Dukung Wacana KA Menuju BIM "Hanya Sekadar Menghabiskan Dana"   

 
Kamis, 31 Januari 2008 

Mencuatnya rencana Pemprov Sumbar membangun lintasan kereta api jalur Simpang 
Haru-Bandara Internasional Minangkabau (BIM) untuk kemudahan akses ke BIM, 
menimbulkan beragam komentar dari masyarakat. Program ini dinilai memiliki sisi 
positif dan negatifnya. 

Rudani (22), mahasiswa salah satu PTN di Kota Padang ini, kerap mengeluhkan 
belum adanya sarana transportasi alternatif menuju BIM selain menggunakan bus. 
Akibatnya, Rudani yang mengaku sering ke Jakarta dan Aceh melalui BIM ini 
sering ketertinggalan pesawat. Untuk mengatasi persoalan tersebut, biasanya 
Rudani mensiasati ke bandara dua jam sebelum chek in. "Jika kita berangkat 
menuju bandara sesuai dengan jadwal check in, maka berisiko pada take off 
nantinya. Dengan adanya wacana ini akan membantu sekali masyarakat pengguna 
jasa penerbangan di BIM," terangnya. 

 Kendari begitu, ia meragukan rencana ini. Karena jumlah arus penerbangan di 
BIM belum setinggi di Jakarta. Akibatnya akan menimbulkan cost yang besar. 
Sehingga wacana tersebut akan membuang anggaran daerah saja. "Pemerintah harus 
mengupayakan programnya agar tidak sia-sia," katanya. Senada dengan itu 
disampaikan Andri (24). Guru salah satu SMP di Kota Padang ini menganggap 
rencana pemerintah membuka jalur kereta api ke BIM memiliki dampak negatif pada 
pengusaha transportasi yang ada saat ini. "Sekarang saja angkutan tersebut 
jarang yang penuh. Jika ditambah lagi dengan kereta api, maka pengusaha 
angkutan lainnya akan mati secara perlahan-lahan," tegas alumni IAIN IB ini.

Sama halnya dengan Amiruddin (68). Keberadaan kereta api belum efektif untuk 
kondisi BIM yang sekarang. Masyarakat masih menginginkan alat transportasi yang 
dekat dengan kehidupananya. "Selama ini kereta api di Kota Padang hanya dikenal 
sebagai alat transportasi wisata. Kereta api belum menjadi kebutuhan primer 
angkutan masyarakat," akunya. Selain itu, juga akan mematikan usaha ojek di 
simpang Ketaping menuju bandara. Usaha ini biasanya digawangi masyarakat 
ekonomi lemah. Jika ada kereta api, maka mereka akan terpinggir. Sedangkan 
sekarang biaya hidup semakin tinggi. "Akan ke mana mereka nantinya, jika kereta 
api ada," tutup Rudani.  

Buka Lapangan Kerja
Biarpun begitu, Rudani menilai keberadaan jalur kereta api memiliki dampak 
positif. Seperti halnya dengan terbukanya lapangan kerja. "PT KAI akan menambah 
personil dalam pelayanannya. Selain itu, di stasiun akan terbuka lapangan usaha 
secara tak langsung, seperti usaha kaki lima, kafe, dan usaha dagang lainnya," 
aku Rudani. Ia juga menambahkan, jalur kereta api ke BIM juga akan mempercepat 
akses dan biaya relatif murah. Sebab, selama ini ongkpos kereta api ke Pariaman 
saja Rp9 ribu. "Apalagi ke BIM tentu lebih murah. Sedangkan ongkos dengan bus 
bandara Rp15 ribu. Ini lebih murah dari sebelumnya," katanya. (ilham)

 

 
 


--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
===============================================================
Website: http://www.rantaunet.org
===============================================================
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Posting email besar dari >200KB akan di banned, sampai yang bersangkutan 
menyampaikan komitmen akan mematuhi Peraturan yang berlaku.
- Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui 
jalur pribadi.
===============================================================
Berhenti, kirim email kosong ke:
[EMAIL PROTECTED]

Webmail Mailing List dan Konfigurasi teima email, lihat di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di
https://www.google.com/accounts/NewAccount
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke