Duo tahun nan lalu (awal 2011) MakNgah jalan kaki dari Baso, simpang 
Canduang/Bonjo/SeiBaringin ingin malinteh Panaampuang dai Tikur ka Barat sampai 
ka Kubu. Di antaro Lundang sabalun Lauik, MakNgah malinteh manyubarang Batang 
Aia ba Lurah Dalam. Kamungkinan Batangaia tu nan dimukasuik angku TR karano 
Kmampuang Baliau (Lurah?) indak jauah diilia tampek MakANgah malinteh tu. 

Mamaparatikan linkungan alamnyo nan iyo mungkin ado-ado sajo nan ka manakuikkan 
sekitar dakek-dakek batang aia tu. MakNgah nan lah lamo bana indak bajalan kaki 
di daerah tu, iyo agak maramang juo bulu kuduak bajalan surang walaupun hari 
waktu itu manjalang asar. Padohal saisuak, 1958-59, daerah sakitar tu adolah 
jalan palintehan MakNgah baiaksanjo-sanjo atau malam-malam dari Kamang ka 
Lasi/Canduang, lai indak baa baa doh. Mungkin maso dahulu tu, mamikiakan 
keselamatan diri maindaan musuah nan labiah buas basinjato api labiah paralu 
dari pado mangana-ngana hantu nan memang alun panah basuo ...

Salam,
-- MakNgah
Sjamsir Sjarif, Feb 21, 2013
--- In rantau...@yahoogroups.com, taufiqrasjid@... wrote:
>
> 
> Sepertinya  beberapa criteria makhluk ini sering digabung saja menyebutkannya
> 
> Untuk nan indak ba-banda dibawah iduang biaso disabuik cindaku. 
> Konon kabarnya ini ada di Gunung Kerinci, bahkan dianggap sejenis kera
> 
> Walaupun cindaku sering dikatakan pergi ketempat umum belanja seperti
> manusia normal,naik kendaraan umum dan kemudian turun dijalan sepi seperti 
> hutan
> 
> Tapi menggambarkan cindaku  ini ada juga digabung dengan nan kakinyo tabaliak 
> ( tumit didepan-jari dibelakang) 
> 
> Ditempat kami nan kakinyo tabaliak itu disabuik galabece
> 
> Sekitar akhir th 60an masih ado dikampuang kami. Disuatu lembah yg 
> menghubungkan dua buah nagari/jorong. 
> Dibawah lembah ado sungai ketek antaro kedua sisinyo dihubungkan jembatan 
> bambu. Klo awak lewat dijambatan itulah si galabece acok nampak berada 
> disungai dibawah jembatan
> 
> Biasa nampak sekitar tangah hari menjelang zuhur atau senja sebelum magrib
> Umumnya dia kelihatan berdiri menyeringai memperlihatkan giginya yang panjang 
> dan besar serta  rambut yang panjang tergerai
> 
> --TR
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> 
> -----Original Message-----
> From: Ramadhanil pitopang <pitopang_64@...>
> Sender: rantaunet@googlegroups.com
> Date: Thu, 21 Feb 2013 19:40:50 
> To: <rantaunet@googlegroups.com>
> Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
> Subject: Re: [R@ntau-Net] Palasik, Cerita Mistis dari Minangkabau
> 
> Assalamualaikum ww,
> 
> Sanak TR, ruponyo adopulo jenis lain nan disabuik jo "Panangga" yang juga 
> menjadi buah bibir dan dekat dgn kehidupan sosial orang Minangkabau ya..
> 
> Satantang "Palasik", kalau ndak salah dulu pernah difilmkan dan ditayangkan 
> di Televisi siang hari.  Bintang filmnyo  nan manjadi palasik tu kalau ndak 
> salah si "Kacak" Arif Rivan.
> 
> Iyo Maramang bulu kuduak manonton jo mandanga suaro musiknyo
> 
> ------------------------------------------------------------------------------
> Pengalaman ambo kalau pai survei/ "Biological Expedition" di rimbo-rimbo 
> Sulawesi Tengah, yg seringkali  bertenda di hutan atau tingga di rumah pondok 
> masyarakat desa, ado pulo nan namonyo "Poppo"/ "Pongko". Menurut mereka 
> perilaku dan wujud makhluk ini mirip dengan yg sanak ceritakan. 
> 
> Akan tetapi kalau yg di wilayah sini, kadangkala berbunyi pada malam hari yg 
> suaranya " Pok pok pok pok pok.......mencari mangsanya (biasanya ibu-ibu 
> hamil atau anak-anak). Kalau bunyi suaranya "Keras" berarti mahkluk tersebut 
> jauh dari kita, sebaliknya kalau bunyi suaranya kecil berarti dekat dari 
> tempat tinggal kita..ini menurut penuturan orang kampung.
> 
> Satu lagi,,,ada pantangan masyarakat asli Sulawesi Tengah (rumpun suku  
> Kaili) dimana ada larangan membuang "kulit udang dan "sampalah karambia" atau 
> membakar Ikan Asin di waktu magrib. Konon katanya itu akan mengundang makhluk 
> lain yg mereka sebut "Kalamba" yg wujudnya juga menakutkan.
> 
> Pernah suatu ketika kami melakukan  survey di daerah Ogoamas ( dekat 
> Toli-toli) bersama rekan-rekan peneliti dari Kebun Raya Bogor dan LIPI, kami 
> tinggal di pondok tepi rimba milik orang Bugis..Teman-teman orang Jawa yg 
> dari Kebun raya Bogor tersebut membakar ikan asin pada saat magrib, terus apa 
> yang terjadi ? malam harinya rumah pondok kecil yg kami tempati di pinggir 
> hutan tersebut di "Hoyak" oleh..ndak tahu apalah yg meng"hoyak" dan semua 
> kami yg jumlahnya 5 orang "manggigia pulo dek katakutan..
> 
> 
> 
> Wassalam,
> Ramadhanil Pitopang
> Palu- Sulawesi Tengah
> 
> 
> 
> --- Pada Kam, 21/2/13, taufiqrasjid@... <taufiqrasjid@...> menulis:
> 
> Dari: taufiqrasjid@... <taufiqrasjid@...>
> Judul: Re: [R@ntau-Net] Palasik, Cerita Mistis dari Minangkabau
> Kepada: rantaunet@googlegroups.com
> Tanggal: Kamis, 21 Februari, 2013, 9:12 AM
> 
> 
> Palasik tempo dulu  memang dipercayai mengisap darah bayi/balita
> 
> Jaman sekarang dianggap sebagai kekurangan gizi yg akut mungkin karena 
> cacingan atau memang input makanan yg kurang bergizi maupun disebabkan 
> penyakit lain
> 
> Salah satu antisipasi supaya tidak kena palasik  memang sianak di"onyok"kan 
> kepada terduga palasik
> Sehingga diyakini palasik tidak bisa beraksi
> Kalau tidak di onyokkan ,si anak memang diusahakan tidak ketemu/kelihatan 
> oleh Palasik tsb
> 
> Mengenai Panangga didaerah kami dianggap tidak sama dengan Palasik. Karena 
> dia tidak mendatangkan akibat negatif secara langsung pada masyarakatnya. 
> 
> Paling2 kalau bakal ada acara disuatu keluarga dan sedang memasak rendang, 
> selalu ada yg berada dekat tungku semalaman menjaga rendang itu
> Kalau tidak, bisa "dicucuik" panangga. Sehingga besok hari rendangnya 
> kelihatan pucat tidak berminyak lagi
> 
> Karena itu rendang yg kelihatan kurang berminyak sering plesetkan sebagai 
> telah "dicucuik"panangga
> 
> Kalau dia beraksi badannya akan terpotong secara diagonal.  Sisa badannya 
> ditinggal dirumah. Potongan yang lain berkeliaran dikampung dan sekitarnya 
> dengan meloncat-loncat
> 
> Pernah ada tetua kami yang berpambayan (istri mereka bersaudara) dengan 
> Panangga ini. 
> Pada malam saat dia "tangga". Potongan badannya yg tinggal, ditusuki dengan 
> "saga" enau. 
> Akibatnya menjelang subuh waktu tubuhnya mau menyatu lagi, tidak bisa dengan 
> sempurna
> 
> Seharian dia tidak bisa keluar kamar. Demam dan selalu berselimut. Besok 
> malamnya waktu badannya lepas lagi baru saga dicabut  . 
> Kemudian hampir subuh badannya bisa menyatu lagi dengan sempurna
> 
> Dengan kondisi begitu, dia akan semakin "segan" pada sang pambayan
>  
> Di suatu kampung , karena dianggap semacam aib. Biasanya yg palasik atau 
> panangga ini, sulit mendapat jodoh orang kampungnya sendiri
> Sehingga mereka banyak berjodoh dengan orang luar
> Yang agak mengherankan , rata2 mereka secara ekonomi berada diatas dari 
> kebanyakan orang kampung
> 
> Begitu kondisi sekitar se abad yang lalu kampung kami karena diceritakan oleh 
> Bapak/nenek kami, dengan pelaku Inyiak beliau yg menusuk panangga itu. 
> Bagi si Inyiak, seperti kebanyakan urang awak tempo dulu. Istrinya yg 
> bersaudara dengan istri panangga ini adalah istri kesekian dari beberapa 
> istri yang dimilikinya
> 
> Sampai masa kecil saya keluarga yg dianggap bermasalah ini memang sulit 
> berjodoh dikampung. Setiap pinangan mereka selalu ditolak dengan halus. 
> Sehingga kebanyakan mereka berjodoh dengan orang luar
> 
> Sekarang karena itu sudah dianggap tidak ada lagi dan karena silau dengan 
> kekayaannya. Sudah banyak mereka yang dapat jodoh dikampung
> 
> Hantu RAU-RAU justru ditempat kami disebut Antu Aru-Aru. 
> Biasa menyebabkan orang tersesat baik anak2 maupun dewasa
> 
> Yang mengherankan lagi, sering sikorban ditemukan diatas pohon Aru/Waru yang 
> penuh duri. Dia bisa berada diatas pohon tanpa luka
> 
> Justru waktu penyelamatannya yg sering bermasalah karena dia bisa ketusuk duri
> 
> Jadi orang yang dikatakan sbg dilarikan Antu Aru-Aru sering ditemukan 
> ditempat yg tidak terduga dan beresiko/ tidak masuk akal  kalau dia bisa  
> masuk/naik  sendiri kesana secara normal
> 
> Untuk mengantisipasi supaya tidak dilarikan Antu Aru-Aru sering orang yang 
> masuk hutan memakai pakaian secara terbalik. Begitu juga penolongnya yang 
> akan mencari orang yang diduga dilarikan Antu Aru-Aru akan memakai pakaian 
> terbalik
> 
> --TR
> (58, RangKiktenggi basawah di Bontang)


-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.


Kirim email ke