TdS dan  Wajah Singkarak

 

Oleh Syafruddin AL

 

Suatu kali, saat menghadiri helat PWI Sumbar bersama PT KAI di Padangpanjang 
tahun 2009, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Dr. Sapta Nirwandar, 
yang ketika itu masih menjadi Dirjen Pemasaran Kementerian Kebudayaan dan 
Pariwisata, mengajak saya memandangi Danau Singkarak dari Batipuh. Saat itu 
kami sedang diatas kereta api menuju Sawahlunto.

 

“AL, coba anda pandangi Danau Singkarak dari sini, hijau dan mempesona. Kalau 
dari posisi ini, saya merasa sedang berada di Swiss,” kata beliau. Saya cuma 
manggut-manggut karena belum pernah dibawa oleh Pak Sapta ke Swiss, baru ke 
Perancis tahun lalu.

 

Ia lantas bercerita panjang, Danau Singkarak inilah yang akan kita jadikan ikon 
wisata Ranah Minang masa depan. Akan kita gelar balap sepeda internasional Tour 
de Singkarak setiap tahun sebagai perpaduan antara sport dan tourism, olahraga 
untuk kepentingan pariwisata ranah yang indah menawan ini.

 

Wamen Parekraf ini tertarik dengan Danau Singkarak saat menghadiri Festival 
Singkarak Danau Kembar tahun 2006. Ketika itu, Pemda Kabupaten Solok menggelar 
sejumlah acara, lomba dayung, atraksi kesenian anak nagari, lomba memasak ikan 
bilih terbanyak sehingga memperoleh penghargaan Muri dan berbagai perlombaan 
lainnya yang menarik. Festival ini hampir sama dengan Festival Danau Sentani di 
Papua.

 

Digelarnya balap sepeda internasional berlabel Tour de Singkarak, tentu tidak 
terlepas dari pandangan Pak Sapta sendiri tentang Danau Singkarak yang 
potensial untuk dijual sebagai ikon pariwisata baru Ranah Minang, dengan 
kenyataan bahwa festival yang digelar selama ini hanya bersifat untuk promosi 
lokal. Sebagai ikon, Pak Wamen juga berharap suatu saat kelak, Danau Singkarak 
ini ikut mengubah wajah menjadi sebuah obyek wisata unggulan di Ranah Minang 
dengan segala macam fasilitas dan pembenahan kawasan ini secara lebih baik dan 
mengundang selera orang untuk mendatanginya.

 

Sayang sekali, kalau Danau Singkarak yang telah dibesarkan sebagai ikon sport 
and tourism dan namanya sudah melambung ke berbagai belahan dunia, namun 
akhirnya ditinggalkan orang.

 

Senin siang, jelang finish Etape 2 Tour de Singkarak di Dermaga Ujung danau 
ini, saya menjadi tercenung melihat keadaan danau yang semakin tertutup oleh 
warung-warung yang mulai tumbuh menjamur.

 

Saat TdS ketiga tahun 2011, lagi-lagi Pak Sapta bilang: “AL, jangan kau biarkan 
pancang-pancang itu menjadi warung permanen. Itu yang akan merusak keindahan 
danau ini,” kata beliau kepada saya. Heran juga, kok pesan ini disampaikan 
kepada saya. Tai, karena saya wartawan, tentu beliau menginginkan agar pesan 
itu disampaikan kepada masyarakat dan kepala daerah yang merasa 'memiliki' 
Danau Singkarak.

 

Sejak TdS kedua hingga Tds kelima tahun ini, saya selalu duduk-duduk di tepi 
danau ini untuk menikmati keindahan alamnya sambil menunggu kedatangan para 
pembalap yang tengah berpacu menuju garis finish.

 

Pak Sapta ternyata benar, pancang-pancang yang dulu sudah mulai ditancapkan ke 
dalam air  di tepi danau, sudah berubah menjadi warung semi permanen dan bahkan 
permanen.  Ekosistem danau terbesar di Sumatra Barat itu mulai rusak. 
Akibatnya,  Danau Singkarak tak lagi indah dipandang mata.

 

Saya tidak tahu persis apakah warung-warung yang hadir di pinggir danau itu 
memiliki izin dari Pemerintah Kabupaten Tanah Datar atau Kabupaten Solok? 
Asumsi saya, karena dipancang dengan tiang beton tentulah pembangunannya 
memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB), kecuali bila hanya dengan pancang kayu.

 

Saya juga tidak tahu persis, apakah karena keadaan Danau Singkarak makin 
semrawut dengan menjamurnya warung-warung baru itu sehingga penutupan atau 
pembukaan Tour de Singkarak itu sendiri tidak lagi dilakukan di lokasi ini. 
Kalau memang begitu, Danau Singkarak hanya menang nama, tapi hampa dengan 
obyeknya. Artinya, TdS belum jadi hidrolik untuk memenuhi harapan banyak orang 
agar danau yang indah ini menjadi kawasan yang diidam-idamkan oleh wisatawan. 
Selamat tinggal Singkarak!

 
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.


Kirim email ke