Iko Penggalan Kaduo Curito ambo.....
Curito pelarian Tentara TP-PRRI kareno takuik jo OPR Tapi antah bilo ka salasai manulihnyo he..he --------------------------------- Merapi dan Singgalang tampak jelas dan membiru disisi kanan jalan Panas matahari sore yang cerah mengantarkan pandangan mulai rel kereta api,dataran sawah yang menguning, sampai kebiruan dikaki gunung terus ke puncaknya Sedikit awan tampak menggantung dipinggang Merapi Sayang perasaan Mansun tidak secerah suasana itu Ada segumpal kesedihan muncul diwajahnya Masih terbayang isakan ibu dan adiknya serta wajah sabak Bapaknya, sewaktu mereka memagutnya sebelum menaiki bus tadi Karena itu dia tidak kurang sedihnya dengan perpisahan ini. Tapi dia berusaha tetap tegar. Sedapat mungkin tidak dinampakkannya kesedihan itu sewaktu masih di Loket Sinar Riau sebelum keberangkatan bus tadi Akhirnya beberapa saat setelah bus bergerak, pertahanannya jebol juga Untung dia duduk dikursi nomor lima, barisan pertama disisi kanan dibelakang sopir Sambil memandang ke arah Merapi dikanan, air matanya mengalir membasahi pipi, jatuh pada kemejanya yang mulai lusuh Sudah biasa pada masa itu, orang berpakaian seadanya kalau bepergian jauh. Apalagi kalau sampai bermalam diperjalanan. Karena bisa saja pakaian kita akan menjadi kotor baik oleh kita sendiri, maupun disebabkan orang lain Tiupan angin lumayan keras masuk kedalam Bus Sinar Riau yang mulai berlari kencang Jendelanya terbuka,dibagian atas jendela tampak gulungan terpal Gulungan terpal ini berguna untuk menutup jendela kalau hujan turun. Walau telah ditutup dan dipasang jepitan disamping dan bawahnya Penumpang yang duduk dipinggir masih juga basah bajunya karena air hujan yang masuk disela terpal itu Diloteng bus bergantungan sejumlah botol air minum dan makanan kecil bahkan nasi bungkus yang dibawa penumpang Membawa makanan sendiri dalam perjalanan jauh ,selain lebih irit dan ekonomis bagi para perantau juga karena mobil sering rusak dan pecah ban dijalan Kondisi jalan yang hancur berlobang -lobang serta mobil yang usang dan diperbaiki seadanya, adalah salah satu penyebabnya Sehingga kalau mobil terpaksa berhenti dipesawangan , kita tidak akan kelaparan. Karena persediaan makanan yang dibawa dari rumah itu akan sangat membantu Mobil terus melaju melewati Pasar Baso, menurun Ampuah, kecepatan bertambah setelah di jalan Luruih Setelah melewati jembatan Titih perbatasan Agam-Lima Puluh kota, tampak deretan kendaraan yang dihentikan Rupanya ada pemeriksaan atau Razia Kartu Penduduk dan Surat Jalan Hampir setengah jam perjalanan terhenti disini, untung semua penumpang lengkap surat2nya. Sehingga tidak ada yang bermasalah atau terganggu perjalanannya Memasuki kota Payakumbuh, didepan Kantor Bupati, bus berbelok kekanan kearah pasar. Kemudian berhenti didepan Loket Sinar Riau Disini kernet sibuk memasang papan penyambung disetiap baris tempat duduk Rupanya masih ada tambahan penumpang yang akan duduk dibangku serap. Pada sebagian bus, bangku serap itu masih dilengkapi sandaran kayu tipis yang dicantelkan pada tempat duduk dikiri kanannya Ikatan terpal penutup barang diatas bus dibuka lagi untuk menaikkan berbagai barang milik penumpang yang baru naik Selain penumpang biasa yang umumnya ingin mengadu nasib diperantauan, hampir sepertiga penumpang bus adalah pedagang yang bolak balik ke Pekanbaru Mereka membawa sayur dan bahan makanan lain untuk dijual di Pekanbaru Ada juga yang dikirim lagi dengan mobil lain sampai ke Duri, Sungai Rangau dan Dumai. Bahkan ada yang dikirim dengan kapal sampai ke Selat Panjang, Bengkalis, Tanjung Balai Karimun dan Tanjung Pinang Sayang berbagai sayur itu, sudah berobah ronanya sewaktu sampai dikota tujuan. Tidak segar lagi karena telah beberapa hari diperjalanan Bahkan masyarakat Kepulauan Riau sudah terbiasa menkonsumsi cabe kering yang sudah dijemur, tidak cabe basah dan segar seperti kebanyakan dikota lain Bus bergerak lagi ke Timur. Setelah melewati Timbangan LLAD Tanjuang Pati, bus dihentikan lagi untuk pemeriksaan rutin oleh sejumlah petugas Akhirnya bus baru sampai di Lubuk Bangku setelah Magrib. Semua penumpang turun untuk makan malam, shalat Magrib dan Isya Rumah Makan disini terkenal dengan menu singgang ayam atau rendang ayam yang dihidangkan dengan kawat penjepit seperti untuk ikan bakar. Ada juga goreng belut, dan ikan mas serta garing yang merupakan ikan sungai air deras yang nikmat dan lumayan manis Hampir jam sembilan perjalanan dimulai lagi. Bus berjalan meliuk-liuk menapaki setiap kelokan. Derungan gas yang diinjak sopir ,seakan bus ini kepayahan dan tidak sanggup mendaki Kelok Sembilan yang lumayan tajam Setelah sampai di Hulu Air beberapa saat sesudah itu jalan mulai menurun, tapi lobang semakin bertambah ditengah jalan. Sopir terpaksa mengendarai mobil dengan zig-zag untuk menghindari lobang2 itu Akibatnya penumpang seakan dibanting kekiri dan kekanan secara bersamaan. Sehingga sekilas tampak seperti jemaah sedang khusuk berzikir di Mesjid Sebelum masuk Koto Alam jalan mobil terseok-seok. Rupanya ban kiri belakang kempes. Sesudah diganti, mobil bergerak kembali Tapi sesudah melewati jembatan Pangkalan, kelihatan sopir sibuk dan kepayahan mengendalikan mobil dan segera menepikan busnya Kali ini ban kiri depan yang bocor, beberapa penumpang laki-laki turun dari mobil, karena didalam duduknya lumayan sempit dan sumpek. Apalagi aroma muntah beberapa penumpang cukup menusuk hidung Sampai di Tanjung Balit mobil berhenti. Sopir dan beberapa penumpang turun untuk minum kopi,sementara kernet menempel ban dalam yang bocor tadi dibengkel tambal ban disamping Rumah Makan Pekerjaan kernet pada waktu itu lumayan berat. Karena harus bongkar pasang ban, disamping ikut memperbaiki bus kalau mogok dijalan Waktu itu belum ada compressor untuk memompa ban mobil. Kernet terpaksa basionjak, memompa sendiri kalau ada ban yang harus ditambah anginnya Beberapa ibu2 sibuk membujuk bayinya yang mulai rewel dalam suasana setengah gelap dan sumpek itu. Perjalanan selanjutnya menuju Muara Mahat lumayan lancar. Karena tumpukan barang diatap bus lebih tinggi dari portal Jembatan Muara Mahat , bus terpaksa berhenti lagi. Sebagian barang diturunkan dan dibawa kuli keseberang Sementara menunggu bongkar-muat, penumpang bisa duduk dikedai nasi yang dibuka 24 jam Diseberang jembatan barang disusun lagi, terpal penutup dipasang dan diikat disekeliling atap bus Sebelum penyeberangan Rantau Berangin, acara ban kempes masih terjadi lagi Di Rantau Berangin mobil diseberangkan dengan rakit penyeberangan. Sekali menyeberang bisa membawa empat mobil dengan lama penyeberangan sepuluh sampai lima belas menit Tapi acara menaikkan dan menurunkan serta menyusunnya diatas rakit, lumayan memakan waktu Kalau musim penghujan airnya besar dan kuat arusnya, dimusim kemarau air sedikit dan dangkal. Pada kedua kondisi ini kapasitas rakit tidak optimum, sehingga antrian kendaraan dikedua sisi sungai akan lebih panjang Perjalanan dilanjutkan, kota Bangkinang dilewati. Kemudian bus berhenti lagi untuk menunggu giliran naik rakit penyeberangan di Danau Bingkuang Dikedua sisi sungai baik di Rantau Berangin maupun Danau Bingkuang tersedia Kedai Nasi dengan menu utama ikan dan udang sungai disamping menu lain yang biasa ditemui di Rumah Makan Padang Azan Subuh mulai terdengar, sejumlah penumpang melaksanakan shalat Subuh disini Perjalanan selanjutnya lumayan lancar, bus dapat berlari kencang karena lobang mulai berkurang Apalagi jalan mulai lurus terutama setelah Rimba Panjang. Pelabuhan Udara Simpang Tiga dilewati, bus naik jembatan timbang lagi Hampir jam delapan pagi, bus masuk Loket di Pasar Pusat Terminal Busnya masih berlantai tanah yang berlobang-lobang dan berdebu . Penumpang membeli karcis pada bangunan kotak mirip sarang burung Belasan kotak berukuran sekitar 2x2 meter disusun seperti Letter U di Terminal tersebut Di Pasar Pusat sendiri bangunan permanen yg bertingkat sedang dibangun di pinggir jalan Asia Los-Los didalamnya masih banyak yang beratap rumbia Di kota ini baru ada dua jalur jalan beraspal yaitu jalan Asia dan Bangkinang. Jalan Asia nanti diubah namanya jadi jalan Sudirman. Sementara jalan Bangkinang menjadi jalan A. Yani Barang2 Mansun tidak banyak. Hanya sebuah koper besi yang dibeli almarhum Inyiaknya di Mekah waktu naik haji dulu. Koper itu dilengkapi dengan dua buah gembok kecil sebagai pengaman. Barang lain berupa buntil kain bekas tempat tepung terigu. Karung ini lumayan berat karena berisi rendang, kerupuk kulit mentah, kerupuk ubi mentah serta sejumlah makanan lain. Termasuk sejumlah kiriman makanan dari orang dikampung untuk familinya di Pakanbaru. Koper dan buntil dijinjing dikiri-kanan, Mansun bergerak ke pinggir jalan raya. Disetopnya oplet dan dinaikinya. Disini hanya ada satu trayek oplet yaitu Pasar Pusat- Bom Baru. Setelah lewat Pasar Tengah, kernet menanyakan : "Ada yang ke Pasar Bawah ". Ya jawab Mansun sambil menunjuk Oplet memutari Pasar Bawah, setelah dia membaca tulisan Seroja Tailor, dimintanya sopir berhenti Mansun turun dan menyeberangi jalan. Menuju tempat bakonya menjahit itu Kedai itu masih tertutup. Dia sengaja meletakkan barangnya dekat gembok yang mengunci kedai itu. Walau panas mulai menyengat, dia tetap duduk disamping kopernya. Apalagi tidak tampak tempat yang keteduhan disekitar tempat itu Hampir setengah jam kemudian seorang lelaki mendekat, kelihatan dia akan membuka kedai itu. Tapi terhalang koper Mansun Dengan ramah dia bertanya : " Waang Mansun, anak Mak Basa ?". "Iyo, Tuan" Jawab Mansun. "Kapatang Tek Ijah nan manjua pisang mangecekkan waang ka datang. Molah kito karumah" Mansun berdiri mengikuti Tan Ican menuju rumahnya Koper dan buntilnya dijinjingnya lagi Jalan kecil itu tampak agak sejajar dengan sungai , karena dibelakang rumah yang disisi kanan jalan nampak sungai dengan perahu yang lalu-lalang Sebuah rumah panggung bertiang lebih tinggi sedikit dari orang dewasa dinaiki mereka, dibelakangnya mengalir Sungai Siak. Disitu juga ada pelantar kecil untuk keperluan bongkar muat kapal dan perahu Disisi kiri rumah ada kedai kopi, sekitar setengah lusin orang sedang sarapan disana. Beberapa orang masih terlelap, berbaring dibangku panjang dibelakang kedai Tiba2 Tan Ican memanggil Mansun yang sedang asyik memandang keluar jendela " Marilah minum , sudah itu istirahat lah dulu dikamar depan. Kalau mau mandi dulu bisa juga dibelakang" "Iyo..Tuan" hanya itu keluar dari mulut Mansun Dia bergerak keruang tengah. Tan Ican sudah duduk menikmati secangkir teh , dimeja juga ada beberapa piring yang berisi kue2. Makanan yang jarang sampai ke Bukittinggi karena dari kalengnya nampak berasal dari Singapura Setelah sedikit basa-basi menanyakan keadaan dikampung, Tan Ican menyuruh Mansun istirahat dulu karena dia akan membuka kedainya dan mulai beraktifitas seperti biasa Mansun ikut tegak mengantar Tan Ican turun. Kemudian diedarkan lagi pandangannya kesekeliling rumah. Dia menuju kebelakang rumah. Zulma istri Tan Ican sedang sibuk mencuci di Pelantar. Anak gadis kecilnya mandi dengan menimba air dari sungai Siak, yang lebih besar lelaki sudah pandai berenang di sungai yang kecoklatan mirip air teh itu "Co ikolah kami disini, mandi tetap disungai walau agak coklat tapi lumayan bersih." Ini Hana katanya menunjuk si kecil. Itu Irfan, kelas dua SR sekola di Kampung Bukit, masuk siang sebentar lagi " Itulah kak, ambo akan menyusahkan kakak pula kesini" sambung Mansun " Itu sudah biasa dan kewajiban orang berdunsanak. Tuan dulu mandapek ka urang awak juo" jawab istri Tan Ican menyatakan bahwa suaminya pertama kali datang ke Pekanbaru juga kerumah famili juga lebih dahulu Kemudian dia cerita banyak tentang tempat tinggal mereka itu dan keadaan sekitarnya. Termasuk pekerjaan sejumlah pemuda orang kampung mereka Rupanya tempat ini termasuk kawasan Pelabuhan Manggis, mungkin karena banyak pohon manggis dipekarangan rumah disitu Sebagian besar lelaki orang kampungnya yang merantau kesini, yang berusia diatas empat puluh tahun. Memang banyak dulu yang pergi merantau hanya bermodal tulang empat kerat. Ada yang bekerja sebagai tukang angkat barang di Pelabuhan atau Gudang Beras. Yang lain bekerja di Toko Cina selain mengangkat barang termasuk juga jadi petugas kebersihan dan penjaga malam. Yang agak beruntung bisa jadi mandor mengawasi barang keluar masuk Yang lain ikut mengantar barang ke Toko lain atau para pemesan Istri2 mereka banyak yang menjual sayur atau barang2 lain yg banyak dibawa orang dari Mudik. Umumnya mereka menjualkan barang pedagang dari Mudik itu, sehingga tidak perlu mengeluarkan modal lebih dahulu Suami-istri yang dikarunia rezeki lebih kemudian bisa menambah barang dagangannya di Los-Los Pasar kemudian menjelma menjadi Kedai Kecil bahkan beberapa Toko Besar adalah milik perantau yang berhasil Bagi mereka yang ada membawa modal dari kampung ada yang mulai dengan menyewa petak kedai2 kecil di Pasar Bawah atau Pasar Pusat yang baru berkembang Beberapa pemuda yang masih tidur dibangku panjang itu rupanya hampir tiap malam bersampan, kemudian menurunkan beberapa potong barang dari kapal. Menyimpannya dirumah-rumah tertentu dipinggir sungai Siak kemudian dengan sembunyi-sembunyi membawanya ke Pasar Anehnya kalau dikapal dan waktu menurunkan ber kucing2an dengan Petugas. Kalau sudah sampai dipasar, barang2 luar negeri aman2 saja. Hampir tidak pernah ada gangguan dari Petugas Walau bagi sebagian orang kejar-kejaran dengan petugas, bisa menimbulkan stres tertentu. Kelompok ini menikmati saja aktifitas mereka yang kadang menegangkan itu Kalau tukang angkat barang saja bisa lumayan penghasilannya, tentu dapat dibayangan pendapatan pemilik barang yang memesannya keluar negeri untuk kemudian didistribusikan di dalam negeri Itulah usaha yang masa itu banyak disebut sebagai SMOKEL Bagi mereka kadang terasa sangat mudah mencari uang. Asal mau keluar malam dan sanggup bergadang. Mengayuh sampan bersama dan menurunkan barang dari kapal dengan cepat Sejumlah uang untuk biaya hidup berhari -hari sampai beberapa minggu telah tersedia Sayangnya karena mudahnya mendapatkan uang itu, banyak dari mereka yang lupa diri Dengan uang banyak ditangan, berbagai pikiran merasuki kepala mereka. Kebanyakan mengisi waktu luangnya dengan main kartu. Akibatnya kehidupan mereka begitu2 saja. Karena uangnya segera menyusut dimeja judi,minuman keras bahkan sampai main perempuan Sejumlah kecil mereka ada yang berkirim ke kampung bisa untuk memperbaiki rumah bahkan membangun rumah baru. Banyak juga yang digunakan orang tuanya untuk membeli ternak dan sawah Selesai sembahyang Lohor dia mulai jalan2 sekeling Pasar Bawah, setelah sebelumnya menyerahkan ke Kak Zulma buntil berisi makanan, termasuk kiriman untuk orang kampungnya yang merantau kesini Dipasar dia ketemu beberapa orang kampungnya yang berjualan disitu. Begitu juga di Pelabuhan beberapa orang yang dipanggilnya Mamak sedang mengangkat barang dari Kapal ke Gudang Sehabis makan malam, sambil duduk diteras Tan Ican bercerita lebih lengkap mengenai kemungkinan berusaha disini. Ada yang mudah dapat uang, mudah pula menguapnya. Sementara yang lain terpaksa bercucuran keringat untuk menafkahi anak-istrinya Besoknya perjalanan Mansun lebih jauh dari hari pertama dia keliling ke Pasar Tengah dan masuk ke pelosok-pelosok Pasar Pusat. Sebelum pulang kerumah, dia mampir ke Los Pisang tempat kak Caya menjual pisang. Sarin anak kak Caya adalah temannya yang ikut keluar kemaren Sebelum keluar bersama PRRI, Sarin membantu ayahnya menjual kulit manis. Mereka keliling kampung dan Nagari yang bersebelahan mencari kulit manis. Kalau melihat ada pohon kulit manis yang sudah layak ditebang, pemiliknya dihubungi. Kalau mereka sudah ingin menjual tanamannya, tawar-menawar dilakukan. Sampai terjadi transaksi jual beli atau gagal sama sekali Mansun dan Sarin telah berteman sejak kecil. Mereka sering berada dikelas yang sama di SR, sama mengaji dan tidur disurau Malam hari sering mereka menyuluh mencari ikan disungai. Beberapa kenakalan kecil khas anak2 juga sering mereka lakukan bersama kawan2 yang lain. Powered by Telkomsel BlackBerry® -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/ - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ --- Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup Google. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com . Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.