Menanggapi tulisan Kanda Monisfas S.Sos

Kalau Bukan Jalan Ditempat, apakah Tiku Lari di Tempat?


Assalamualaikum WW,

Terimakasih atas tulisan Kanda Monisfar yang rupanya terketuk hati membahas 
tentang Tiku, sebuah pantai tuo di pelosok barat Ranah Minang, tempat ambo 
dilahirkan. Menyoal sejarah dan kejayaan pantai Tiku, tak usahlah di 
bahas disiko. Banyak buku sejarah yang membuktikan, bahwa Tiku pernah 
menjadi pusat perdagangan di zaman Kerajaan Minangkabau dahulu kala.

Begitu pula soal keindahan pantai Tiku, tak usahlah kita bahas, karena masalah 
ini sudah diakui dalam berbagai pembahasan baik di dunia maya, maupun dari 
beragam media. Dan keindahan Tiku ini bukan karena tangan manusia, 
apalagi pemerintah, karena Tiku memang lahir dari ciptaan Allah SWT, 
Sang Maha Indah.

Artinya, dari sisi keindahan, pantai beserta gugusan pulau di Nagari di ujung 
barat Kabupaten Agam, ambo sepakat jo Kanda Monisfar, bahwa keindahan 
Tiku tidaklah jalan ditempat. 
Soal bukti keindahannya, bisalah tengok foto-fotonya yang sudah di 
upload, baiak oleh ambo sendiri, mapun dari dunsanak ambo di situs foto West 
Sumatera. 


Soal keindahannyo, ambo pernah merintis kerjasama dengan salah satu agen 
perjalanan alternatif Dal Adventure untuk membuat program perjalanan khusus ke 
Tiku. Rupanya, Dal Adventure tertarik dan kini dia menyediakan paket perjalanan 
sunset di Laguna Tiku, yang persis ado di balakang rumah rang gaek ambo. 


Soal mempopulerkan kampuang sendiri ko, ado banyak anak Tiku yang 
menggalakkannyo. Bisa cek di Fan Page Nagari Tiku. Perlu diketahui, partisipasi 
dan apresiasi publik atas Fan Page Nagari Tiku lebih banyak dari Fan Page Dinas 
Pariwisata Agam. Tak hanya itu, kami menyayangkan ada Dinas Pariwisata yang 
hanya menggandalkan situs gratisan sepertio Blogspot. Cek di : 
http://dinaspariwisataagam.blogspot.com/p/gambaran-umum_29.html. Apakah masih 
kekurangan anggaran?


Balik lagi soal Tiku, 
hingga kini, Laguna Tiku yang dulu dikenal sebagai Muaro Mati sudah 
dikenal punya pemandangan cantik yang bisa disaksikan saat melintasi 
Tiku dari arah Pariaman menuju Lubuk Basung atau Pasaman. 


Menyoal konservasi, warga Tiku sudah lebih dulu sadar untuk menanam pohon 
cemara di Pantai Tiku, tepatnya lagi di pantai Bandar Mutiara. Alasan 
warga saat itu adalah nilai ekonomis, karena pohon cemara itu bernilai 
saat usianya sudah tua. Sementara pemerintah daerah baru kapatang ko 
buek program sarupo, maniru warga nan alah dulu mananam cemara di pantai 
tersebut.

Menyoal konservasi manggrove, kapatang ko ambo baco berita ado tanam manggrove 
di Laguna Tiku, tepatnyo puluhan meter dari rumah rang gaek ambo. Namun 
awal Juni ko ambo ka situ, tanaman manggrove nan ditanam kini tingga 
tunggak sajo. Dari siko ambo ambil kesimpulan, sebaiknya program 
konservasi melibatkan partisipasi warga, bukan bernalar partisipasi 
PROYEK.

Selanjutnyo menyoal soal potensi ekonomi. Sekitar 20 tahun lalu, saat ambo 
basikolah di Tiku. Ado puluhan pabrik teri skala UKM di Tiku yang 
mempekerjakan warga Tiku, Pariaman, Padang hingga dari Pesisir Selatan. 
Jika satu pabrik itu mempekerjakan 10 sampai 50 orang saja, setidaknya 
tenaga kerja yang terserap di Tiku bisa mencapai ratusan atau ribuan.  


Namun kini, sentra pengolahan ikan itu sudah tinggal kenangan, karena 
produksi ikan jauah turunnyo. Pabrik teri itu sudah tidak ada lagi, walaupun 
ada jumlahnya sudah 
terbatas atau mungkin bisa dihitung dengan jari saja. Begitu juga dengan sentra 
ikan kering alias lauak masiak yang kini sudah mulai langka di 
Tiku. Padahal, keberadaan pabrik teri di Tiku inilah yang menggerakkan 
ekonomi Tiku, karena banyak tenaga kerja terserap dan berakhir pada 
perputaran uang yang tinggi di Tiku.

Selain itu, alat tangkap nelayan berupa bagan yang dulu jumlahnya ratusan kini 
bisa dihitung dengan jari. Awal Juni lalu ambo datang ka TPI Tiku, 
hanyo ada tujuah bagan yang merapat di TPI tersebut. Padahal dulu zaman 
Soeharto, ado dunsanak ambo punyo bagan sampai 15 buah, tapi kini indak ado 
lai. Alasannya 
satu, perairan Tiku sudah hancur oleh penjarahan ikan dengan alat 
tangkap Pukat Harimau. Berkurangnya pasokan ikan-ikan inilah yang 
membuat sentra pengolahan ikan Teri di Tiku kini mati sagan iduik pun tak 
namuah. 


Saat ini, nelayan yang ingin melaut, harus berangkat sampai jauh ke tengah 
samudera, dan itu butuh biaya tinggi, BBM memadai, kapal dengan sarana 
pendingin yang lengkap. Jadi jangan 
salah jika harga ikan di Tiku terbilang mahal, karena ongkos pergi ke 
tengah laut itu sudah tinggi. Ikan-ikan di tanjung yang ada di Tiku 
sudah berkurang drastis karena kerusakan koral-koral tempat ikan bermain dan 
bersenda gurau. 


Nah, jangan bangga jika pemerintah memberikan bantuan kapal ukuran kecil, 
sementara kapal itu tak mampu mencapai samudera, dimana ikan-ikan bisa 
ditangkap dalam skala besar. Soal data, wajar jika ada kenaikan angka 
produksi, karena data yang disajikan merujuk data dari tahun 2010 dan 2011 
dimana nelayan dihantui perasaan gempa dan tsunami. 


Jika mau jujur soal angka produksi ikan, cobalah Kanda rujuk data jauh 
sebelum itu, atau coba lakukan survey sederhana kepada nelayan soal 
angka produksi ikan sebenarnya.

Nah, dari zaman Akbar Tanjung jadi menteri di zaman Orde Baru, Tiku sudah 
direncanakan akan dibangun pelabuhan ikan dan juga pelabuhan CPO. Namun, tahun 
berlalu, dekade telah terlewati, presiden silih berganti, proyek 
pembangunan pelabuhan itu masih berada dalam proposal di pemerintahan. 
Bandingkan dengan daerah lain sepertio Pariaman, yang kini sedang 
mengerjakan proyek pelabuhan di Tiram.

Menurut Kanda, ada pelabuhan di Tiku, pelabuhan mana??? coba cek lagi. Apakah 
hanggar yang dibangun itu bisa pantas disebut pelabuhan? Apakah hanggar itu 
kini dipakai 
nelayan?? Karena ujung hanggar kondisinya sudah rusak, hanya beberapa 
bulan setelah dibangun. Tak taulah saya, apakah spek proyek hanggar itu 
dibangun sudah sesuai prosedur atau tidak.


Lantas, pantas Tiku dibilang maju?  Dari sisi mana majunya?


Untuk potensi perkebunan, penataan pedagang dan lainnya, ambo lanjut dalam 
postingan selanjutnya. Salam jo sambah ambo haturkan untuk kritik iko. 

Dari kato nan taloncek nan salah, itu datang dari ambo, mako jo sapuluah jari 
ambo minta maaf. 

Jiko ado kato nan bana, itu datang dari Nan Kuaso. Tarimokasih.


Wassalamualaikum WW  

Asnil Bambani Amri
@asnil 

Warga Tiku tingga di Ciledug

"Lauak sinangih luak rang Tiku, manangih hati ingin pai ka Tiku"




Berikut Tulisan Sebelumnya:




SIAPA BILANG TIKU JALAN DI TEMPAT.*

Oleh: Monisfar, S.Sos

Pantai Tiku yang terletak di Kecamatan Tanjung Mutiara, menyempurnakan
keelokan dan kekayaan alam Kabupaten Agam. Keindahan  alam dan
budayanya menjadikan  potensi
wisata yang tidak kalah menarik dibanding kecamatan lainnya.

Sebagai kawasan pesisir sebagian besar penduduknya hidup sebagai nelayan,
yang didukung  sektorpertanian dan perkebunan. Juga terdapat kawasan
konservasi penyu dan terumbu karang.

Kebijakan pembangunan daerah yang tertuang di dalam Peraturan Daerah
tentang  Tata Ruang Kabupaten  dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Kabupaten menempatkan  Kecamatan Tanjung Mutiara sebagai salah satu kawasan
strategis Pesisir Tiku, yang direncanakan sebagai sentra perikanan laut dan
dan pengolahan ikan, kawasan wisata  Bahari dan  hinterland kawasan
minapolitan.
Untuk itu pembangunan sarana prasarana diprioritaskan untuk
mendukung   pengembangan kawasan wisata   dan  kawasan minapolitan,
disamping pemenuhan sarana prasarana pelayanan dasar lainnya.

Dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 telah direalisasikan anggaran
pembangunan fisik sebesar Rp. 39,5 M  ( tahun 2010 : Rp. 4,7 M, tahun 2011
: Rp. 2,95 M, tahun 2012 : Rp. 20,22 M dan tahun 2013 : Rp. 11,7 M)  yang
terbagi ke dalam 12 bidang pembangunan.

Sebagai sentra produksi perikanan tangkap, telah dibangun pelabuhan p
erikanan, pabrik es, dan pengadaan sarana prasarana penangkapan ikan kapal,
jaring gilneet, box fish dan lainnya. Total produksi perikanan tangkap pada
tahun 2010 mencapai 6.325 ton, dan 6.157 ton oada tahun 2011.

Pantai Tiku adalah sebuah objek wisata yang sangat potensial untuk
dikembangkan. Garis pantai sepanjang 36 km dengan pasir putih, nyiur melambai
, dan cemara laut yang menawan.Saat ini, sudah ada objek wisata pantai
Bandar Mutiara  dan Pasia Tiku.

Sebagai objek wisata, dengan pasia maelonya, dan kreatifitas nelayan serta
sunset yang sangat indah dengan pemandangan 2 buah pulau, Pulau Tangah dan P
ulau Ujung yang merupakan daerah konservasi penyu dan terumbu karang. Objek
tersebut sudah diminati wisatawan,namun masih perlu pengembangan sarana dan
prasarana. Disamping keindahannya juga terkandung sejarah Banda dan Kualo, yang
terkenal di zaman tempo dulu, sekaligus Kuliner Gulai Kapalo Lauak.

Pembangunan sarana prasarana yang sudah dilaksanakan diantaranya p
eningkatan jalan Objek Wisata Bandar Mutiara, rehabilitasi Objek Wisata
Bandar Mutiara, dan penanaman cemara laut 1.000 batang.

Untuk pengembangan kepariwisataan di Pantai Tiku agar menjadi objek wisata
andalan, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, baik oleh
Pemerintah Daerah, Pemerintah Nagari, dan masyarakat. Di antaranya
adalah penyediaan
tempat parkir yang nyaman dan aman, serta pengelolaan yang baik, tarif
parkir yang ditetapkan sesuai peraturan; penyediaan sarana MCK, mushalla
dengan sumber air bersih; dan pengelolaan kebersihan areal objek wisata.

Kemudian pembangunan/ pemeliharaan sarana lainnya seperti jalan, pentas, dan
sarana bermain; pengadaan penunjuk jalan evakuasi; penataan pedagang,
termasuk harga makanan dan minuman.

Untuk menyemarakan objek wisata tersebut perlu didukung pergelaran
even-even budaya atau olah raga secara berkala, diiringi dengan promosi
yang intensif. Pagelaran iven seperti volley pantai, vestival layang-layang,
dan Kesenian tradisi diyakini mampu menghidupkan suasana, dan menjadi daya
tarik pengunjung.

Kemudian juga diperlukan membangun sikap sadar wisata kepada
kelompok-kelompok masyarakat sekitar objek wisata.

Di kawasan Pesisir Tiku juga terdapat dua buah pulau yaitu Pulau Tangah dan
Pulau Ujung yang dijadikan sebagai kawasan konservasi penyu dan terumbu
karang. Saat ini sering digunakan sebagai shelter oleh nelayan ketika cuaca
buruk. Untuk menjaga kelestarian peranan kelompok masyarakat sebagai yang
terkait langsung dengan pengawasan harus ditingkatkan dan didukung oleh
Pemerintah Daerah.

Namun sebagai suatu kawasan di pesisir Pulau Sumatera, dengan tipikal ombak
yang besar dan berada di daerah yang rawan bencana, seperti thsunami, maka
perlu dipersiapkan masyarakat yang siaga bencana. Untuk itu telah ada
Kelompok Siaga Bencana (KSB) dan  Kelompok Siaga Bencana Sekolah (KSBS),
pembangunan pemecah ombak dan reklamasi pantai.

Jadi,sangat keliru bila masih ada yang berpendapat Tiku jalan di tempat.
Sudah banyak kemajuan diraih Rang Tiku, Kecamatan Tanjung Raya,baik
pembangunan pisik, ekonomi, kemajuan pola pikir, dan cara bertindak yang
sudah mulai bergeser ke arah positif. *(Penulis adalah Kabag Humas Setda
Agam)*

Pada 10 Juni 2013 01.34, Men Armedi Edi Koto <armedi67@gmail. com> menulis:

>
> Oleh: Monisfar, S.Sos
>
> Pantai Tiku yang terletak di Kecamatan Tanjung Mutiara, menyempurnakan
> keelokan dan kekayaan alam Kabupaten Agam. Keindahan  alam dan budayanya 
> menjadikan  potensi
> wisata yang tidak kalah menarik dibanding kecamatan lainnya.
>
> Sebagai kawasan pesisir sebagian besar penduduknya hidup sebagai nelayan,
> yang didukung  sektorpertanian dan perkebunan. Juga terdapat kawasan
> konservasi penyu dan terumbu karang.
>
> Kebijakan pembangunan daerah yang tertuang di dalam Peraturan Daerah
> tentang  Tata Ruang Kabupaten  dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
> Kabupaten menempatkan  Kecamatan Tanjung Mutiara sebagai salah satu kawasan
> strategis Pesisir Tiku, yang direncanakan sebagai sentra perikanan laut dan
> dan pengolahan ikan, kawasan wisata  Bahari dan  hinterland kawasan 
> minapolitan.
> Untuk itu pembangunan sarana prasarana diprioritaskan untuk
> mendukung   pengembangan kawasan wisata   dan  kawasan minapolitan,
> disamping pemenuhan sarana prasarana pelayanan dasar lainnya.
>
> Dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 telah direalisasikan anggaran
> pembangunan fisik sebesar Rp. 39,5 M  ( tahun 2010 : Rp. 4,7 M, tahun 2011
> : Rp. 2,95 M, tahun 2012 : Rp. 20,22 M dan tahun 2013 : Rp. 11,7 M)  yang
> terbagi ke dalam 12 bidang pembangunan.
>
> Sebagai sentra produksi perikanan tangkap, telah dibangun pelabuhan p
> erikanan, pabrik es, dan pengadaan sarana prasarana penangkapan ikan
> kapal, jaring gilneet, box fish dan lainnya. Total produksi perikanan
> tangkap pada tahun 2010 mencapai 6.325 ton, dan 6.157 ton oada tahun 2011.
>
> Pantai Tiku adalah sebuah objek wisata yang sangat potensial untuk
> dikembangkan. Garis pantai sepanjang 36 km dengan pasir putih, nyiur melambai
> , dan cemara laut yang menawan.Saat ini, sudah ada objek wisata pantai
> Bandar Mutiara  dan Pasia Tiku.
>
> Sebagai objek wisata, dengan pasia maelonya, dan kreatifitas nelayan
> serta sunset yang sangat indah dengan pemandangan 2 buah pulau, Pulau Tangah
> dan Pulau Ujung yang merupakan daerah konservasi penyu dan terumbu
> karang. Objek tersebut sudah diminati wisatawan,namun masih perlu
> pengembangan sarana dan prasarana. Disamping keindahannya juga terkandung
> sejarah Banda dan Kualo, yang terkenal di zaman tempo dulu, sekaligus
> Kuliner Gulai Kapalo Lauak.
>
> Pembangunan sarana prasarana yang sudah dilaksanakan diantaranya p
> eningkatan jalan Objek Wisata Bandar Mutiara, rehabilitasi Objek Wisata
> Bandar Mutiara, dan penanaman cemara laut 1.000 batang.
>
> Untuk pengembangan kepariwisataan di Pantai Tiku agar menjadi objek wisata
> andalan, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, baik oleh
> Pemerintah Daerah, Pemerintah Nagari, dan masyarakat. Di antaranya adalah
> penyediaan tempat parkir yang nyaman dan aman, serta pengelolaan yang
> baik, tarif parkir yang ditetapkan sesuai peraturan; penyediaan sarana
> MCK, mushalla dengan sumber air bersih; dan pengelolaan kebersihan areal objek
> wisata.
>
> Kemudian pembangunan/ pemeliharaan sarana lainnya seperti jalan, pentas,
> dan sarana bermain; pengadaan penunjuk jalan evakuasi; penataan pedagang,
> termasuk harga makanan dan minuman.
>
> Untuk menyemarakan objek wisata tersebut perlu didukung pergelaran
> even-even budaya atau olah raga secara berkala, diiringi dengan promosi
> yang intensif. Pagelaran iven seperti volley pantai, vestival
> layang-layang, dan Kesenian tradisi diyakini mampu menghidupkan suasana,
> dan menjadi daya tarik pengunjung.
>
> Kemudian juga diperlukan membangun sikap sadar wisata kepada
> kelompok-kelompok masyarakat sekitar objek wisata.
>
>
>
> Di kawasan Pesisir Tiku juga terdapat dua buah pulau yaitu Pulau Tangah
> dan Pulau Ujung yang dijadikan sebagai kawasan konservasi penyu dan terumbu
> karang. Saat ini sering digunakan sebagai shelter oleh nelayan ketika cuaca
> buruk. Untuk menjaga kelestarian peranan kelompok masyarakat sebagai yang
> terkait langsung dengan pengawasan harus ditingkatkan dan didukung oleh
> Pemerintah Daerah.
>
>
>
> Namun sebagai suatu kawasan di pesisir Pulau Sumatera, dengan tipikal
> ombak yang besar dan berada di daerah yang rawan bencana, seperti thsunami
> , maka perlu dipersiapkan masyarakat yang siaga bencana. Untuk itu telah
> ada Kelompok Siaga Bencana (KSB) dan  Kelompok Siaga Bencana Sekolah
> (KSBS), pembangunan pemecah ombak dan reklamasi pantai.
>
>
>
> Jadi,sangat keliru bila masih ada yang berpendapat Tiku jalan di tempat.
> Sudah banyak kemajuan diraih Rang Tiku, Kecamatan Tanjung Raya,baik
> pembangunan pisik, ekonomi, kemajuan pola pikir, dan cara bertindak yang
> sudah mulai bergeser ke arah positif. *(Penulis adalah Kabag Humas Setda
> Agam)*
>
> --

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.


Reply via email to