Samo lawak tu ajo baduo. Kalau indak pakai kaco mato, lain nan ditakan lain nan kalua. Kadang indak ditakan kalua surang senyo. Wayooiii.......*antahlah sansai badan.
On 3/30/12, zubir.a...@yahoo.com <zubir.a...@yahoo.com> wrote: > Djo Saaf,panggalinyang BB ajo tu nampak 'e komah.Pantang ta'away'.Lai > pakai kaco mato ajo ukatu maresek BB tu.Ughang2 saumua ajo ko tamasuak > ambo,kaco mato io lah jadi alat nn paralu bana diawak. > BTW,mokasih responnyo djo. > JB,DtRJ,sadang ma-akuak2 sambia lalok2 sikinantan dimuko TV Arirang > Korsel.He, he,he. > Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone > > -----Original Message----- > From: "Dr Saafroedin Bahar" <saafroedin.ba...@rantaunet.org> > Sender: rantaunet@googlegroups.com > Date: Fri, 30 Mar 2012 07:58:45 > To: Rantau Net Rantau Net<rantaunet@googlegroups.com> > Reply-To: rantaunet@googlegroups.com > Subject: Re: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG > > Nan salah tu BB Ambo jo Ambo, Ajo Zubir. Alun salasai Ambo tulih, tasintuang > saketek sajo inyo alah langsung 'Send'. Saroman anak bujang, he he. Maaf. > Wassalam, > Saafroedin Bahar. Taqdir di tangan Allah swt, nasib di tangan kita. > > -----Original Message----- > From: zubir.a...@yahoo.com > Sender: rantaunet@googlegroups.com > Date: Thu, 29 Mar 2012 23:35:00 > To: <rantaunet@googlegroups.com> > Reply-To: rantaunet@googlegroups.com > Subject: Re: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG > > Ajo Saaf nn dihormati,apo kolah nn salah,di BB ambo acok bana ambo > caliak, tarimo. thread ajo tanpa isi lansung je ditutuik,"Saafruddin > Bahar,Taqdir ditangan Tuhan ect.Mudah2an kelemahan itu ado pada penerimaan > BB ambo. > Baa kesehatan Ajo kini,semoga sihaik2 selalu. > Dd JB,DtRJ,ugang Piaman juo,kini baladang di Bonjer,Jakbar. > Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone > > -----Original Message----- > From: "Dr Saafroedin Bahar" <saafroedin.ba...@rantaunet.org> > Sender: rantaunet@googlegroups.com > Date: Wed, 28 Mar 2012 20:14:09 > To: Rantau Net Rantau Net<rantaunet@googlegroups.com> > Reply-To: rantaunet@googlegroups.com > Subject: Fw: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG > > > Saafroedin Bahar. Taqdir di tangan Allah swt, nasib di tangan kita. > > -----Original Message----- > From: "Dr Saafroedin Bahar" <saafroedin.ba...@rantaunet.org> > Date: Wed, 28 Mar 2012 05:48:04 > To: Rantau Net Rantau Net<rantaunet@googlegroups.com> > Reply-To: saafroedin.ba...@rantaunet.org > Cc: Dr. Mochtar Naim<mochtarn...@yahoo.com>; <farhanm...@ymail.com> > Subject: Re: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG > > Ajo Sur, sebagai sebuah sketsa cepat, kolom Ajo Sur cukup menggugah. Namun > adalah jelas bahwa diperlukan sebuah penelitian lanjutan untuk pendalaman > latar belakang serta implikasinya. > Dalam sketsa ini sudah terlihat bahwa secara kultural para perantau Minang > sudah mengembangkan subkultur tersendiri, walau masih tetap diikat oleh > hubungan nostalgis dengan nagari masing-masing. > Dalam hubungan ini sangat menarik pengamatan bp Ir Mulyadi Dt Marah Bangso, > perantau Minang di Palembang, yg menengarai adanya gejala " tabu manih ka > ujuang", yang artinya bahwa kecintaan kepada adat dan budaya Minang justru > lebih kuat di kalangan perantau daripada masyarakat Minang yang ada di > Sumatera Barat sendiri. Aneh memang. Izinkanlah saya mengelaborasi hal ini > lebih lanjut. > Demikianlah, misalnya, dua events kebudayaan penting Minang kontemporer di > Sumatera Barat, yaitu KKM/SKM GM 2010 dan Musyawarah Adat Solok 2012, justru > sepenuhnya diprakarsai oleh para perantau, bukan oleh tokoh-tokoh > masyarakat Minang di Sumatera Barat sendiri. > Sungguh menarik, bahwa KKM/SKM GM 2010 yang dipersiapkan secara terbuka > selama satu tahun untuk membahas ABS SBK dan semula direncanakan diadakan di > Bukit Tinggi , malah dihujat beramai-ramai oleh sekelompok 'budayawan' di > Padang dan tokoh masyarakat lokal di Bukit Tinggi, tetapi justru didukung > oleh seribu orang utusan nagari dan perantau. > Hujatan thd KKM/SKM GM yang akan membahas ABS SBK terkesan lebih dahsyat > daripada perlawanan terhadap arus pemurtadan serta kecanduan narkoba dan > kemerosotan moral, yang ditengarai berlangsung secara terus menerus di > Sumatera Barat. Syukur bahwa semua hambatan tersebut dapat diatasi dengan > baik pada momen-momen terakhir. > Syukurnya Musyawarah Adat Solok yang dipersiapkan selama sembilan tahun, > secara 'low profile' dan tak langsung ke 'biliak gadang', bisa berjalan > mulus. Bagaimana cara kita menjelaskan hal ini ? Di bawah ini ada sebuah > hipotesa saya, bersisian dengan berbagai kemungkinan hipotesa lainnya. > Bukan mustahil hal ini terjadi oleh karena perbedaan temperamen antara > masyarakat di eks daerah Paderi yang dipilih pemrakarsa KKM/SKM GM 2010 > sebagai lokasi, dengan masyarakat di luar eks daerah Paderi, yang menjadi > lokasi Musyawarah Adat Solok. Secara teoretikal, besar kemungkinan KKM > dahulu juga akan berjalan mulus sekiranya diadakan di Solok. > Seperti Ajo Sur tengarai, ada beda karakter antara 'urang Darek' dan ' urang > Pasisia/Rantau', yang saya tambahkan kemungkinan adanya beda karakter antara > masyarakat ' Darek Utara' yang Paderi, dengan 'Darek Selatan' yang non > Paderi. > Saya tidak tahu sampai kapan gejala ini akan bertahan, oleh karena perobahan > sosial terjadi dengan tidak dapat dihambat, baik di Rantau maupun di Ranah. > Secara pribadi saya memang sangat khawatir menyaksikan betapa dahsyatnya > perobahan sosial yang terjadi di Minangkabau dewasa ini, yang kelihatannya > tanpa reaksi yang efektif dari jajaran kepemimpinan sosialnya. Memang jelas > sekali adanya gejala " tabu manih ka ujuang ", bak kata pak Ir Mulyadi Dt > Marah Bangso. > Ajo Sur, atau siapapun yang punya minat terhadap Minangkabau yang sedang > berubah ini, perlu meneliti hal ini secara sungguh-sungguh. > Wassalam, > Saafroedin Bahar. Taqdir di tangan Allah swt, nasib di tangan kita. > > -----Original Message----- > From: "Nofend St. Mudo" <nof...@gmail.com> > Sender: rantaunet@googlegroups.com > Date: Wed, 28 Mar 2012 03:14:25 > To: RN - Palanta RantauNet<rantaunet@googlegroups.com> > Reply-To: rantaunet@googlegroups.com > Subject: [R@ntau-Net] PERANTAU MINANG > > Harian Haluan : Rabu, 28 Maret 2012 01:20 > http://bit.ly/Hj6Qpj > > ‘Makhluk’ ini ada di mana-mana. Bahkan ketika Neil Amstrong mendarat > di bulan, di sana didapatinya telah berdiri rumah makan Padang – > sebuah anekdot yang merefleksikan bahwa perantau Minang dapat > ditemukan di empat penjuru angin, yang jumlahnya konon sebanding > dengan jumlah saudara seetnis mereka yang tinggal di kampung. Mereka > berseliweran di sekitar kita, dan mungkin diri kita sendiri adalah > bagian dari mereka. > > Tapi siapakah gerangan mereka sebenarnya? Tentu saja tidak mudah > mengidentifikasi sosok mereka secara lengkap dalam esai yang pendek > ini. Namun demikian, sejumlah perantau dan mereka yang tinggal di > Ranah Minang melalui fb-group Palanta R@tauNet mencoba mencungkil > beberapa ciri perantau Minang itu (yang agaknya refleksi terhadap diri > sendiri): para entrepreneur ulet tapi cenderung hanya jadi pemain di > kelas bawah, kata Arif Sulkifli dan Saafroedin Bahar; orang-orang yang > meninggalkan kampung karena tacemo (melanggar adat) atau karena harga > diri mereka terendahkan oleh berbagai keadaan (konflik sosial, > perang, dll.) kata Arif lagi; mereka yang di rantau mempraktekkan > budaya ‘galir’ dan kepintaran ‘bersilat lidah’, yang mengaku sebagai > ‘orang Padang’, malah sering menyembunyikan identitas > keminangannya, tapi diam-diam menanggung rindu dendam tak sudah > kepada ranah bundo-nya (gejala Minang Complex) yang alam dan budayanya > diharap tetap lestari, kata Nelson Mq, Andiko Sutan Mancayo, Buya > Masoed Abidin, dan Yulizal Yunus; individual state less yang pergi > merantau karena di kampung berguna belum, kata Zulkarnain Kahar dan > Ali Cestar. > > Apa pun ciri yang melekat pada perantau Minang, yang jelas mereka > adalah migran sebuah etnis yang secara sosio-psikologis berbeda dengan > migran-migran dari ratusan etnis lainnya di Indonesia. Sosiolog > Mochtar Naim mengungkapkan sebagian identitas mereka dalam > disertasinya, Merantau: Minangkabau Voluntary Migration > (Singapura: NUS, 1973). Menurutnya: mereka pergi dari kampungnya > secara sukarela (voluntary), tapi ada dorongan internal secara > kultural yang membuat para pancacak sampai profesional kerah putih > asal Minangkabau itu pergi meninggalkan ranah bundo mereka di bagian > tengah pulau Sumatra yang vulkanis dengan perbukitan dan dataran yang > hijau subur. > > Jika ingin mengetahui siapa sebenarnya perantau Minang, dengarlah > kisah yang dilantunkan oleh para tukang rabab dan tukang saluang, > tiliklah isi pantun-pantun klasik Minangkabau (lihat: R.J. Chadwick, > Topics in Minangkabau Vernacular Literature, disertasi, University of > Western Australia, 1986), bacalah karya-karya sastra Indonesia modern > sebelum kemerdekaan yang berlatar Minangkabau. Di dalamnya terekam > suara hati, kegelisahan jiwa, harapan-harapan, dan rindu dendam > kultural mereka. Dan kini, sesuai dengan perkembangan zaman, isi > pikiran mereka, sampai batas tertentu, dapat pula dilacak melalui > laman-laman mailing list dan forum-forum facebook-groups. > > Perantau Minang–meminjam kata-kata tukang rabab Pariaman, Amir > Hosen–adalah orang-orang yang ‘sadang indak lala daulu [sebab] tingga > di kampuang [hati] kurang sanang.’ Mereka lebih dari sekedar para > pengembara fisik yang menuju negeri asing karena ‘di kampung berguna > belum’. > > ‘Sadang indak’ (lagi miskin) mungkin menjadi salah satu saja dari > berbagai faktor pendorong perantau Minang pergi menghadang ‘laut sakti > rantau bertuah’. Tetapi Ranah Minang yang begitu subur mestinya > membuat mereka tidak terus berada dalam kondisi ‘sadang indak’. Tapi > mengapa agaknya hati mereka jadi ‘kurang sanang’ berada di kampung? > Penyebabnya, seperti kata Mochtar Naim, dapat diidentifikasi dalam > struktur adat Minangkabau sendiri: posisi yang labil di rumah istri > dan di rumah keluarga matrilineal sendiri, terhalang menikah dengan > pujaan hati karena sesuku, perbenturan ideologi, perang saudara, dan > lain sebagainya. Kegelisahan kultural itulah yang konon menjadi > energi utama yang telah ‘melemparkan’ jutaan dagang Minangkabau ke > negeri-negeri lain. > > Apa pun alasan kepergian dari kampung, perantau Minang terus > mengalami transformasi psikologis dan sosiologis mengikuti > perubahan rantau yang mereka hinggapi dalam perjalanan hidup mereka > akibat globalisasi dan revolusi sarana komunikasi dan transportasi. > Kompetisi yang semakin keras dengan migran dari berbagai etnis lainnya > menyebabkan pula okupasi kerja mereka di rantau makin bervariasi, > walau kebanyakan masih menghindari kerja sebagai petani di > perantauan. > > Setidaknya ada dua tipe perantau Minang: 1) mereka yang berangkat dari > kampung halaman ke berbagai rantau, yang sebagian di antaranya telah > ‘merantau pipit’ dan sebagian lagi telah ‘merantau Cina’; 2) generasi > yang dilahirkan di rantau dari ayah dan ibu perantau Minang atau ibu > orang Minang dan ayah dari etnis lain. Kebanyakan dari kelompok ini > telah berbeda antara bungkus dan isi: bungkus bermerek Minang, tapi > isi sudah seperti bubur kampiun, yang tak pas lagi dimasukkan ke dalam > ‘kotak’ budaya Minangkabau. Hubungan kultural mereka dengan > Minangkabau cenderung genting–untuk tidak mengatkaan putus. Mungkin > kebanyakan mereka adalah individual cultural less jika dilihat dari > sudut pandang budaya orang tuanya. > > Sejak teknologi komunikasi dan transportasi mengalami revolusi pesat > di era 1980-an, sehingga memudahkan korespondensi dan mobilitas > manusia, perantau Minang juga terkena dampaknya. Hubungan > transportasi dan komunikasi antara rantau dan kampung, atau > sebaliknya, semakin lancar. Teknologi HP makin mengaktifkan budaya > lisan dan meminggirkan literacy. Ota lapau virtual di antara perantau > Minang melalui internet–lengkap dengan sindiran, cemooh, gurauan dan > juga carut bungkang–adalah hal yang lumrah sekarang. Idiom ‘surat dari > rantau’, sebagaimana sering ditemukan dalam roman-roman generasi > Abdul Muis dan Marah Rusli, kini telah menjadi klasik dan arkais. Bagi > perantau yang berhasil ‘menaklukkan’ rantau yang bertuah itu, pulang > kampung bisa babaliak hari saja. Tapi bagi mereka yang keok ‘ditelan’ > oleh ganasnya rantau, walau hanya merantau sejauh Kuok Bangkinang, > kampung terasa lebih jauh daripada Mekah. Prinsip mereka sudah jelas: > daripada malu pulang ke kampung dalam keadaan (tetap) miskin, lebih > baik rantau diperjauh. > > Akan tetapi yang lebih menarik adalah mengamati apa yang disebut oleh > budayawan Edy Utama sebagai ‘merantau pikiran’. Jika ‘merantau > fisik’ adalah kepergian seorang Minang dari kampung ke daerah-daerah > di luar Minangkabau, maka ‘merantau pikiran’ bisa saja terjadi di > kalangan orang Minangkabau yang tubuh kasarnya berada di belakang > Istana Linduang Bulan, di samping tentunya juga bisa juga terjadi pada > diri ‘perantau fisik’. > > Drastisnya perubahan kultural yang terjadi di Sumatra Barat sekarang > memberi indikasi kuat bahwa orang Minangkabau yang tinggal di kampung > halaman mereka sendiri telah melakukan ‘merantau pikiran’ yang jauh > dan terkesan lebih sporadis. Sebaliknya, para ‘perantau fisik’, > khususnya dari tipe (1) di atas, tergagap melihat perubahan kultural > mencolok yang sedang terjadi di ranah bundo mereka. Nostalgia indah > mereka tentang kampung halaman yang ideal (dari segi budaya) runtuh > begitu mereka menjejakkan kaki di Bandara Minangkabau. > > Pelbagai komentar yang muncul dalam berbagai mailing list dan fb > groups yang berlabel ‘Minangkabau’ di internet merefleksikan > distorsi-distorsi psikologis dan sosial yang hebat yang dialami oleh > para ‘perantau fisik’ dan para ‘perantau pikiran’ Minangkabau, baik > mereka yang berada di rantau maupun yang tinggal di kampung, yang > mencerminkan semakin lebarnya jarak antara yang ideal dan yang real: > ada yang mencaci maki budaya Minangkabau dan para pemangku adatnya; > ada yang membayangkan bahwa dalam persandingannya dengan Islam seperti > sekarang adat Minangkabau adalah ‘pakaian’ ideal masyarakatnya yang > dapat menyelamatkan mereka dari kecenderungan homogenisasi kultur dan > selera yang di-hondoh-kan oleh budaya global; ada yang melihat > perlunya gerakan puritanisme agama ke-2 di Minangkabau untuk > melanjutkan Gerakan Paderi di abad ke-19 yang dianggap > ‘terbengkalai’, dan ada pula yang secara radikal keluar dari agama > Islam. > > Kini berbagai ideologi asing masuk ke Minangkabau tidak lagi lewat > diri para perantau fisik seperti yang terjadi di masa lalu (lihat: > Christine Dobbin 1983), tetapi melalui satelit yang masuk ke dalam > rumah-rumah keluarga Minangkabau tanpa mengetok pintu lebih dahulu, > dan segala yang berbentuk fisik tempat ideologi-ideologi asing itu > membonceng menyerbu Sumatra Barat lewat Teluk Bayur, Kelok Sembilan, > dan Gunung Medan. > > Dalam dunia yang terus berubah, para perantau Minang–fisik dan > pikiran, yang berada di rantau maupun yang tinggal di kampung–akan > terus mengembara menuju tepi di mana mereka tidak akan pernah bisa > kembali lagi. Mereka, yang sekali setahun terwakili sosoknya oleh > berita tentang ‘pulang basamo’, mungkin akan tetap abadi sebagai > jiwa-jiwa yang mengalami Minang Complex, yang terus akan lala daulu > sebab badan [dan pikiran], walau di kampung sekalipun, sering merasa > kurang sanang. > > SURYADI > (Leiden University Institute for Area Studies (LIAS), Leiden, Belanda) > > Wassalam > Nofend | 35-L | Cikasel > > Sent from Pinggiran JABODETABEK® > > -- > . > * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain > wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet > http://groups.google.com/group/RantauNet/~ > * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. > =========================================================== > UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: > - DILARANG: > 1. E-mail besar dari 200KB; > 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; > 3. One Liner. > - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: > http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 > - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting > - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply > - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & > mengganti subjeknya. > =========================================================== > Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: > http://groups.google.com/group/RantauNet/ > > -- > . > * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain > wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet > http://groups.google.com/group/RantauNet/~ > * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. > =========================================================== > UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: > - DILARANG: > 1. E-mail besar dari 200KB; > 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; > 3. One Liner. > - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: > http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 > - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting > - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply > - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & > mengganti subjeknya. > =========================================================== > Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: > http://groups.google.com/group/RantauNet/ > > -- > . > * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain > wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet > http://groups.google.com/group/RantauNet/~ > * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. > =========================================================== > UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: > - DILARANG: > 1. E-mail besar dari 200KB; > 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; > 3. One Liner. > - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: > http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 > - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting > - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply > - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & > mengganti subjeknya. > =========================================================== > Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: > http://groups.google.com/group/RantauNet/ > > -- > . > * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain > wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet > http://groups.google.com/group/RantauNet/~ > * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. > =========================================================== > UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: > - DILARANG: > 1. E-mail besar dari 200KB; > 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; > 3. One Liner. > - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: > http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 > - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting > - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply > - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & > mengganti subjeknya. > =========================================================== > Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: > http://groups.google.com/group/RantauNet/ > > -- > . > * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain > wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet > http://groups.google.com/group/RantauNet/~ > * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. > =========================================================== > UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: > - DILARANG: > 1. E-mail besar dari 200KB; > 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; > 3. One Liner. > - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: > http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 > - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting > - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply > - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & > mengganti subjeknya. > =========================================================== > Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: > http://groups.google.com/group/RantauNet/ > -- Sent from my mobile device Wassalaamu'alaikum Dutamardin Umar (aka. Ajo Duta), suku Mandahiliang, lahir 17 Agustus 1947. nagari Gasan Gadang, Kab. Pariaman. rantau Deli, Jakarta, kini Sterling, Virginia-USA ------------------------------------------------------------ -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/