Kesaksian Yendri, Sopir Bus yang Selamat

Boks Sekring Terbakar, Pintu Bus Terkunci 

Padang Ekspres • Rabu, 02/05/2012 21:30 WIB • Fajar Rillah Vesky • 1360 klik

Wajah Yendri, 28, pucat pasi. Pria asal Padangtarok, Kecamatan Baso, Kabupaten 
Agam, Provinsi Sumbar, itu tidak menyangka, bus antar-kota antar-provinsi milik 
PO Yanti Group yang sudah tiga tahun dikemudikannya, akan terbakar dalam waktu 
lima menit.


”Saya tidak menyangka, bus akan terbakar dalam waktu lima menit. Sampai 
sekarang, saya masih bertanya-tanya, kenapa bisa secepat itu api merambat,” 
ujar Yendri kepada Padang Ekspres di Mapolres Limapuluh Kota, Senin (1/5) siang.


Bus Yanti Grup BA 3653 L yang dikemudikan Yendri, terbakar di Kilometer 24 
Jalan Negara Sumbar-Riau, persisnya di kawasan rest area, Jorong Huluaia, 
Nagari Sarilamak, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota, Senin sekitar 
pukul 04.20.


Sebelum bus terbakar, Yendri yang cuma tamatan sekolah dasar, tidak memiliki 
firasat apa-apa. ”Jangankan firasat, bermimpi hal-hal aneh pun tidak. Kondisi 
bus juga bagus. Sebab, sebelum berangkat dari Dumai, kami sempat menyervis 
bus,” ucap pria berbadan tegap itu.


Yendri mengaku, berangkat dari Dumai, Provinsi Riau, pada Senin (30/4) sekitar 
pukul 17.00. “Bus yang saya kemudikan, putar balik saja. Dari Bukittinggi kami 
berangkat ke Dumai hari Minggu, pada Senin sore sudah berangkat lagi ke 
Sumbar,” ujarnya.


Saat berangkat dari Dumai, Yendri bersama kondektur Asbi, 28, juga warga 
Padangtarok, Kabupaten Agam, hanya memiliki 3 orang penumpang. Sesampai di 
Duri, baru naik 24 penumpang. Kemudian, dalam perjalanan menuju Sumbar, naik 
lagi 13 penumpang. Sehingga, total penumpang mereka 42 orang. 


Para penumpang itu, menurut Yendri, membawa banyak barang-barang. Akibatnya, 
bagasi bus menjadi penuh sesak. Di bagasi belakang, tercatat ada beberapa 
kardus ikan kering. Sedangkan di bagasi bagian kanan atau dekat tangki minyak, 
selain ada barang-barang juga ada rangka sepeda motor.


”Rangka motor itu disimpan dalam kardus. Kata penumpang, rangka motor itu 
dibawa dari Tanjungbalai. Karena besar, kami tarok di bagasi bagian kanan. Kami 
tak tahu, apakah ada surat-suratnya atau tidak,” ucap Yendri di hadapan 
Dirlantas Polda Sumbar Kombes Ibnu Isticha dan Kapolres Limapuluh Kota AKBP 
Partomo Iriananto.


Selain menyimpan barang-barang penumpang di dalam bagasi, Yendri juga meminta 
kernetnya, Asbi, menyusun barang di dalam bus bagian belakang. “Saya yang susun 
di bagian belakang. Semuanya, saya susun rapi,” imbuh Asbi yang ikut 
mendampingi Yendri.


Setelah semua barang-barang tersusun rapi, baru bus yang dikemudikan Yendri 
melaju ke Sumbar. “Sepanjang perjalanan, kami hanya berhenti tiga kali. Kami 
berhenti terakhir kali di kawasan Rimbodata, Kabupaten Limapuluh Kota,” ujarnya.


Saat berhenti terakhir kali di Rimbodata untuk makan dan beristirahat, Yendri 
memastikan, kondisi bus masih prima. “Bus itu baru bermasalah, kira-kira 500 
meter sebelum lokasi terbakar. Saya tahu persis hal itu dan tidak akan bisa 
melupakannya,” tutur Yendri sambil menghela napas.


Setelah melamun sejenak, Yendri kembali melanjutkan percakapan. Ia menyebut, 
petaka yang terjadi di busnya, berawal saat sekring bus mengeluarkan asap dan 
memercikkan api. Sekring yang memiliki fungsi cukup vital dan sensitif itu, 
berada di bagian depan bus atau persis di samping kiri Yendri.


“Sekring tiba-tiba saja berasap dan memercikkan api. Karena melihat ada api 
itulah, saya langsung berhenti dan mematikan mobil,” ujar Yendri yang 
mengenakan kemeja lengan pendek, bersalur warna kream, putih dan cokelat.


Yendri menghentikan laju busnya di pinggir jalan, sekitar 15 meter sebelum rest 
area Huluaia. Begitu berhenti, Yendri langsung mematikan mesin mobil. Kemudian, 
memeriksa boks sekring. “Waktu boks saya buka, ternyata  di dalamnya ada api. 
Saya panggil kernet untuk membawa air. Saat disiram, api bukannya padam, tapi 
malah membesar,” cerita Yendri.


Melihat api membesar, Yendri pun ikut panik. Begitu pula dengan kernetnya Asbi. 
Mereka menyeru kepada penumpang agar segera turun dari bus. Tidak itu saja, 
Asbi juga berupaya membuka pintu bus bagian belakang yang  terkunci dan 
dipasangi gerendel. “Hanya saja, waktu saya mau ke belakang, ibu-ibu penumpang 
itu berteriak. Karena mereka marah-marah akibat panik, saya akhirnya memilih 
meloncat dari pintu depan bagian kiri,” tutur Asbi.


Begitu Asbi dan Yendri meloncat, api di dalam bus langsung membesar. Tidak 
sampai lima menit, terdengar ledakan sangat keras. Setelah itu, api merambat di 
seluruh bus. ”Inilah yang membuat kami heran, kenapa api begitu cepat 
merambat,” ucap mereka serempak.


Dari luar bus, Yendri dan Asbi masih berusaha membantu penumpang. Asbi bahkan 
memukul dua kaca jendela bagian kiri, agar penumpang dapat keluar dari bus 
non-AC tersebut. “Saya sengaja pecahkan kaca kiri, karena kalau penumpang bisa 
melompat, mereka tak jatuh ke aspal, tapi ke tanah yang lunak,” ujar Asbi.


Upaya Asbi dan Yendri ternyata cukup manjur. Beberapa penumpang berhasil 
meloncat dari dalam bus. Tetapi, sebanyak 13 penumpang, umumnya wanita, 
anak-anak dan lanjut usia, terkepung. Mereka menjerit meminta pertolongan. 
Tapi, asap terus mengepul dan api semakin membara.


”Kami pun semakin panik. Penumpang yang selamat berlarian. Sementara warga yang 
tinggal di lokasi kejadian, hanya menonton dari kejauhan. Bahkan, sampai jerit 
para penumpang yang terkepung di dalam bus tidak terdengar lagi, warga masih 
belum memberi pertolongan,” ujar Yendri berlinang air mata.


Dirlantas Polda Sumbar  Kombes Ibnu Isticha dan Kapolres Limapuluh Kota AKBP 
Partomo Iriananto, mencoba menenangkan Yendri dengan memberi air minum. Namun, 
sopir bus Yanti Grup itu, tetap tidak bisa tersenyum. “Malang benar nasib saya 
pak,” rintihnya.


Yendri sendiri, hanyalah sopir dua pada bus Yanti Grup. “Sopir pertama, namanya 
Pak Armen. Beliau tidak ikut berangkat. Tapi beliau percaya kepada saya. Saya 
juga sudah tiga tahun menjadi sopir dua ini,” kata Yendri yang baru menikah 
setahun lalu.


Dari pernikahannya dengan Dewi Yulianti, 31, gadis asal Kecamatan Pangkalan 
Koto Baru, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumbar, Yendri belum dikarunia anak. 
“Tapi, istri saya sudah hamil. Sekarang, ia tengah hamil muda,” ujar Yendri 
pula.


Seharian kemarin, sang istri nampak ikut berada di Mapolres Limapuluh Kota. 
Namun, Yendri tidak bisa berjumpa lama dengan Dewi. Sebab, selain harus memberi 
keterangan kepada penyidik, ia juga memberi keterangan kepada sejumlah perwira 
polisi dan pejabat yang silih-berganti datang. (***)


[ Red/Administrator ]

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke