Samo lawak tu ajo baduo. Kalau indak pakai kaco mato, lain nan ditakan
lain nan kalua. Kadang indak ditakan kalua surang senyo.
Wayooiii.......*antahlah sansai badan.

On 3/30/12, zubir.a...@yahoo.com <zubir.a...@yahoo.com> wrote:
>    Djo Saaf,panggalinyang BB ajo tu nampak 'e komah.Pantang ta'away'.Lai
> pakai kaco mato ajo ukatu maresek BB tu.Ughang2 saumua ajo  ko tamasuak
> ambo,kaco mato io lah jadi alat nn paralu bana diawak.
>   BTW,mokasih responnyo djo.
>   JB,DtRJ,sadang ma-akuak2 sambia lalok2 sikinantan dimuko TV Arirang
> Korsel.He, he,he.
> Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone
>
> -----Original Message-----
> From: "Dr Saafroedin Bahar" <saafroedin.ba...@rantaunet.org>
> Sender: rantaunet@googlegroups.com
> Date: Fri, 30 Mar 2012 07:58:45
> To: Rantau Net Rantau Net<rantaunet@googlegroups.com>
> Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
> Subject: Re: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG
>
> Nan salah tu BB Ambo jo Ambo, Ajo Zubir. Alun salasai Ambo tulih, tasintuang
> saketek sajo inyo alah langsung 'Send'. Saroman anak bujang, he he. Maaf.
> Wassalam,
> Saafroedin Bahar. Taqdir di tangan Allah swt, nasib di tangan kita.
>
> -----Original Message-----
> From: zubir.a...@yahoo.com
> Sender: rantaunet@googlegroups.com
> Date: Thu, 29 Mar 2012 23:35:00
> To: <rantaunet@googlegroups.com>
> Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
> Subject: Re: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG
>
>    Ajo Saaf nn dihormati,apo kolah nn salah,di BB ambo acok bana ambo
> caliak, tarimo. thread ajo tanpa isi lansung je ditutuik,"Saafruddin
> Bahar,Taqdir ditangan Tuhan ect.Mudah2an kelemahan itu ado pada penerimaan
> BB ambo.
>   Baa kesehatan Ajo kini,semoga sihaik2 selalu.
>   Dd JB,DtRJ,ugang Piaman juo,kini baladang di Bonjer,Jakbar.
> Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone
>
> -----Original Message-----
> From: "Dr Saafroedin Bahar" <saafroedin.ba...@rantaunet.org>
> Sender: rantaunet@googlegroups.com
> Date: Wed, 28 Mar 2012 20:14:09
> To: Rantau Net Rantau Net<rantaunet@googlegroups.com>
> Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
> Subject: Fw: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG
>
>
> Saafroedin Bahar. Taqdir di tangan Allah swt, nasib di tangan kita.
>
> -----Original Message-----
> From: "Dr Saafroedin Bahar" <saafroedin.ba...@rantaunet.org>
> Date: Wed, 28 Mar 2012 05:48:04
> To: Rantau Net Rantau Net<rantaunet@googlegroups.com>
> Reply-To: saafroedin.ba...@rantaunet.org
> Cc: Dr. Mochtar Naim<mochtarn...@yahoo.com>; <farhanm...@ymail.com>
> Subject: Re: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG
>
> Ajo Sur, sebagai sebuah sketsa cepat, kolom Ajo Sur cukup menggugah. Namun
> adalah jelas bahwa diperlukan sebuah penelitian lanjutan untuk pendalaman
> latar belakang serta implikasinya.
> Dalam sketsa ini sudah terlihat bahwa secara kultural para perantau Minang
> sudah mengembangkan subkultur tersendiri, walau masih tetap diikat oleh
> hubungan nostalgis dengan nagari masing-masing.
> Dalam hubungan ini sangat menarik pengamatan bp Ir Mulyadi Dt Marah Bangso,
> perantau Minang di Palembang, yg menengarai adanya gejala " tabu manih ka
> ujuang", yang artinya bahwa kecintaan kepada adat dan budaya Minang justru
> lebih kuat di kalangan perantau daripada masyarakat Minang yang ada di
> Sumatera Barat sendiri. Aneh memang. Izinkanlah saya mengelaborasi hal ini
> lebih lanjut.
> Demikianlah, misalnya, dua events kebudayaan  penting Minang kontemporer di
> Sumatera Barat, yaitu KKM/SKM GM 2010 dan Musyawarah Adat Solok 2012, justru
>  sepenuhnya diprakarsai oleh para perantau, bukan oleh tokoh-tokoh
> masyarakat Minang di Sumatera Barat sendiri.
> Sungguh menarik, bahwa KKM/SKM GM 2010 yang dipersiapkan secara terbuka
> selama satu tahun untuk membahas ABS SBK dan semula direncanakan diadakan di
> Bukit Tinggi , malah dihujat beramai-ramai oleh sekelompok 'budayawan' di
> Padang dan tokoh masyarakat lokal di Bukit Tinggi, tetapi justru didukung
> oleh seribu orang  utusan nagari  dan perantau.
> Hujatan thd KKM/SKM GM yang akan membahas ABS SBK terkesan lebih dahsyat
> daripada perlawanan terhadap arus pemurtadan serta kecanduan narkoba dan
> kemerosotan moral,  yang ditengarai berlangsung secara terus menerus di
> Sumatera Barat. Syukur bahwa semua hambatan tersebut dapat diatasi dengan
> baik pada momen-momen terakhir.
> Syukurnya Musyawarah Adat Solok yang dipersiapkan selama sembilan tahun,
> secara 'low profile'  dan tak langsung ke 'biliak gadang',  bisa berjalan
> mulus. Bagaimana cara kita menjelaskan hal ini ? Di bawah ini ada sebuah
> hipotesa saya, bersisian dengan berbagai kemungkinan hipotesa lainnya.
> Bukan mustahil hal ini terjadi oleh karena perbedaan temperamen antara
> masyarakat di eks daerah Paderi yang dipilih pemrakarsa KKM/SKM GM 2010
> sebagai lokasi, dengan masyarakat di luar eks daerah Paderi, yang menjadi
> lokasi Musyawarah Adat Solok. Secara teoretikal, besar kemungkinan KKM
> dahulu  juga akan berjalan mulus sekiranya diadakan di Solok.
> Seperti Ajo Sur tengarai, ada beda karakter antara 'urang Darek' dan ' urang
> Pasisia/Rantau', yang saya tambahkan kemungkinan adanya beda karakter antara
> masyarakat ' Darek Utara' yang Paderi, dengan 'Darek Selatan' yang non
> Paderi.
> Saya tidak tahu sampai kapan gejala ini akan bertahan, oleh karena perobahan
> sosial terjadi dengan tidak dapat dihambat, baik di Rantau maupun di Ranah.
> Secara pribadi saya memang sangat khawatir menyaksikan betapa dahsyatnya
> perobahan sosial yang terjadi di Minangkabau dewasa ini, yang kelihatannya
> tanpa reaksi yang efektif dari jajaran kepemimpinan sosialnya. Memang jelas
> sekali adanya gejala " tabu manih ka ujuang ", bak kata pak Ir Mulyadi Dt
> Marah Bangso.
> Ajo Sur, atau siapapun yang punya minat terhadap Minangkabau yang sedang
> berubah ini, perlu meneliti hal ini secara sungguh-sungguh.
> Wassalam,
> Saafroedin Bahar. Taqdir di tangan Allah swt, nasib di tangan kita.
>
> -----Original Message-----
> From: "Nofend St. Mudo" <nof...@gmail.com>
> Sender: rantaunet@googlegroups.com
> Date: Wed, 28 Mar 2012 03:14:25
> To: RN - Palanta RantauNet<rantaunet@googlegroups.com>
> Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
> Subject: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG
>
> Harian Haluan : Rabu, 28 Maret 2012 01:20
> http://bit.ly/Hj6Qpj
>
> ‘Makhluk’ ini ada di mana-mana. Bahkan ketika Neil Amstrong mendarat
> di bulan, di sana didapatinya telah berdiri rumah makan Padang –
> sebuah anekdot yang mereflek­sikan bahwa perantau Minang dapat
> ditemukan di empat penjuru angin, yang jumlahnya konon sebanding
> dengan jumlah saudara seetnis mereka yang tinggal di kam­pung. Mereka
> berseliweran di sekitar kita, dan mungkin diri kita sendiri adalah
> bagian dari mereka.
>
> Tapi siapakah gerangan mereka sebenarnya? Tentu saja tidak mudah
> mengi­dentifikasi sosok mereka secara lengkap dalam esai yang pendek
> ini. Namun demi­kian, sejumlah perantau dan mereka yang tinggal di
> Ranah Minang melalui fb-group Palanta R@tauNet mencoba mencungkil
> beberapa ciri perantau Minang itu (yang agaknya refleksi terhadap diri
> sendiri): para entrepreneur ulet tapi cenderung hanya jadi pemain di
> kelas bawah, kata Arif Sulkifli dan Saafroedin Bahar; orang-orang yang
> meninggalkan kampung kare­na tacemo (melanggar adat) atau karena harga
> diri mere­ka terendahkan oleh berbagai keadaan (konflik sosial,
> pe­rang, dll.) kata Arif lagi; mereka yang di rantau mem­praktekkan
> budaya ‘galir’ dan kepintaran ‘bersilat lidah’, yang mengaku sebagai
> ‘orang Pa­dang’, malah sering menyem­bunyikan identitas
> keminang­annya, tapi diam-diam me­nang­­gung rindu dendam tak sudah
> kepada ranah bundo-nya (gejala Minang Complex) yang alam dan budayanya
> diharap tetap lestari, kata Nelson Mq, Andiko Sutan Mancayo, Buya
> Masoed Abi­din, dan Yulizal Yunus; indivi­dual state less yang pergi
> merantau karena di kampung berguna belum, kata Zulkar­nain Kahar dan
> Ali Cestar.
>
> Apa pun ciri yang melekat pada perantau Minang, yang jelas mereka
> adalah migran sebuah etnis yang secara sosio-psikologis berbeda dengan
> migran-mig­ran dari ratusan etnis lainnya di Indonesia. Sosiolog
> Mochtar Naim mengungkapkan sebagi­an identitas mereka dalam
> di­sertasi­nya, Merantau: Mi­nang­kabau Voluntary Migra­tion
> (Singapura: NUS, 1973). Me­nurutnya: mereka pergi dari kampungnya
> secara sukarela (voluntary), tapi ada dorongan internal secara
> kultural yang membuat para pancacak sam­pai profesional kerah putih
> asal Minangkabau itu pergi meninggalkan ranah bundo mereka di bagian
> tengah pulau Sumatra yang vulkanis de­ngan perbukitan dan dataran yang
> hijau subur.
>
> Jika ingin mengetahui siapa sebenarnya perantau Minang, dengarlah
> kisah yang dilantunkan oleh para tukang rabab dan tukang saluang,
> tiliklah isi pantun-pantun klasik Minangkabau (lihat: R.J. Chadwick,
> Topics in Minang­kabau Vernacular Literature, disertasi, University of
> Wes­tern Australia, 1986), bacalah karya-karya sastra Indonesia modern
> sebelum kemerdekaan yang berlatar Minangkabau. Di dalamnya terekam
> suara hati, kegelisahan jiwa, hara­pan-harapan, dan rindu den­dam
> kultural mereka. Dan kini, sesuai dengan perkem­bangan zaman, isi
> pikiran mereka, sampai batas terten­tu, dapat pula dilacak melalui
> laman-laman mailing list dan forum-forum facebook-groups.
>
> Perantau Minang–memin­jam kata-kata tukang rabab Pariaman, Amir
> Hosen–adalah orang-orang yang ‘sadang indak lala daulu [sebab] tingga
> di kampuang [hati] kurang sa­nang.’ Mereka lebih dari se­kedar para
> pengembara fisik yang menuju negeri asing karena ‘di kampung berguna
> belum’.
>
> ‘Sadang indak’ (lagi miskin) mungkin menjadi salah satu saja dari
> berbagai faktor pendorong perantau Minang pergi menghadang ‘laut sakti
> rantau bertuah’. Tetapi Ranah Minang yang begitu subur mestinya
> membuat mereka tidak terus berada dalam kondisi ‘sadang indak’. Tapi
> mengapa agaknya hati mereka jadi ‘kurang sanang’ berada di kampung?
> Penyebabnya, seperti kata Mochtar Naim, dapat diiden­tifikasi dalam
> struktur adat Minangkabau sendiri: posisi yang labil di rumah istri
> dan di rumah keluarga matrilineal sendiri, terhalang menikah dengan
> pujaan hati karena sesuku, perbenturan ideologi, perang saudara, dan
> lain sebagainya. Kegelisahan kultu­ral itulah yang konon menjadi
> energi utama yang telah ‘melem­parkan’ jutaan dagang Mi­nang­kabau ke
> negeri-negeri lain.
>
> Apa pun alasan keper­gian dari kampung, perantau Mi­nang terus
> menga­lami tran­sformasi psikologis dan sosio­logis mengikuti
> perubahan rantau yang mereka hinggapi dalam perjalanan hidup mere­ka
> akibat globalisasi dan revolusi sarana komunikasi dan tran­spor­tasi.
> Kompetisi yang semakin keras dengan migran dari berbagai etnis lainnya
> menyebabkan pula okupasi kerja mereka di ran­tau makin bervariasi,
> walau kebanyakan masih menghin­dari kerja sebagai petani di
> perantauan.
>
> Setidaknya ada dua tipe perantau Minang: 1) mereka yang berangkat dari
> kampung halaman ke berbagai rantau, yang sebagian di antaranya telah
> ‘merantau pipit’ dan sebagian lagi telah ‘merantau Cina’; 2) generasi
> yang dilahir­kan di rantau dari ayah dan ibu perantau Minang atau ibu
> orang Minang dan ayah dari etnis lain. Keba­nyakan dari kelompok ini
> telah berbeda antara bungkus dan isi: bungkus bermerek Minang, tapi
> isi sudah seperti bubur kampiun, yang tak pas lagi dimasukkan ke dalam
> ‘kotak’ budaya Minang­kabau. Hubu­ngan kultural mereka dengan
> Minangkabau cenderung gen­ting–untuk tidak mengatkaan putus. Mungkin
> kebanyakan mereka adalah individual cultural less jika dilihat dari
> sudut pandang budaya orang tuanya.
>
> Sejak teknologi komunikasi dan transportasi mengalami revolusi pesat
> di era 1980-an, sehingga memudahkan kores­pondensi dan mobilitas
> ma­nusia, perantau Minang juga terkena dampaknya. Hu­bungan
> tran­sportasi dan komunikasi antara rantau dan kampung, atau
> sebaliknya, semakin lancar. Teknologi HP makin mengaktifkan budaya
> lisan dan meminggirkan literacy. Ota lapau virtual di antara peran­tau
> Minang melalui internet–lengkap dengan sindiran, cemooh, gurauan dan
> juga carut bungkang–adalah hal yang lumrah sekarang. Idiom ‘surat dari
> rantau’, sebagai­mana sering ditemukan dalam roman-roman generasi
> Abdul Muis dan Marah Rusli, kini telah menjadi klasik dan arkais. Bagi
> perantau yang berhasil ‘menaklukkan’ rantau yang bertuah itu, pulang
> kampung bisa babaliak hari saja. Tapi bagi mereka yang keok ‘ditelan’
> oleh ganasnya rantau, walau hanya meran­tau sejauh Kuok Bangkinang,
> kampung terasa lebih jauh daripada Mekah. Prinsip mereka sudah jelas:
> daripada malu pulang ke kampung dalam keadaan (tetap) miskin, lebih
> baik rantau diperjauh.
>
> Akan tetapi yang lebih menarik adalah mengamati apa yang disebut oleh
> buda­yawan Edy Utama sebagai ‘merantau pikiran’. Jika ‘me­ran­tau
> fisik’ adalah keper­gian seorang Minang dari kampung ke daerah-daerah
> di luar Minangkabau, maka ‘meran­tau pikiran’ bisa saja terjadi di
> kalangan orang Minang­kabau yang tubuh kasarnya berada di belakang
> Istana Linduang Bulan, di samping tentunya juga bisa juga terjadi pada
> diri ‘perantau fisik’.
>
> Drastisnya perubahan kultural yang terjadi di Su­matra Barat sekarang
> mem­beri indikasi kuat bahwa orang Minangkabau yang tinggal di kampung
> halaman mereka sendiri telah mela­kukan ‘merantau pikiran’ yang jauh
> dan terkesan lebih spora­dis. Sebaliknya, para ‘perantau fisik’,
> khususnya dari tipe (1) di atas, tergagap melihat perubahan kultural
> mencolok yang sedang terjadi di ranah bundo mereka. Nostalgia indah
> mereka tentang kampung halaman yang ideal (dari segi budaya) runtuh
> begitu mereka menjejakkan kaki di Bandara Minangkabau.
>
> Pelbagai komentar yang muncul dalam berbagai mai­ling list dan fb
> groups yang berlabel ‘Minangkabau’ di internet merefleksikan
> distor­si-distorsi psikologis dan sosial yang hebat yang dialami oleh
> para ‘perantau fisik’ dan para ‘perantau pikiran’ Minang­kabau, baik
> mereka yang berada di rantau maupun yang tinggal di kampung, yang
> mencerminkan semakin lebar­nya jarak antara yang ideal dan yang real:
> ada yang mencaci maki budaya Mi­nang­kabau dan para pemangku adatnya;
> ada yang membayangkan bahwa dalam persandingannya dengan Islam seperti
> sekarang adat Minangkabau adalah ‘pakaian’ ideal masyarakatnya yang
> dapat menyelamatkan mereka dari kecenderungan homoge­nisasi kultur dan
> selera yang di-hondoh-kan oleh budaya global; ada yang melihat
> perlunya gerakan puritanisme agama ke-2 di Minangkabau untuk
> melan­jutkan Gerakan Paderi di abad ke-19 yang dianggap
> ‘terbengkalai’, dan ada pula yang secara radikal keluar dari agama
> Islam.
>
> Kini berbagai ideologi asing masuk ke Minangkabau tidak lagi lewat
> diri para perantau fisik seperti yang terjadi di masa lalu (lihat:
> Christine Dobbin 1983), tetapi melalui satelit yang masuk ke dalam
> rumah-rumah keluar­ga Minangkabau tanpa mengetok pintu lebih dahulu,
> dan segala yang berbentuk fisik tempat ideologi-ideologi asing itu
> membonceng me­nyerbu Sumatra Barat lewat Teluk Bayur, Kelok Sembilan,
> dan Gunung Medan.
>
> Dalam dunia yang terus berubah, para perantau Mi­nang–fisik dan
> pikiran, yang berada di rantau maupun yang tinggal di kampung–akan
> terus mengembara menu­ju tepi di mana mereka tidak akan pernah bisa
> kembali lagi. Mereka, yang sekali setahun terwakili sosoknya oleh
> berita tentang ‘pulang basamo’, mungkin akan tetap abadi sebagai
> jiwa-jiwa yang meng­alami Minang Com­plex, yang terus akan lala daulu
> sebab badan [dan pikiran], walau di kampung sekalipun, sering merasa
> kurang sanang.
>
> SURYADI
> (Leiden University Institute for Area Studies (LIAS), Leiden, Belanda)
>
> Wassalam
> Nofend | 35-L | Cikasel
>
> Sent from Pinggiran JABODETABEK®
>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet
> http://groups.google.com/group/RantauNet/~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
> - DILARANG:
>   1. E-mail besar dari 200KB;
>   2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi;
>   3. One Liner.
> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di:
> http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
> - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet
> http://groups.google.com/group/RantauNet/~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
> - DILARANG:
>   1. E-mail besar dari 200KB;
>   2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi;
>   3. One Liner.
> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di:
> http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
> - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet
> http://groups.google.com/group/RantauNet/~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
> - DILARANG:
>   1. E-mail besar dari 200KB;
>   2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi;
>   3. One Liner.
> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di:
> http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
> - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet
> http://groups.google.com/group/RantauNet/~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
> - DILARANG:
>   1. E-mail besar dari 200KB;
>   2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi;
>   3. One Liner.
> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di:
> http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
> - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet
> http://groups.google.com/group/RantauNet/~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
> - DILARANG:
>   1. E-mail besar dari 200KB;
>   2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi;
>   3. One Liner.
> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di:
> http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
> - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
>

-- 
Sent from my mobile device

Wassalaamu'alaikum
Dutamardin Umar (aka. Ajo Duta),
suku Mandahiliang,
lahir 17 Agustus 1947.
nagari Gasan Gadang, Kab. Pariaman.
rantau Deli, Jakarta, kini Sterling, Virginia-USA
------------------------------------------------------------

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke