http://indrapiliang.com/2013/04/10/mengapa-saya-maju-via-jalur-perseorangan/


Mengapa Saya Maju via Jalur Perseorangan?

Oleh

Indra Jaya Piliang
Bakal Calon Walikota Pariaman 2013-2018

Bismillahirrahmanirrahim.
 Insya Allah, siang ini, tanggal 10 April 2013, saya bersama Joserizal 
Mandai, mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum Kota Pariaman sebagai
 calon walikota dan wakil walikota Pariaman. Keputusan ini kami ambil 
setelah melihat perkembangan perolehan tanda-tangan dukungan dan 
fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang diperoleh. Alhamdulillah, dalam waktu
 yang singkat, sekitar 2 minggu, para relawan berhasil mengumpulkan 
syarat minimal sebanyak 6.500 dukungan tanda-tangan dan fotokopi KTP. 

Banyak pertanyaan, kenapa saya mengumpulkan KTP? Jujur, sejak awal memutuskan 
untuk maju dalam pilkada Kota Pariaman, saya menggunakan jalur partai 
politik, terutama Partai Golkar dan termasuk Partai Amanat Nasional. 
Hanya saja, sampai hari ini, saya belum mendapatkan kejelasan tentang 
keputusan resminya. Saya mendaftarkan diri ke Partai Golkar, lalu ke 
Partai Amanat Nasional, guna mengikuti proses yang terbuka dalam kedua 
partai tersebut. Setelah mendaftar pada bulan Oktober tahun lalu, 
sedikit sekali informasi yang saya peroleh. 

Saya punya hubungan 
historis dengan PAN, mengingat menjadi salah seorang pendiri di 
Kabupaten Tangerang. Selain itu, saya juga pernah menjadi kader utama, 
fungsionaris dan pengurus Dewan Pimpinan Pusat PAN di bawah pimpinan 
Prof Dr Amien Rais. Walau hanya sebentar di PAN, setelah mengundurkan 
diri pada tanggal 21 Januari 2001, saya merasa memiliki hubungan 
emosional. Informasi dari PAN sudah saya gali dari daerah sampai ke 
pusat. 

Lain halnya dengan Partai Golkar. Saya memang 
mempersiapkan diri maju lewat Partai Golkar. Saya sudah menyusun rencana dan 
program pemenangan, dari A sampai Z. Karena yakin bahwa Partai 
Golkar bisa maju sendiri dan saya hanya perlu untuk menang dari seluruh 
potensi kader yang mendaftar, maka saya lebih banyak melakukan pelatihan 
relawan di setiap desa. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan penetrasi 
langsung di akar rumput. Saya sama sekali tidak melakukan kegiatan 
pencitraan yang masif, guna meningkatkan popularitas, likeabilitas 
ataupun elektabilitas. 

Contohnya bisa dilihat dengan gamblang. 
Baliho atau spanduk yang saya edarkan sama sekali tidak berisi foto atau bahkan 
nama saya. Tagline “Iko Jaleh Piaman” yang saya usung, dengan 
maksud menunjukkan apa-apa saja yang ada di Kota Pariaman. Serial 
tulisan “Iko Jaleh Piaman” di website ini juga menunjukkan usaha saya 
untuk memetakan masalah-masalah yang ada di Kota Pariaman. Satu-satunya 
baliho saya di simpang tabuik, hanya memuat gambar saya dalam wajah yang kabur. 

***

Saya sadar bahwa politik adalah proses kerja 
marathon, bukan lomba lari 100 meter. Bagaimanapun, saya sudah terlibat 
dalam proses politik dalam tubuh Partai Golkar hampir lima tahun, 
tepatnya sejak memutuskan bergabung pada tanggal 6 Agustus 2009. Saya 
langsung terjun sebagai calon anggota DPR RI dengan Daerah Pemilihan 
Sumbar II. Walau hanya mendapatkan suara 26.599, angka itu jauh lebih 
banyak dari angka yang diperoleh beberapa anggota DPR RI yang mewakili 
Provinsi Sumatera Barat. Saya juga berjibaku dalam proses pemilihan umum 
presiden dan wakil presiden RI, serta tampil di depan. 

Tapi 
rupanya, apa yang saya lakukan belum cukup. Partai Golkar mengambil 
keputusan tanpa pemberitahuan. Bahkan, apa program-program saya, 
bagaimana tim yang saya bentuk, seperti apa pembiayaannya, serta yang 
lainnya, sama sekali tidak ada yang memeriksa. Saya merasa seperti orang asing 
di dalam partai sendiri. Padahal, saya bergerak ke banyak daerah 
di Indonesia melakukan pembinaan, baik secara intelektual, mental, 
ideologi sampai semangat. 

Baiklah, saya sudah banyak belajar. Dan kini, saya terus belajar. Tiba-tiba 
saja, muncul informasi bahwa Partai Golkar sudah mengambil keputusan. Keputusan 
itu mengejutkan saya, 
karena Partai Golkar lebih memilih untuk mengusung kader partai lain 
sebagai Calon Walikota dan secara tersirat hanya mengajukan Calon Wakil 
Walikota dari unsur internal. Padahal, Partai Golkar bisa mengajukan 
sendiri pasangan calon, tanpa harus berkoalisi. 

Saya mencoba 
menghubungi Ketua Pemenangan Pemilu Wilayah Sumatera I, Bang Andi Ahmad 
Dara. Saya juga menghubungi Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar, Bang 
Cicip Soetardjo. Saya berdiskusi dengan Ketua Umum DPP Partai Golkar, 
Bang Aburizal Bakrie.  

Ada banyak yang saya tidak pahami, 
mengingat perbandingan dengan pilkada di daerah-daerah lain. Kalau 
tujuannya kemenangan, kenapa tidak bertanya bahwa saya punya program 
itu? Kalau saya lebih dibutuhkan di tempat lain, katakanlah sebagai 
anggota DPR RI, paling tidak ada komunikasi juga. Kalau elektabilitas 
saya rendah, berapa persen angkanya? Dan memang, sejak awal saya belum 
punya program ke arah itu, sebelum bulan Maret dan April tahun 2013 ini.

Ada apa? Tak banyak yang bisa saya pikirkan. Yang saya lakukan adalah 
bagaimana menyelamatkan proses pencalonan saya, sebagaimana rencana yang sudah 
saya susun. Apalagi, banyak relawan saya yang menangis ketika 
mengetahui bahwa Partai Golkar tidak mengusung saya. Kepada relawan saya ajukan 
pertanyaan dan sekaligus pernyataan: “Keputusan di tangan 
kalian. Kalau kalian bilang saya maju, Bismillah. Kalau kalian putuskan saya 
berhenti, Alhamdulillah.” Relawan saya mengatakan: “Maju!” Bismillah. 

*** 

Untuk
 maju via jalur perseorangan tidak mudah. Pertama sekali, harus ada 
pasangannya, sebelum tanda-tangan dukungan diminta ke masyarakat, 
beserta Kartu Tanda Penduduk. Kebetulan, saya pernah bertemu sekali 
dengan Joserizal Mandai, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pariama.
 Dibandingkan dengan pejabat lain, Joserizal menonjol karena memiliki 
akun twitter. Saya sudah beberapa bulan memfollow akun Joserizal dan 
sesekali mengintip apa yang ditulisnya. Pertemuan kami yang pertama kali
 itu adalah ketika Tabuik Piaman digelar bulan Oktober 2012 lalu. 
Diskusi singkat dengan Joserizal meyakinkan saya tentang isi pikirannya. 

Saya hubungi Joserizal via backberry messenger, mengingat saya sama sekali 
tidak memiliki nomor ponselnya. Done! Joserizal bersedia menjadi Calon Wakil 
Walikota saya. Segera, tim 
bergerak. Saya mengirimkan instruksi dari Muara Teweh, Kabupaten Barito 
Utara. Saya memberi waktu selama 10 hari untuk mencari minimal 7000 
Kartu Tanda Penduduk. Kalau itu berhasil dipenuhi, berarti syarat utama 
pencalonan bisa dilakukan. Di luar itu, tim memang saya anggap siap 
tempur, walau sama sekali belum masuk tahapan itu. 

Perkembangan 
berikutnya adalah proses yang berantakan. Sedikit sekali KTP yang bisa 
didapatkan. Soalnya, sudah banyak KTP warga Kota Pariaman yang diambil 
kandidat walikota yang lain. Apalagi, modal yang saya keluarkan untuk 
mendapatkan KTP ini hanya Rp. 1.000,- per KTP, sudah termasuk ongkos 
fotokopi dan biaya relawan, ditambah dengan uang makan Rp. 5.000,- per 
hari. Karena tidak memuaskan, biaya pencarian ditingkatkan menjadi Rp. 
1.500,- per KTP, Rp. 2.000,- per KTP, lalu terakhir Rp. 2.500,- per KTP. 

Pelan, namun pasti, hasil-hasil pencarian sudah bisa dicek. Ada 
proses naik-turun secara grafik. Hanya keyakinan yang membuat saya 
memutuskan untuk melakukan Deklarasi pada tanggal 31 Maret tahun 2013, 
padahal jumlah KTP belum sampai sepertiga dari syarat minimal. Beban dan 
semangat tim meningkat. Dan alhamdulillah, hasil akhir bisa 
diraih, walau masih minimal. Toh masih ada jalan keluar, bahwa jumlah 
KTP bisa ditambahkan selama proses verifikasi, kalaupun ada yang 
dianggap tidak berlaku lagi. 

*** 

Begitulah. Saya maju 
via jalur perseorangan sama sekali tanpa perencanaan dan persiapan. Ini 
hanya berdasarkan proses politik yang terjadi. Sampai saat pencalonan 
ini, dan sampai bulan Mei nanti, saya masih terbuka untuk didukung oleh 
partai-partai politik, terutama oleh Partai Golkar. Tapi mengingat 
Partai Golkar sama sekali belum mengeluarkan sepucuk suratpun buat saya,
 saya maju via jalur perseorangan lebih sebagai upaya untuk 
menyelamatkan proses pencalonan ini. Bahkan dengan hitungan terburukpun,
 20 kursi DPRD Kota Pariaman bisa mengantarkan sekitar 6 pasangan calon.
 Sampai kini, belum satupun yang mendeklarasikan diri. 

Saya 
bersyukur memiliki anggota tim yang sudah saya anggap sebagai keluarga 
sendiri. Tim yang masih lugu, kurang berpengalaman, masih belajar, serta 
terkadang galau dan bingung sendiri. Alhamdulillah, makin hari 
kemampuan yang mereka miliki semakin baik, profesional dan rapi. 
Masing-masing anggota tim menunjukkan keahliannya, tanggungjawabnya, 
serta dedikasinya. Berada di tengah mereka seperti memberikan tenaga 
tiga ekor kuda ke dalam diri saya. Saya saksikan mereka tertidur di mana saja, 
kelelahan, tapi jarang sekali yang mengeluh. Bahkan, mereka juga 
masih saja bekerja walaupun sakit. 

Proses pencalonan ini saya 
persembahkan kepada mereka, para relawan. Proses ini juga saya 
persembahkan kepada saudara Joserizal yang dengan cepat bisa menjadi 
bagian dari tim. Dan yang terutama sekali, proses ini saya persembahkan 
kepada warga Kota Pariaman yang memberikan KTP. Kalau dibandingkan 
antara KTP yang kami peroleh dan jumlah pemilih masing-masing partai 
politik, jumlah dukungan KTP yang kami dapatkan di atas perolehan 
masing-masing partai-partai politik di Kota Pariaman pada pemilu 2009. 
PAN, misalnya, memperoleh 5.118 suara. Partai Golkar memperoleh 3.484 
suara. Partai Demokrat meraih 3.000 suara.  PKS meraih 2.711 suara. Dan 
seterusnya. 

Saya berterima kasih kepada warga Kota Pariaman. 
Insya Allah, inilah koalisi spontan Partai Rakyat Badarai. Dengan 
kekuatan inilah, kita memulai sebuah langkah panjang, tepat lima bulan 
sebelum pilkada Kota Pariaman digelar pada hari Rabu, tanggal 4 
September 2013, sekitar 147 hari lagi. Dengan modal inilah kami 
bergerak, sekaligus dengan modal ini juga kita menjalankan proses 
politik yang berliku, bergairah, sekaligus dengan semangat kebahagiaan 
yang tinggi di Kota Pariaman. Wallahu’alam. 

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.


Kirim email ke