pemeriksaan kankernya. "Hasil pemeriksaan negatif, dan itu sungguh
    mengejutkan kami dan dokter-dokter di Jakarta ," kata Patoppoi. Para
    dokter itu kemudian menanyakan kepada Patoppoi, apa yang diberikan 
    pada
    isterinya. "Malah mereka ragu, apakah mereka telah salah memberikan
    dosis kemoterapi kepada kami," lanjut Patoppoi.

    Setelah diterangkan mengenai kisah tanaman Rodent Tuber, para dokter 
    pun
    mendukung Pengobatan tersebut dan menyarankan agar mengembangkannya.
    Apalagi melihat keadaan isterinya yang tidak mengalami efek samping
    kemoterapi yang sangat keras tersebut. Dan pemeriksaan yang seharusnya
    tiga bulan sekali diundur menjadi enam bulan sekali."Tetapi karena
    sesuatu hal, para dokter tersebut tidak mau mendukung secara
    terang-terangan penggunaan tanaman sebagai pengobatan alternatif,"
    sambung Boni sambil tertawa. 

    Setelah beberapa lama tidak berhubungan, berdasarkan peningkatan 
    keadaan
    isterinya, pada bulan April 1998, Patoppoi kemudian menghubungi
    Dr.Teo melalui fax untuk menginformasikan bahwa tanaman tersebut 
    banyak
    terdapat di Jawa dan mengajak Dr. Teo untuk menyebarkan penggunaan
    tanaman ini di Indonesia . Kemudian Dr. Teo langsung membalas fax 
    kami,
    tetapi mereka tidak tahu apa yang harus mereka perbuat, karena jarak 
    yang jauh," sambung Patoppoi.

    Meskipun Patoppoi mengusulkan agar buku mereka diterjemahkan dalam
    bahasa Indonesia dan disebar-luaskan di Indonesia , Dr. Teo 
    menganjurkan
    agar kedua belah pihak bekerja sama dan berkonsentrasi dalam usaha 
    nyata
    membantu penderita kanker di Indonesia . 
    Kemudian, pada akhir Januari 2000 saat Jawa Pos mengulas habis 
    mengenai
    meninggalnya Wing Wiryanto, salah satu wartawan handal Jawa Pos,
    Patoppoi sempat tercengang. Data-data rinci mengenai gejala, 
    penderitaan, pengobatan yang diulas di Jawa Pos, ternyata sama 
    denganbisa sekitar 30 telepon yang masuk. "Sampai saat ini, sudah ada 
    salah satu pengalaman pengobatan penderita kanker usus yang dijelaskan
    di buku tersebut. Dan eksperimen pengobatan tersebut berhasil
    menyembuhkan pasien tersebut. "Lalu saya langsung menulis di kolom
    Pembaca Menulis di Jawa Pos," ujar Boni.
    Dan tanggapan yang diterimanya benar-benar diluar dugaan. Dalam 
    sehari,
    sekitar
    300
    orang yang datang ke sini," lanjut Boni yang beralamat di Jl. KH.
    Khamdani, Buduran Sidoarjo.

    Pasien pertama yang berhasil adalah penderita Kanker Mulut Rahim 
    stadium
    dini. Setelah diperiksa, dokter mengatakan harus dioperasi. Tetapi
    karena belum memiliki biaya dan sambil menunggu rumahnya laku dijual
    untuk biaya operasi, mereka datang setelah membaca Jawa Pos.
    Setelah diberi tanaman dan cara meminumnya, tidak lama kemudian pasien 
    tersebut datang lag dan melaporkan bahwa dia tidak perlu dioperasi,
    karena hasil pemeriksaan mengatakan negatif.

    Berdasarkan animo masyarakat sekitar yang sangat tinggi, Patoppoi
    berusaha untuk menemui Dr. Teo secara langsung. Atas bantuan Direktur 
    Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan, Sampurno,
    Patoppoi dapat menemui Dr. Teo di Penang , Malaysia . Di kantor Pusat
    Cancer Care Penang, Malaysia, Patoppoi mendapat penerangan lebih 
    lanjut 
    mengenai riset tanaman yang saat ditemukan memiliki nama Indonesia .
    Ternyata saat Patoppoi mendapat buku "Cancer, Yet They Live" edisi
    revisi tahun 1999, fax yang dikirimnya di masukkan dalam buku 
    tersebut,
    serta pengalaman isterinya dalam usahanya berperang melawan kanker.

    Dari pembicaraan mereka, Dr. Teo merekomendasi agar Patoppoi 
    mendirikan
    perwakilan Cancer Care di Jakarta dan Surabaya . Maka secara resmi, 
    Patoppoi dan putranya diangkat sebagai perwakilan lembaga sosial 
    Cancer
    Care Indonesia , yang juga disebutkan dalam buletin bulanan Cancer 
    Care,
    yaitu di Jl. Kayu Putih 4 No. 5, Jakarta , telp. 021-4894745, dan di 
    Buduran, Sidoarjo.

    Cancer Care Malaysia telah mengembangkan bentuk pengobatan tersebut
    secara lebih canggih. Mereka telah memproduksi ekstrak Keladi Tikus
    dalam bentuk pil dan teh bubuk yang dikombinasikan dengan berbagai 
    tananaman lainnya dengan dosis tertentu. 
    "Dosis yang diperlukan tergantung penyakit yang diderita," kata Boni.
    Untuk mendapatkan obat tersebut, penderita harus mengisi formulir yang
    menanyakan keadaan dan gejala penderita dan akan dikirimkan melalui 
    fax
    ke Dr. Teo. "Formulir tersebut dapat diisi disini, dan akan kami
    fax-kan. Kemudian Dr. Teo sendiri yang akan mengirimkan resep 
    sekaligus
    obatnya, dengan harga langsung dari Malaysia , sekitar 40-60 Ringgit 
    Malaysia ," lanjut Boni.
    "Jadi pasien hanya membayar biaya fax dan obat, kami tidak menarik
    keuntungan, malahan untuk yang kurang mampu, Dr.Teo bisa memberikan
    perpanjangan waktu pembayaran. " tambahnya. 
    Sebenarnya pengobatan ini juga didukung dan sedang dicoba oleh salah
    satu dokter senior di Surabaya, pada pasiennya yang mengidap kanker
    ginjal. Ada dua pasien yang sedang dirawat dokter yang pernah menjabat
    sebagai direktur salah satu rumah sakit terbesar di Surabaya ini.
    Pasien pertama yang mengidap kanker rahim tidak sempat diberi 
    pengobatan
    dengan keladi tikus, karena telah ditangani oleh rekan-rekan dokter 
    yang
    telah memiliki reputasi. Setelah menjalani kemoterapi dan radiologi,
    pasien tersebut mengalami kerontokan rambut, kulit rusak dan gatal, 
    dan
    selalu muntah. 
    Tetapi pada pasien kedua yang mengidap kanker ginjal, dokter ini 
    menanganinya sendiri dan juga memberikan pil keladi tikus untuk 
    membantu
    proses penyembuhan kemoterapi.

    Pada pasien kedua ini, tidak ditemui berbagai efek yang dialami
    penderita pertama, bahkan pasien tersebut kelihatan normal. Tetapi 
    dokter ini menolak untuk diekspos karena menurutnya, pengobatan ini
    belum resmi diteliti di Indonesia .
    Menurutnya, jika rekan-rekannya mengetahui bahwa dia memakai 
    pengobatan
    alternatif, mereka akan memberikan predikat sebagai "ter-kun" atau 
    dokter-dukun.
    "Disinilah gap yang terbuka antara pengobatan konvensional dan 
    modern,"
    kata dokter tersebut.
    Banyak hal menarik yang dialami Boni selama menerima dan memberikan
    bantuan kepada berbagai pasien. Bahkan ada pecandu berat putaw dan 
    sabu-sabu di Surabaya, yang pada akhirnya pecandu tersebut mendapat
    kanker paru-paru. Setelah mendapat vonis kanker paru-paru stadium III,
    pasien tersebut mengkonsumsi pil dan teh dari Cancer Care. Hasilnya
    cukup mengejutkan, karena ternyata obat tersebut dapat mengeluarkan 
    racun narkoba dari peredaran darah penderita dan mengatasi
    ketergantungan pada narkoba tersebut.
    "Tapi, jika pecandu sudah bisa menetralisir racun dengan keladi tikus,
    dia tidak boleh memakai narkoba lagi, karena pasti akan timbul 
    resistensi. Jadi jangan seperti kebo, habis mandi berkubang lagi,"
    sambung Boni sambil tertawa.

    Juga ada pengalaman pasien yang meraung-raung kesakitan akibat 
    serangan
    kanker yang menggerogotinya, karena obat penawar rasa sakit sudah 
    tidak
    mempan lagi. Setelah diberi minum sari keladi tikus, beberapa saat
    kemudian pasien tersebut tenang dan tidak lagi merasa kesakitan.

    Menurut data Cancer Care Malaysia , berbagai penyakit yang telah
    disembuhkan adalah berbagai kanker dan penyakit berat seperti kanker
    payudara, paru-paru, usus besar-rectum, liver, prostat, ginjal, leher
    rahim, tenggorokan, tulang, otak, limpa, leukemia, empedu, pankreas, 
    dan 
    hepatitis.
    Jadi diharapkan agar hasil penelitian yang menghabiskan milyaran 
    Ringgit
    Malaysia selama 5 tahun dapat benar-benar berguna bagi dunia 
    kesehatan.

    Bagi teman-teman yang memerlukan informasi lebih lanjut sehubungan 
    dengan artikel "Obat Kanker" bisa menghubungi perwakilan lembaga 
    sosial
    "Cancer Care Indonesia " beralamat di Jl. Kayu Putih 4 no.5 
    Jakarta ,telp
    : 021-4894745 




--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
===============================================================
Website: http://www.rantaunet.org
===============================================================
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Posting email besar dari >200KB akan di banned, sampai yang bersangkutan 
menyampaikan komitmen akan mematuhi Tata Tertib yang berlaku.
- Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui 
jalur pribadi.
===============================================================
Berhenti (unsubscribe), kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED]

Webmail Mailing List dan Konfigurasi keanggotaan lihat di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di:
https://www.google.com/accounts/NewAccount
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

IMPORTANT -
The contents of this email and its attachments are confidential and intended 
only for the individual or entity named above.
Any unauthorized use of the contents is expressly prohibited. If you receive 
this email in error, please contact us, then delete the email.
Please note that any views or opinions presented in this email are solely those 
of the author and do not necessarily represent those of the company and should 
not be seen as forming a legally binding contract without express written 
confirmation.
Finally, the recipient should check this email and any attachments for the 
presence of viruses. PT Astra Honda Motor accepts no liability for any damage 
caused by any virus transmitted by this email.

Kirim email ke