Razia Tambang tak Maksimal Tim Provinsi Gagal Capai Lokasi
Padang Ekspres • Jumat, 22/03/2013 11:13 WIB • • 29 klik Solsel, Padek—Upaya penertiban tambang emas liar di Solok Selatan terkesan seremonial. Hingga kini, belum satu pun penambang besar yang telah merusak lingkungan itu, diseret ke ranah hukum. Aparat keamanan dan pemda hanya menangkap pekerja tambang dan operator ekskavator. Hal serupa terjadi saat razia Tim Terpadu Provinsi bentukan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, kemarin (21/3). Alih-alih mengungkap aktor di balik maraknya eksploitasi emas ilegal di sepanjang daerah aliran sungai Batang Hari itu, upaya tim provinsi menyisir lokasi illegal mining (penambangan liar) malah terhadang. Tim provinsi hanya mampu menjangkau Camp PT Geominex Solok Selatan. Anehnya, gagalnya tim provinsi ke lokasi tambang liar karena tiada perahu timpek, alat penyeberangan ke Alai, Batang Gumanti, Batang Bangko, dan Muko-Muko Koto Parik Gadang Diateh (KPGD). Padang Ekspres yang turut menyertai rombongan yang diketuai Asisten pembangunan Setprov Sumbar, Syafrial itu, hanya melihat bekas-bekas aktivitas penambangan di Camp PT Geominex Solok Selatan. (Selengkapnya dapat dibaca di: http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=41771) === Catatan: “Pak Darwin bisa tetap di Manado saja menuggu data yang akan dikumpulkan Tim Engineering di lapangan,” ujar pakar TL Prof Dr Soetiman (Alm), atasan saya ketika itu di ENCONA Engineering serta Direktur Proyek Konsorsium Konsultan Lokal (LCC) di Proyek Air Bersih Sulawesi Utara dan Selatan (IBRD-NSSWSSP), suatu hari di Manado di bulan September di tahun 1985. “Bagaimana saya bisa merancang dan membuat laporan hasil survei dengan baik, kalau saya tidak mengenal kota-kota yang disurvei,” jawab saya. Sesuai dengan TOR, kami harus melakukan survei pendapatan rumah tangga di sejumlah kota kecamatan yang termasuk kategori BNA (penduduknya > 20.000 jiwa), yang tersebar di empat kabupaten dari Lirung, yang terletak di sebuah pulau kecil di dekat ujung selatan Pulau Talaud sampai ke Tilamuta di Gorontalo, yang ketika itu masih menjadi bagian Prov. Sulawesi Utara. Seperti pernah saya tulis dulu di sini, ketika itu, jalan darat Manado – Gorontalo yang merupakan ruas jalan Trans Sulawesi itu, terutama di jalur Inobonto (persimpangan ke Kotamobagu) – Bintauna kondisinya parah sekali. Selain jalan belum beraspal, jembatan belum ada yang dibangun, sehingga setiap meliwati sungai kendaraan harus turun ke sungai, sementara penumpang berjalan dengan menggunakan jembatan darurat. Kalau hujan lebat yang menyebabkan permukaan sungai naik, kendaraan harus menunggu---kadang-kadang berhari-hari--- sampai permukaan sungai turun kembali sehingga dapat dilewati kendaraan kembali. Perjalanan mengunjungi kota-kota BNA di daratan Sulawesi Utara saya lakukan pada bulan Oktober. Jadi sudah mulai musim hujan. Ketika saya akan ke Gorontalo dengan mampir di Kotamobagu, “otak Padang” saya :) berfikir, jika menggunakan jip yang disediakan kantor, jip plus sopirnya bisa jadi beban atau menghambat langkah saya jika hujan lebat turun yang menyebabkan air sungai yang harus dilewati naik sehingga harus menunggu lebih dari sehari. Akhirnya saya memutuskan berangkat naik kendaraan umum secara sambung menyambung, dan pulang ke Manado naik pesawat. Bahkan saya pernah naik truk dari Bolaang Itang di Kabupaten Bolaang Mogondow ke Limboto di Kabupaten Gorontalo. Ketika selesai di Lirung—di sini saya menginap di rumah wakil camat—pesawat perintis ke Tahuna di Pulau Sangihe baru ada dua hari lagi. Tidak mau melewati hari-hari tanpa kegiatan, saya memutuskan naik kapal motor kayu ke Tahuna yang memakan waktu semalam penuh, padahal ketika itu sudah masuk musim Barat sehingga ombak sudah mulai besar. Alhamdulillah, dengan berbagai kesukaran yang saya hadapi di perjalanan, semua kota-kota tersebut dapat saya kunjungi sesuai dengan jadwal. Dari kisah pengalaman kecil saya sebagai orang kecil di atas—jika yang diberitakan Koran Padang Ekspres di atas benar adanya—sangat sulit bagi saya untuk memahami, bagaimana Tim Terpadu Provinsi bentukan Gubernur Sumbar yang bertujuan untuk menemukan fakta mengenai tambang emas liar di Solok Selatan, gagal mencapai lokasi. Apatah lagi jika dibandingkan dengan perjalanan, yang selain sangat sulit, juga penuh marabahaya yang dilakukan Pak Kuding, Residen Rasyid, Tengku Moh Hasan dll di era PDRI, sebagaimana yang dituturkan “Pak Kusir ANB” dalam novel sejarahnya: Presiden Prawiranegara. Oleh sebab itu, dengan segala hormat saya kepada beliau-beliau para anggota Tim Terpadu Provinsi, yang tentunya merupakan pejabat teras di tingkat provinsi itu, saya tidak mempunyai kosakata yang tepat bagi Tim tersebut, kecuali—maaf—Tim Gadang Sarawa. WaLlâhu a‘lam bi as-sawâb Wassalam, HDB St Bandaro Kayo (L, 69+), asal Padangpanjang, tinggal di Depok Tidak ada jalan pintas ke Surga, tidak ada “panacea” obat tunggal yang mujarab mengobati semua penyakit -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/ - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ --- Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup Google. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com . Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.